26. Blushing

243 24 2
                                    

"Hari ini aku membawa motor apa tidak apa?"

Anna mengangguk, sejujurnya Anna tak masalah mau diantar pakai apapun. Jalan kaki juga tak masalah. Saat ini mereka sedang menuju parkiran tentunya dengan posisi Anna yang dibopong.

"Emm... bisa antar aku ke salah satu tempat makan?" Pinta Anna.

"Tentu, kak! Akhirnya kau meminta kencan denganku... " Ucap Gia semangat.

Mereka menaiki sepeda motor Gia lalu menuju ke tempat makan yang Anna inginkan.

"Ck, kenapa kau sangat lama?" Protes Anna pada Gia saat ia mengendarai motornya dengan perlahan. Tak ada bedanya dengan Zion.

"Agar kau tak jatuh dan agar kita bisa lebih lama, hehe."

"Sini biar aku saja yang mengendarai." Kata Anna.

"Dengan kondisi seperti itu? Kau mau kita tertabrak atau apa?" Kata Gia setelah itu tak menjawab.

Tak lama mereka akhirnya sampai dan segera memesan dan mencari tempat duduk.

"Kak!" Panggil Gia yang hanya dibalas gumaman oleh Anna.

"Siapa pria yang mengantarmu ke perpustakaan tadi?"

Gia masih penasaran dan sedikit sebal dengan kejadian di perpustakaan tadi. Ia tak rela jika wanitanya harus disentuh orang lain.

"Bintang, my classmate."

"Syukurlah," Kata Gia lega.

Tak lama setelahnya, pesanan mereka datang. Anna memesan banyak makanan dan hampir semuanya makanan pedas. Gia hanya bengong melihat itu.

"Kau masih waras kan? Kau itu sedang sakit dan kau malah makan sembarangan Anna!" Tegur Gia.

"Apa?' Kata Anna dengan mulut penuh yang menurut Gia menggemaskan. Anna dengan susah payah mengunyah makanan di mulutnya lalu menelannya.

"Aku sudah lama tak makan makanan seperti ini. Lagipula hanya tangan dan kaki ku yang sakit, ini tidak ada hubungannya dengan organ pencernaanku." Jelas Anna lalu kembali makan. 

Gia terkekeh melihatnya, lalu ia ikut memakan makanannya. Mau ia melarang Anna seperti apapun percuma saja. Anna keras kepala.  

"Eh, ada Anna!!" Sapa seseorang tepat di telinga Anna.

Anna tersedak karena terkejut, Gia dengan sigap memberikan minum pada Anna.

"Zion, biadab!" Umpat Anna dengan muka dan bibir yang merah serta keringat di dahinya. Tersedak makanan pedas, sakitnya bukan main.

Anna memukul perut Zion sedikit keras hingga Zion meringis sebentar.
Tanpa izin Zion memakan makanan Anna yang tentunya membuat Anna semakin dongkol. Pengganggu.

"Ngomong-ngomong dia siapa?" Tanya Zion.

Zion sejak tadi hanya diam memperhatikan mereka dengan datar. Bukankah pria ini yang waktu itu menemani Anna di rumah sakit.

"Pacarnya." Jawab Gia.

"Loh? Loh? Serius?? Kau pacarnya?" Tanya nya lagi memastikan, mereka berdua mengangguk. Setelah itu Zion tertawa.

"Bagaimana bisa? Haha, ternyata ada juga yang mau denganmu, Na! Apa kau memakai santet atau semacamnya?" Kata Zion masih dengan tawa sialannya.

Anna melotot dan menusukkan garpu pada punggung tangan Zion yang tergeletak di atas meja dengan pelan. 

"Arghhh, sakit Anna! Kau gila?!" Ringis Zion.

Anna tampak tak peduli dan melanjutkan makannya sambil senyum-senyum sendiri. Ia senang karena membuat Zion kesal juga. Siapa suruh mengganggu.

"Kau harus hati-hati pacaran dengannya. Saat dia marah, bisa bisa kau di mutilasi."

Zion membisikkannya pada Gia dengan suara keras. .

"Sebelum itu terjadi, aku akan memutilasimu dulu."

Tiba-tiba seorang wanita dengan tubuh pendek dan rambut sebahu datang menghampiri Zion, kemudian ia berkata,
"Eh, baby? Kenapa disini?"

Anna menampilkan senyum evil miliknya kemudian mengedipkan sebelah matanya pada Gia, ia memberi isyarat. Setelah itu, ia memeluk tangan Zion.

"Kenapa? Aku pacarnya, kau sendiri siapa?" Kata Anna.

Zion melotot pada Anna, ia meronta mencoba melepaskan pelukan Anna di lengannya. Tampak wanita tadi sedikit sedih dan pergi dengan menghentak-hentakan kakinya.

Setelah itu Anna melepaskan pelukannya dan tertawa dengan kencang.

"Anna, sialan! Bagaimana ini???? Ah, shit. Bisa kacau kalau pacarku marah." Panik Zion.
"Tunggu saja kau!!" Ancam Zion pada Anna yang masih tertawa itu dan pergi mengejar pacarnya.

Gia hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah sang kekasih.

"Jahil. Kasihan dia, kak," ucapnya.

"Biar saja, haha. Ayo pulang!" Ajak Anna kemudian menggandeng Gia dengan tidak sadar.

"Kenapa tidak begini dari tadi?? Kan kalau begini seperti pacaran sungguhan," celetuk Gia dengan senangnya.

Anna yang sadar segera melepaskannya dan memalingkan wajah.

"Hey, kenapa?" Tanya Gia lalu menangkup pipi Anna agar melihat padanya.

"Mukamu merah!!!! Malu, hm?" Ledek Gia.

"Shit!" Lirih Anna lalu jalan mendahului Gia dengan terpincang.

"Eh, kak! Kau tidak perlu malu-malu kita kan pacaran," ucap Gia menyusul Anna dan memgecup pipi Anna yang semakin merah itu.

"Gia, sialan! Ku pecat jadi pacar sekarang juga!!" Maki Anna lalu berjalan lagi dengan cepat sambil berpegangan pada tembok.

To be continue.
Don't forget to vote, like and comment.
Give your support here.
Thanks for reading.

RAIN'S MEMORIES Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang