18. Apartment Zion

288 33 2
                                    

"Rumah mu dimana? Turun sekarang! Jalan yang kau tunjukkan padaku itu berlawanan dengan rumahku."

Anna melirik sinis Zion melalui kaca spion sedangkan Zion hanya menampilkan wajah memelas.

"Tega sekali, rumahku tidak jauh, kok.Kau lelah? Sini biar aku saja yang mengendarai."

Anna menyetujui tawaran Zion barusan, ia lelah. Lagipula ia tak tahu alamat rumah Zion. Jadi ia membiarkan Zion mengambil alih kemudi. Namun, sepertinya keputusan Anna salah dengan membiarkan Zion mengendarai motor. Pria ini sangat lambat. Ia melajukan sepeda motor Anna dengan kecepatan dua puluh meter per jam.

"Naikkan kecepatannya bodoh! Kapan kita akan sampai kalau begini?!"

Anna sangat geram melihat lambatnya Zion ditambah dengan senyuman bodohnya itu. Akhirnya Zion menurut dan menambah laju kecepatan sepeda motornya. Anna bernafas lega lalu memandangi pemandangan di jalanan. Matanya menangkap sosok yang tak asing lalu ia menyuruh Zion menghentikan sepeda motornya.

"Apa, sih? Tadi menyuruhku cepat tapi sekarang menyuruhku berhenti mendadak. Bahaya bodoh!" Kesal Zion tapi tetap menurut suruhan Anna tadi

Anna menyipitkan matanya intens memperhatikan Gia yang sedang duduk bersama seorang wanita yang pernah Anna lihat saat di minimarket tempo hari. Bisa-bisanya Gia pergi dengan wanita lain setelah ia mengajak Anna pacaran.

Gia yang melihat Anna berhenti tak jauh dari tempatnya itu kaget. Ia bertanya-tanya siapa pria yang berani membonceng Anna itu. Anna menampilkan senyum manis yang terlihat menyeremkan itu pada Gia lalu melambaikan tangannya

"Ayo jalan!" Suruh Anna.

"Kau kenapa, sih? Apa yang kau lihat tadi?" Tanya Zion yang masih kesal dengan Anna.

Anna tak menjawab pertanyaan Zion ia hanya menyuruh Zion kembali melajukan motornya. Selang sepuluh menit, mereka sampai disebuah apartemen milik Zion. Tidak aneh jika Zion memiliki apartemen. Mengingat ia adalah anggota organisasi rahasia sudah pasti ia memiliki penghasilan yang besar. Selain itu, alasan Zion tinggal di apartemen adalah agar keluarganya tidak menjadi korban jika ada lawan Zion yang hendak menjatuhkannya dengan cara mencelakai keluarganya.

Hal-hal seperti ini harus diperhatikan oleh seorang agen rahasia. Anna juga begitu, alamat rumah dan identitasnya dirahasiakan. Hanya beberapa orang yang tahu alamat rumah Anna salah satunya Gia itu pun karena keterpaksaan saat Anna di bully di kampus. Orang-orang pun tak tahu detail informasi mengenai Anna. Informasi yang tersebar hanyalah nama wanita itu adalah Annasya.

"Terima kasih. Em... bagaimana jika kau menunggu di tempatku saja? Jika kau pulang sudah pasti akan sampai saat malam. Dan kau pasti akan terlambat untuk menjalankan misi."

Benar juga yang Zion katakan, ia pasti terlambat. Tapi disisi lain, Anna masih belum percaya sepenuhnya pada Zion. Walau pun kini mereka rekan. Tapi Zion masih orang baru bagi Anna. Ia tak bisa menaruh kepercayaan pada orang baru begitu saja.

"Kenapa diam? Kau bisa percaya padaku. Lagipula aku tak akan berbuat macam-macam denganmu. Tidak selera."

Tanpa menunggu persetujuan Anna, Zion langsung menarik tangan Anna dan membawanya masuk ke apartemennya.

"Sialan!"

Mereka pun sampai di apartemen Zion yang terletak di lantai empat. Tak ada yang aneh disana. Hanya saja mata Anna tertuju pada lemari kaca besar yang berisi beberapa senjata. Menakjubkan.

"Jika mau sesuatu ambil saja. Aku ingin tidur sebentar."

Zion mempersilahkan Anna duduk lalu pergi ke kamarnya setelah mengatakan itu. Anna hanya menurut lalu memainkan ponselnya. Ia mengerutkan dahinya saat melihat banyaj sekali pesan masuk dan panggilan tak terjawab dari Gia. Ini lah alasan Anna tak memberikan nomor ponselnya kepada orang-orang. Mengganggu! Ini semua kareja bibinya yang dengan santai memberi nomor Anna pada Gia.

"Berhenti menerorku dengan pesanmu itu Gia," Ucap Anna setelah teleponnya di tersambung.

"Akhirnya kau menelepon balik. Kau darimana, Kak? Pria tadi itu siapa? Ih kau ini! Kau kan calon pacarku, Annaaa," Rengeknya melalui telepon itu.

"Bukan siapa-siap... " Ucapan Anna terpotong saat Zion dengan tiba-tiba datang dan merebut ponselnya.

"Dia pergi denganku. Kenapa?" Ucapnya lalu mematikan telepon itu.

"Tak sopan. Sebaiknya kau pakai bajumu. Jika kau bermaksud tebar pesona padaku maka kau gagal." sinis Anna. Apa sih yang Zion mau? Tadi ia bilang ingin tidur, sekarang malah bertelanjang dada. Apa ia berniat memamerkan otot yang ada di perutnya itu

"Kenapa? Aku sexy kan sayang?" Kata Zion sambil duduk di sebelahku.

"Cih, aku juga punya empat kotak yang seperti itu di perutku."

"Tapi milikku beda, bodoh. Jika kau mau mencobanya, silahkan saja," ucap Zion lagi. Tunggu... kenapa ucapannya ambigu?? Mencoba? Mencoba apanya?

"Tapi setelah itu kau harus memilih mau pisau tumpul atau pisau tajam, ok?" Kata Anna sambil mencengkram dagu Zion.

"Sakit, sial! aku hanya bercanda. Sudah ku bilang aku tak selera dengan wanita serba kecil sepertimu," ejek Zion.

Pria itu berdiri dan hendak pergi namun sebelum itu Anna menendang kaki Zion sambil mengumpat,

"Pergi saja kau ke neraka, bajingan!"

"Untung kau wanita, Na. Sudahlah, aku mau mandi. Jangan mengintip."

Anna semakin geram mendengar Zion hingga ia ingin menendangnya lagi namun pria sialan itu keburu lari dan menghilang dari Anna.

Ketenangan Anna pun kembali saat Zion hilang dari pandangannya. Ia membaringkan tubuh lelahnya di sofa lalu tertidur.

Dilain tempat, Gia sedang gusar memikirkan Anna. Kepalanya dipenuhi pertanyaan tentang pria yang bersama Anna dan mematikan teleponnya tadi. Gia benar-benar tak bisa tenang.

"Gi! Apa yang kau pikirkan? Apa ada masalah?" Tanya Ryu.

Gia tersadar dari lamunannya dan segera menggeleng. Ia tak mau Ryu terus bertanya dan mencampuri urusan pribadinya. Ya! Saat ini mereka berdua sedang berada di ruang tengah rumah Gia.

Ryu mendekati dan duduk disebelah Gia, perlahan dia menyandarkan kepala nya dipundak Gia.

"Apa-apaan sih? Aku risih."

Gia mencoba memindahkan kepala Ryu dari pundaknya. Ini benar-benar mengganggu. Sebenarnya Ryu adalah teman dekat Gia sejak lama. Gia juga nyaman berteman dengannya. Namun, akhir-akhir ini sikap Ryu sangat aneh. Ia bertindak seolah ia adalah kekasih Gia. Tentunya hal itu sangat mengganggu bukan? Bahkan Gia tak pernah memiliki perasaan lebih. Ia hanya menganggap Ryu seperti adiknya

"Aku hanya mengantuk," jawab Ryu lalu membenamkan kepalanya di tubuh Gia

Gia berdecak sebal menghadapi sikap Ryu yang semakin hari semakin aneh itu. Ia berdiri lalu pergi ke kamarnya dan menguncinya. Persetan dengan wanita itu. Ia mengabaikan panggilan dan ketukan pintu dari luar sana. Saat ini pikiran Gia hanya tertuju pada satu orang. Ia tak bisa untuk tak memikirkan Anna. Ia sangat cemas, perasaannya sejak tadi oun tidak enak. Ia harap tak akan ada hal buruk terjadi pada gadis yang berhasil mencuri hatinya itu.

To be continue.
Don't forget to like and comment. And add this story to your fav if u like this story
Thanks for reading.

RAIN'S MEMORIES Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang