CL berlari menuju pintu darurat dengan panik, matanya terbuka lebar menyaksikan Anna berbaring di lantai dengan Gia yang berjongkok di dekatnya. Yang membuat ia panik adalah GD menghampiri Gia dengan pisau di tangannya. CL melepaskan peluru ke arah dinding untuk memberi GD peringatan. GD menoleh dan menyeringai.
*Classic, pahlawan datang di akhir," ucapnya lalu pergi begitu saja.
CL menghampiri Anna yang saat ini sudah digendong oleh Gia. Gia berjalan dengan cepar mengabaikan CL yang terus memanggilnya. "Aku membawa mobil. Bisa tolong lakukan pertolongan pertama?" Ucap Gia.
CL mengangguk sambil terus berjalan mengikuti Gia di belakang. Ia menjaga situasi, takutnya ada serangan mendadak. Gia menatap tajam lurus ke depan. Ia tidak peduli dengan pertarungan yang sedang berlangsung di hadapannya. Yang ia pikirkan saat ini adalah membawa Anna ke rumah sakit terdekat.
Beberapa agen lawan mencoba menyerang mereka dan tidak membiarkan mereka pergi. Namun CL dengan sigap menanganinya. Langkah Gia semakin cepat menuju mobil. CL membuka pintu belakang mobil dan masuk ke sana, Gia segera membaringkan tubuh berlumuran darah Anna di kursi belakang bersama CL. Tanpa berpikir lagi Gia segera duduk di kursi pengemudi dan melajukan mobilnya dengan cepat. Wajahnya sangat panik.
CL menghela napasnya laly mulai melakukan pertolongan pertama. Ia memegang leher Anna, nadinya masih terasa. Namun sangat lemah. CL membuka jaketnya dan merobek kaos yang ia pakai, ia segera membalut luka di perut dan lengan Anna.
Selang beberapa menit, mereka sampai di sebuah rumah sakit dua puluh empat jam terdekat. CL berlari masuk ke rumah sakit dan meminta bantuan. Gia menggendong Anna dan membawanya ke dalam. Tenaga medis di sana sudah siap dengan peralatannya berkat bantuan CL. Mereka dengan sigap segera membawa Anna ke ruang unit gawat darurat. Gia dan CL membantu mendorong sebuah alat yang saat ini membawa Anna menuju UGD.
CL menarik belakang baju Gia saat pria itu mencoba masuk ke ruangan. "Panik itu wajar, tapi jangan bodoh." Gia mengusap kasar wajahnya dan menghembuskan napasnya dengan kasar. Tak lama kemudian Zion datang dengan terengah-engah.
"Ada apa dengan Anna?" Tanyanya.
"Lengan dan perutnya tertusuk, kakinya tertembak," jawab Gia yang sejak awal langsung mengamati luka di tubuh Anna. Zion mengangguk mengerti.
"Bagaimana kondisi di sana?" Tanya CL.
"Diurus oleh yang lain. GD dan Nomor satu melarikan diri," jelas Zion. CL berdecak. Lagi-lagi dirinya tak bisa menjaga bawahannya.
"Selamat malam. Saya butuh bantuan kalian, pak polisi."
CL menoleh ke arah Gia dengan mata melotot, ia segera mengambil ponsel itu dan mematikannya. Meminta bantuan pada kepolisian hanya menambah masalah.
"Kenapa dimatikan?" Protes Gia.
"Kita tidak memerlukan polisi," jawab Zion.
Gia berdecak, "Tidak butuh apanya? Kalian lihat apa yang dilakukan pria tadi kepada Anna? Kalian diam saja dan membiarkannya pergi. Serius?" Ucap Gia dengan frustasi.
"Kami yang akan mengurus pria tadi. Kau hanya perlu fokus menjaga Anna," jawab CL.
"Lagipula apa sih yang kalian lakukan? Aku pasti akan menjaga Anna. Menjaganya dari orang-orang yang membahayakan nyawanya... seperti kalian."
Mendengar ucapan Gia, Zion sedikit kesal dan berkata, "Hey, jangan bercanda. Kami lebih tahu Anna daripada kau."
Gia mengabaikannya, seorang perawat pun datang menghampiri mereka dan berkata, "Permisi, kalian yang membawa wanita tadi? Mohon urus administrasinya terlebih dahulu."
CL mengangguk dan mengikuti perawat tersebut ke tempat resepsionis untuk mengurus administrasi. Zion duduk di depan ruang UGD sambil terus waspada jikalau ada serangan lagi. Gia berjalan di belakang CL. Wanita itu selesai mengisi formulir dan hendak memberinya ke petugas.
"Meysari Alendita?" Tanya Gia ketika membaca nama di formulir itu. CL menyadari sesuatu dan segera mencoret nama tersebut dan menggantinya dengan nama Anna. Setelah menyerahkan formulir tersebut, CL kembali ke depan ruang UGD.
"Tunggu, siapa Meysari?" Tanya Gia sambil mencoba menyamakan langkahnya dengan CK. CL mengabaikannya dan duduk di sebelah Zion.
"Meysari Alendita," lirih Gia. Ia duduk satu bangku di sebelah CL. CL menoleh ke arah Gia dan berkata, "Untuk saat ini tolong pendam dulu rasa penasaranmu itu dan berdoalah kepada Tuhan."
Zion mengangguk setuju, setelah ia melepas jaket yang ia pakai lalu memberikannya kepada CL.
"Kau berantakan, captain," ucap Zion. CL melihat tubuhnya sendiri. Saat ini ia hanya mengenakan celana panjang dengan atasan singlet hitam, tak lupa tangannya yang berlumuran darah Anna, ia bahkan tidak peduli penampilannya. Ia hanya ingin segera menyelamatkan Anna. Ia pun menerima jaket itu dan mengenakannya.
Zion melirik Gia dan pindah duduk di sebelahnya. Zion menepuk punggung Gia, "Jangan terlalu panik, Anna itu bukan orang lemah. Jika dia melihat wajahmu seperti ini aku yakin dia akan mengejekmu," ucap Zion mencoba menghibur Gia. Zion tahu jelas bahwa kedua orang ini saling menyayangi, Anna sempat beberapa kali menceritakan tentang Gia dengan wajah sumringah.
Gia tersenyum tipis lalu pergi ke toilet. Ia menatap dirinya di cermin, baju putihnya dipenuhi noda darah. Wajahnya dan tangannya juga, ia segera membersihkan darah Anna yang menempel di tubuhnya. Bau amis. Gia sedikit mual, sesungguhnya ia sedikit takut pada darah. Namun entah keberanian darimana, untuk sesaat ia menjadi sangat berani menggendong orang yang terus mengeluarkan darah dari tubuhnya.
Gia kembali menghela napas dengan tubuhnya yang sudah tersandar di tembok. Anna harus menepati janjinya untuk kembali, harus. Gia sudah melakukan ucapannya dengan mencari dan membuntuti Anna. Tinggal tugas Anna dan Tuhan sekarang. Jauh di dalam hatinya Gia yakin Anna pasti ingin dan berusaha kembali, hanya satu hal saja yang menentukan segalanya, Tuhan...
Kini hanya Tuhanlah yang memegang peranan, ia harap Tuhan tidak merenggut kebahagiaannya secepat ini. Ia harap Tuhan mengabulkan harapannya, ia harap Tuhan membuat Anna menjadi begitu kuat hingga ia bisa melewati masa kritisnya.
To be continue
Vote n comment guys
Thanks for reading
KAMU SEDANG MEMBACA
RAIN'S MEMORIES
Mystery / ThrillerAnnasya ialah gadis bersorot tajam yang menyimpan banyak rahasia dalam dirinya. Sosoknya begitu dingin sampai membuat hatinya perlahan membeku. Sampai akhirnya sosok dinginnya perlahan mencair tatkala Algia masuk ke dalam hidupnya dan mulai membongk...