46. Mengikuti.

2 0 0
                                    

Gia balas tersenyum dengan ragu ketika Anna berbalik ke arahnya dan tersenyum. Lagi-lagi Anna membuatnya sangat penasaran, ada apa dengannya, apa yang akan ia lakukan. Sebenarnya Gia saat ingin bertanya namun ia tahu Anna tidak suka orang yang banyak bertanya. Lagipula Anna terlihat panik, waktunya tidak pas jika harus bertanya ini itu. Gia menghela napas ketika melihat Anna berlari semakin menjauh. Gia berdoa kepada Tuhan agar menjaga gadisnya itu, jangan sampai sesuatu yang buruk terjadi kepadanya.

Gia menyandarkan tubuhnya ke kursi mobil, walaupun ia tidak mengerti tapi ia akan mengikuti perintah Anna untuk diam di sini selama sepuluh atau lima belas menit sebelum pulang. Gia mengarahkan kepalanya ke jendela. Ia lelah, sebulan terakhir ini ia sangat sibuk dengan kepanitiaan sampai ia mengabaikan Anna. Sudah berakhir, tak akan ada lagi keributan karena kepanitiaan acara itu. Di tengah lamunannya itu, sorot matanya menangkap sosok yang saat ini ada di kepalanya. Anna, ia dibonceng di sepeda motor dengan seorang pria.

Gia memakai sabuk pengamannya dan menancap gas mengikuti mereka. Tidak mungkin Anna selingkuh. Perasaan Gia saat ini campur aduk, ia kesal, marah, cemburu dan lelah. Bisa-bisanya Anna pamit darinya untuk bertemu seorang pria. Gia terus mengikuti mereka dari kejauhan. Seperti motor itu berhenti di depan sebuah gedung. Gedung itu hanya gedung biasa, tidak ada yang mencurigakan. Sebenarnya apa yang neraka lakukan.

Gia tetap memantau mereka dari kejauhan. Sepuluh menit kemudian seorang wanita keluar dengan wajah angkuhnya yang gagah disusul dengan sekitar sepuluh orang di belakangnya. Termasuk Anna dan pria yang bersamanya tadi, Gia mengetahuinya, ia adalah Zion. Teman Anna. Orang orang itu mengenakan pakaian gelap dengan jaket kulit yang membalut tubuh mereka. Mereka nampak rapih dengan wajah yang serius. Gia terus menerka-nerka, sudah jelas Anna tidak selingkuh. Namun apa yang dilakukan orang-orang itu di tengah malam seperti ini.

Mereka keluar menaiki sepeda motor, sepeda motor mereka pun terlihat seragam yaitu motor ninja berwarna hitam. Gia paham, mungkin mereka adalah komunitas pecinta motor atau semacamnya dan malam ini mereka akan touring. Masuk akal tapi sedikit aneh.

Gia terus mengikuti gerombolan orang itu, tentunya dengan jarak ia atur sedemikian rupa agar tidak ada yang curiga jika ia mengikutinya. Sesekali seorang dari mereka menoleh ke belakang dengan waspada. Tapi Gia tidak kehabisan ide, ia akan bersembunyi di belakang mobil lain atau melambatkan laju mobilnya.

Sekitar tiga puluh menit perjalanan, mereka berhenti di sebuah kawasan pabrik yang tenru saja sangat sepi, kumuh dan gelap. Gia memarkirkan mobilnya di sebuah pabrik agar mereka berpikir bahwa Gia ada urusan di tempat ini. Orang-orang itu menyimpan motornya di pinggir jalan lalu menuju ke sebuah gedung paling megah di sana. Gedung ini tidak jauh beda dari sebelumnya, gedung itu sangat gelap. Gia juga tidak tahu apa fungsi gedung tersebut. Yang ia simpulkan adalah mungkin gedung itu adalah gedung serba guna atau semacamnya.

Mereka menjeda langkahnya sebelum benar-benar masuk ke sana. Tampak beberapa dari mereka mengeluarkan senjata api dan senjata tajam. Gia kembali bingung, sepertinya mereka bukan komunikasi pecinta motor. Tidak mungkin juga mereka perampok atau penjarah kan.

Mereka semua masuk ke dalam gedung yang gelap itu, Gia menunggu dengan cemas di mobilnya. Tidak mungkin ia menghampiri mereka dan ikut campur, Gia menoleh ke arah samping lalu mengambil ponsel hitam yang tergeletak di atas kursi mobil. Ia menyalakan ponsel Anna, ia sudah tidak peduli di cap tidak sopan. Ia harap ia bisa menemukan petunjuk dengan melihat isi ponsel Anna. Ponsel tersebut terkunci  Gia bodoh. Tentu saja orang-orang akan mengunci ponsel mereka. Tak lama kemudian notifikasi mulai bermunculan. Gia melihat pesan yang masuk lewat layar kunci ponsel Anna.

Vira Kapan kau pulang? Kau menginap?
CL  Cepat! Kau mau ku hajar?
Zion Aku sibuk
Andra Kau langsung pulang? Kami mengadakan pesta

46 message, 9 chats

Tidak ada yang aneh, hanya ada satu pesan yang menarik perhatian Gia yaitu pesan dari kontak yang bernama CL. Kemungkinannya Anna akan pergi dengan orang tersebut. Gia merogoh ponselnya lalu mencari kontak bibi Anna.

Kunci saja pintunya. Aku akan mencari Anna

Gia kembali menyimpan ponselnya setelah mengirim itu kepada Vira. Tidak mungkin ia bilang Anna bersama sepuluh orang aneh yang memegang senjata kan. Gia tidak ingin ada yang panik dan membuat situasi lebih buruk.

Gia terus menunggu hingga beberapa saat kemudian mereka keluar dari sana dengan pakaian berantakan dan beberapa luka. Gia tidak peduli, ia berlari menghampiri mereka. Seseorang dari mereka memasang kuda-kuda guna menyerang Gia. Gia tidak peduli.

"Captain, penyusup," adunya kepada CL. CL menghampiri Gia dan melihat wajahnya, rasanya ia pernah melihat wajah ini tapi ia lupa.

"Anna."

Ucapan Gia membuat CL berbalik dan melihat semua agennya, Anna tidak ada. Gia memberontak, tubuhnya ditahan oleh pria tadi. Ia hanya ingin membawa pulang Anna.

"Kau jangan ikut campur. Biar kami yang urus," ancam CL. Gia terus memberontak hingga ia terlepas dari kuncian pria tadi. Gia mulai berlari.

"Algia!" Panggil Zion. Gia menoleh, Zion melemparkan sebuah pistol kepadanya. Gia segera menangkapnya.

"Biarkan dia mencari Anna, captain," ucap Zion. CL mengangguk dan berkata, "Cari Anna. Kami akan menahan orang-orang itu."

Tadinya CL tidak akan melibatkan orang lain untuk ini, tapi mendengar permintaan Zion membuat ia tidak bisa menolaknya. Lagipula CL melihat tatapan mata Gia yang membuatnya yakin bahwa dia mampu.

Bam!

Suara tembakan terdengar dari dalam. Semuanya panik, CL terus mengutuk dirinya. Ia terlalu fokus pada lawan sehingga ia tidak memperhatikan agennya. Agen asuhan GD memang beda, mereka sangat hebat bertarung sampai-sampai CL tidak bisa membagi fokusnya. Mereka semua berlari kembali memasuki gedung. Semuanya kembali bertarung, Gia mencari situasi aman untuk berlari dan mencari sumber suara tembakan tadi.

Gia berusaha berpikir dan mencari Gia, Anna yang ia kenal itu tidak pantang menyerah. Kemungkinan terbesarnya Anna mengejar lawannya. Tentu saja orang yang dikejar akan berlari dan kabur ke pintu darurat. Benar! Gia segera berlari menuju ke sana. Langkahnya terhenti ketika melihat seorang wanita meringkuk lemas dengan darah yang bercucuran di lantai. Tubuhnya melemas ketika mendengar wanita itu merintih kesakitan. Detik berikutnya wajah pucat Gia terlihat marah, ia mengarahkan pistol yang diberikan Zion ke arah sebuah pintu kaca besar.

Bam!

Satu tembakan terlepas, detik berikutnya pintu kaca itu pecah dan membuat dua orang di balik pintu itu terkejut. GD dan agen nomor satu berbalik dengan sigap Gia kembali mengarahkan pistolnya ke arah tangan wanita yang sedang memegang pistol.

Bam!

Satu peluru terlepas tepat mengenai tangan wanita itu. Wanita tersebut menjatuhkan pistolnya dan berteriak kesakitan. Gia menjatuhkan pistolnya dan berjongkok di hadapan Anna. Hatinya sangat sakit melihat Anna di kondisi lemah seperti ini. GD berjalan dengan pisau di tangannya. Ia hendak menusuk Gia yang sedang berjongkok membelakanginya. Ia tidak terima agennya dilukai. GD mengarahkan pisaunya ke tengkuk Gia.

"Bodoh!"

To be continue
Vote n comment guys
Thank you for reading

RAIN'S MEMORIES Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang