41. Penutupan.

6 0 0
                                    

Anna berkumpul melingkar dengan Andra, Tio dan Sandy. Mereka saling tertunduk dan berdoa di dalam hati. Andra mengisyaratkan untuk menyatukan tangan, mereka pun mengerti dan menumpuk tangan mereka di tengah lingkaran.

"Bentar, nama band kita apa?" Tanya Andra bingung. Memang sejak awal mereka tidak pernah kepikiran untuk menamai band mereka, mereka kira itu tidak terlalu penting karena mereka hanya tampil di festival kampus saja.

"Anony," saut Anna. Andra melihat Anna dan tersenyum. Setelahnya ia pun berucap dengan nada keras, "Anony!!!!!"

"GO!!!!" Saut semuanya bersamaan dengan tangan yang mereka tekan ke bawah.

"Sebentar, kita tidak memakai bass?" Tanya Anna. Idealnya dalam sebuah band ada gitar, bass, drum dan vocal. Keyboard tidak terlalu penting kan.

"Kau lupa? Band kita inj selalu kekurangan orang tahu. Vokal saja baru ada," jawab Sandy.

Anna terdiam sejenak kemudian menjawab, "Ya wajar saja. Jika anggotanya orang-orang seperti kalian, mereka pasti berpikir ulang."

Mereka ini merupakan mahasiswa yang cukup mencolok dan djkenal. Pertama, mereka termasuk mahasiswa cerdas yang mendapat rata-rata IPK yang cukup tinggi di beberapa semester. Kedua, band pas-pasan mereka ini sering tampil di acara kampus. Ketiga, mungkin wajah mereka yang lumayan. Namun walau begitu mereka punya watak sedikit sombong dan belagu sehingga mungkin mahasiswa biasa yang ingin bergabung mesti berpikir ulang.

"Sembarangan," celetuk Tio yang membuat Anna tertawa kecil.

"Kita bermain dua lagu. Lagu pertama tidak perlu ada bass. Aku yang memainkan gitar listrik. Lagu kedua kita bermain acoustic," ucap Andra sambil mengambil gitar listrik.

Anna mengangguk mengerti, ia memang jarang latihan. Ia hanya diberi tahu akan membawakan sebuah lagu dan ia hanya sempat berlatih dua kali saat pendaftaran dan kemarin. Jadi ia banyak bertanya.

Namun tidak perlu khawatir, mereka bertiga yang memainkan instrumen ini sering berlatih dan pasti sudah memiliki chemistry yang kuat. Sedangkan Anna hanya perlu mengisi vokal. Tidak terlalu sulit.

Mereka berjalan menuju panggung dengan posisi Anna terbelakang. Anna tersenyum tipis tanpa menoleh ke sumber suara yang membuat ia tersenyum. Gia dia berkata, "Good luck." Ucapan singkat yang membuat semangatnya semakin naik.

Suara teriakan dan tepuk tangan mulai terdengar di telinga Anna. Suara itu di dominasi oleh wanita. Luar biasa, ternyata orang-orang di depannya ini memiliki citra yabg kuat. Anna menginjakkan kaki di atas panggung dan membuka matanya lebar. Ramai dan berisik. Entah mengapa penonton terlihat semakin banyak. Anna mengambil mic yang tersimpan di penyangga mic dan ia sedikit gugup. Sial.

Anna menghela napasnya. Ini adalah pertama kalinya Anna terlibat di acara kampus. Ia ingat jelas sejak dulu ia hanya ke kampus lalu ke markas. Tak jarang pula Anna bolos dan lebih memilih menyelesaikan misi. Sebenarnya Anna tak terlalu perlu ijazah S1, ia tidak tidak perlu itu untuk menjadi agen profesional. Namun, CL memaksanya. Hingga hari itu tiba, saat ia diberi suray peringatan oleh rektor dan di scors. Lalu ia bertemu dengan Gia dan mulai terlibat dengan banyak orang.

Andra menepuk bahu Anna lalu mengambil mic darinya. "Jangan gugup. Lakukan seperti biasa," ucapnya. Andra menatap para penonton dengan senyuman coolnya.

"Hi everyone!! Wait for us??" Ucap Andra yang menggema dan sedikit kemudian dijawab oleh para penonton.

"Mungkin kalian bingung, kenapa ada perempuan ini. This is our baby," ucap Andra sambil mengacak-acak rambut Anna. Anna yang tabiatnya tidak bisa menjaga sikap itu memutar malas bola matanya malas lalu berdecak. "Bisa tolong jangan menyentuhku?!" Sebal Anna sambil menepis tangan Andra yang berada di kepalanya.

RAIN'S MEMORIES Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang