"Hai."
Sapa seseorang sambil menarik pelan rambut Anna. Apa lagi ini? Kenapa semua orang sangat suka mengganggu Anna? Dengan refleks Anna menepis tangan orang itu dan menjauhkan dari tubuhnya
"Apa maumu, hah?" Tanya Anna dengan penuh rasa marah dan kesal.
"Santai saja sayang. Galak sekali," Kata orang yang menarik rambut Anna tadi. Orang itu pun segera melepas rambut Anna.
"Sorry. Kau siapa ya?" Tanya Anna. Rasanya Anna familiar dengan wajah pria itu.
"Kau lupa namaku, hm? Andra, mahasiswa tertampan dengan ipk tertinggi di kampus kita," sombongnya
"Oh. Andra yang tempo hari memaksa untuk bertanding basket dengan seorang wanita lalu di tolak?" Jawab Anna dengan nada meremehkan.
"Dia siapa, kak? Padahal jauh lebih tampan aku ya," celetuk Gia tak kalah percaya diri.
Andra melirik Gia dan berkata,
"Oh, ada kau? Mahasiswa pemenang olimpiade tahun lalu dan pemimpin klub futsal, benar?" Tanya Andra.
Anna berpikir sejenak, Gia adalah pemimpin klub futsal? Bagaimana bisa orang seperti dia menjadi pemimpin di klub futsal?
"Ternyata aku seterkenal itu ya? Oh iya, wajahmu terasa tak asing. Kau pacar Kak Naya, kan? Yang selalu mojok berdua saat rapat BEM berlangsung?"
Gia mengatakan itu dengan penuh semangat sedangkan Andra terlihat hanya menampilkan cengiran bodohnya
Anna yang awalnya tak peduli dengan percakapan mereka pun mulai tertarik saat mengetahui Naya dan Andra menjalin hubungan. Ia tertawa di dalam hati. Cocok sekali, mereka sama-sama salah satu orang yang Anna benci.
"Boleh bergabung?" Tanya Andra.. Gia melihat ke arah Anna seolah ia meminta persetujuan. Anna hanya mengangkat bahuku acuh.
"Boleh," jawab Gia.
Anna yang merasa haus pun mengambil dan memini6m banana milk shake milik Gia dan meminumnya. Kenapa Gia mengizinkan pria itu bergabung?
"Hey, Itu milikku, Kak! Katanya kau tak mau minum-minuman anak kecil. Gimana sih..." cibir Gia.
"Persetan, aku haus," jawab Anna. Anna melirik Andra yang duduk di sebelahnya sedang menahan tawa.
"Kenapa kau? Mulai gila?" Sinis Anna.
"Ku pikir kau cukup menggemaskan."
"Cih! Penjilat," cibir Anna.
"SAYANG? SEDANG APA KAU DISINI?' Teriak seorang wanita yang baru saja sampai di meja mereka.
"Berisik, honey. Apa kau tidak malu berteriak seperti itu?" Kata Andra.
Anna hanya melihat mereka malas. Pasangan parasit
"Biar saja, huhu...," Kata Naya manja.
"HEY JALANG! KAU SEDANG APA BERSAMA KEKASIHKU DAN ALGIA HAH? MENGGODA MEREKA AGAR DAPAT UANG?" Kata Naya dengan meninggikan suaranya hingga membuat semua orang memandang aneh padanya. Begitu juga dengan Anna. Sebenarnya ada masalah apa sih di hidupnya? Tadi ia berbicara sangat manja pada Andra. Sekarang berteriak seperti tarzan.
Anna menahan tawanya, menggoda untuk mendapat uang? Gila saja. Andai Naya tahu gaji yang ia dapat hanya dengan menyelesaikan satu misi rahasia
"Menurutku yang kelihatan seperti jalang disini adalah kau, Kak Naya!" Ucap Gia dengan wajah masam
Gia sudah mengenal Naya. Mereka sering kali bertemu saat rapat BEM.
Andra terlihat hanya diam memperhatikan sang kekasih
"Ndra? Kau yakin berpacaran dengan orang ini? Tolong ajarkan lagi sopan santun padanya. Tiba-tiba datang meneriaki dan mengatai orang. Padahal wajahnya cantik, ia juga berasal dari keluarga terhormat. Tapi attitude-nya nol besar," Kata Anna. Lalu keluar dari sana. Didalam terlalu menyebalkan untuknya. Ia malas dengan sifat tak jelas Naya. Padahal Anna sendiri bisa dibilang berattitude buruk tapi setidaknya Anna masih menggunakan akal sehatnya.
Anna menghentikan langkahnya saat Gia menahan tangannya.
"Kau baik-baik saja?" Tanyanya. Anna membalasnya dengan anggukkan. Sejujurnya Anna masih sedikit kesal pada Naya. Tapi ya sudahlah.
"Ayo pulang!" Kata Gia sambil menggandeng paksa tangan Anna.
"Aku bisa pulang sendi... " tolakan Anna terhenti saat melihat Gia hanya diam. Baik sekali lagi, percuma saja menolak orang ini.
"Oke, aku ikut denganmu, Gi," pasrah Anna.
Mereka pun memasuki mobil dan Gia segera melajukan mobilnya. Namun baru setengah perjalanan Gia menghentikan mobilnya. Kali ini Anna hanya diam tak berniat menanyakan kenapa ia berhenti atau sekedar protes.
Terlihat Gia merogoh ponselnya dan menerima sebuah panggilan dari salah satu kontak di ponselnya.
"Kak? Emm... apa tidak apa-apa jika aku menurunkanmu disini? Aku ada urusan mendesak, kak," jelas Gia
Anna diam beberapa saat lalu menghela nafasnya. Bagaimana bisa ia menyuruh turun orang yang baru saja ia paksa ikut pulang bersamanya. Siapa pun yang berada di posisi Anna pasti kesal bukan?
"Turun? Oh, baik. Terima kasih," Kata Anna dengan dinginnya. Ia membuka pintu mobil dan hendak keluar. Namun Gia menahan lengannya.
"Jangan marah," Ucapnya dengan nada sedikit merasa bersalah.
"Marah? Tak ada gunanya," jawab Anna. Ia melepas pegangan Gia pada lengannya lalu keluar dari mobil dan pergi menjauhi mobil Gia. Gia menatap kepergian Anna sambil mengucapkan permintaan maaf lalu kembali melajukan mobilnya.
Anna harus melanjutkan perjalanan pulang dengan berjalan kaki. Karena ponselnya mati dan sialnya ia tak membawa powerbank. Mencari angkutan umum pun tak mungkin ada di jalan yang sepi ini.
Setelah lumayan lama Anna berjalan kaki, tiba-tiba sebuah mobil mewah berhenti di samping Anna. Jendela mobil terbuka menampilkan wajah Naya yang sedang menjulurkan lidahnya. Tak heran jika mereka bertemu, orang mereka baru saja dari tempat yang sama. Sudah pasti menggunakan jalan yang sama juga.
"Sedang apa kau jalang? Menunggu pria tua untuk menyewa tubuhmu?" Ejek Naya.
Anna yang sejak tadi menahan rasa kesalnya pun kehilangan kesabaran. Ia menonjok badan mobil dengan bogem mentahnya.
Dapat dilihat Naya sedikit mundur dengan wajah yang pucat. Bekas bogeman Anna berbekas disana. Mobil itu sedikit penyok dibuatnya. Tangan Anna pun terluka dengan darah yang perlahan keluar dari jarinya. Ia pun melanjutkan jalannya tanpa peduli dengan rasa sakit di tangannya.
"Wait for minutes, bitch!" Ucap seseorang menghalangi jalan Anna untuk pergi dari sana.
To be continue.
Don't forget to vote, like and comment.
Thx for reading
KAMU SEDANG MEMBACA
RAIN'S MEMORIES
Mystery / ThrillerAnnasya ialah gadis bersorot tajam yang menyimpan banyak rahasia dalam dirinya. Sosoknya begitu dingin sampai membuat hatinya perlahan membeku. Sampai akhirnya sosok dinginnya perlahan mencair tatkala Algia masuk ke dalam hidupnya dan mulai membongk...