35. Band

67 7 0
                                    

Mark pamit undur diri. Ia bilang, ia akan berlatih dengan kekasihnya. Anna tersenyum puas saat menyadari Gia menatapnya tajam dari sudut lain dalam studio.

Anna balas menatapnya datar dengan seringai yang tak lepas dari wajahnya.

"Oi, Anna! Kenapa senyum-senyum sendiri?" Celetuk seseorang dari belakang sambil menepuk pelan bahu Anna. Anna mengambil lengan orang tersebut lalu memelintirkannya pelan.

Andra meringis lalu melepaskan pegangan kuat Anna di lengannya. "Ck, bisa santai sedikit saja tidak?! Sakit, bodoh."

Anna terkekeh melihat wajah Andra sedikit kesakitan dan sebal itu.

"Lagian, senyum-senyum sendiri. Kau sudah hilang akal?" Cibir Andra.

Anna menjitak kepala Andra yang jauh lebih tinggi darinya. "Sembarangan."

Andra mengelak kemudian ia merapihkan poni dan rambut Anna. "Bisa lembut sedikit? Jadilah wanita yang anggun! Aku heran, kenapa si Algia itu mau menjadi pacarmu, ya?"

Anna mengepalkan kedua tangannya di depan Andra. "Mau yang kiri atau kanan?"

Andra mengabaikan Anna lalu kembali bertanya, "Jadi, apa yang kau lakukan disini? Mendaftar untuk festival?"

Anna mengangguk dengan ogah-ogahan. "Terpaksa. Kau sendiri?"

"Tentu saja tampil. Aku akan tampil dengan band milikku."

Andra membawa Anna ke sebuah ruangan tempat disimpannya beragam macam alat musik, ia tak banyak menolak. Kepalanya hanya memikirkan satu pertanyaan.

Sejak kapan Andra si pria b*jingan ini bisa bermusik dan memiliki band? Bukankah ia dari fakultas design grafis, begitu juga Tio dan Sandy kawannya.

"Hai, Anna!" Sapa Sandy yang sedang duduk di depan drum.

Anna balas dengan senyum pada Sandy dan Tio yang sedang membersihkan keyboard yang ada disana.

"Ini band-nya?" Bingung Anna. Setahunya minimal band itu terdiri dari empat orang. Sedangkan ini hanya bertiga.

Andra duduk lalu mengambil gitar akustik miliknya. Dapat Anna simpulkan bahwa Andra di posisi gitaris, Tio di posisi keyboardis dan Sandy sebagai drummer. Jadi, mereka hanya memainkan instrumen tanpa vokal, tidak ada vokalis atau bassist. Aneh.

"Hanya instrumen tanpa vokal?" Anna memastikan kemudian menatap mereka bergantian.

Andra mengabaikan Anna lalu menghampiri Tio dan Sandy. Mereka berbisik-bisik sambil sesekali melirik Anna.

"Hei! Apa kalian tuli? Berhenti berbisik-bisik layaknya ibu-ibu komplek." kesal Anna karena diabaikan oleh mereka.

Mereka berbalik dan menatap Anna dengan senyum licik. Lalu mereka mendekati Anna. Anna sedikit mundur, mereka pasti merencanakan sesuatu. Perasaan Anna tak enak.

"Tadinya kami hanya band tanpa vokal. Tapi setelah kau ada disini, kenapa tidak dimanfaatkan saja?" Ucap Tio lalu diangguki Sandy dan Andra.

Anna mengumpat dalam hatinya. Bisa-bisanya Tio mengatakan akan memanfaatkan Anna. Ia mengacungkan jari tengahnya dan hendak pergi dari sana.

Dengan sigap, ketiga pria itu menghadang jalan Anna.

"Kau harus mau! Kami memaksa." Timpal Sandy dengan senyum liciknya.

Anna memasang kuda-kuda dan bersiap untuk meninju mereka satu persatu. "Aku tak mau. Minggir!"

"Astaga. Ayolah, Anna! Ku mohon... " Melas Andra.

Anna berdecak, tadi Bintang. Dan sekarang mereka bertiga. Anna tak mengerti, kenapa orang-orang kekeh ingin mengajak dia? Padahal ada yang lebih baik dari Anna dari sisi vokal, kemampuan tari ataupun attitude.

RAIN'S MEMORIES Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang