33. Mencampakkan atau dicampakkan

329 26 1
                                    

Bintang tak henti-hentinya mencoba membujuk Anna untuk tampil di festival seni dua minggu ke depan. Tapi Anna dengan tanpa merasa bersalah langsung menolak begitu saja.

Saat ini Anna sedang mengulik nada dengan gitarnya dan mengabaikan ocehan Bintang. Mata kuliah juga sudah selesai sejak tadi.

"Ayolah, Anna. Kau harus mau jadi peran utama dalam drama musikal ini," sungut Bintang.

"Kenapa harus aku? Lagipula aku tak pandai menari dan akting, Bintang." Jelas Anna.

Ia tahu jelas jika drama musikal pasti melibatkan tarian dan itu membuat Anna malas. Anna bukan tak bisa menari, ia tak mau menghabiskan waktunya untuk berlatih menari. Apalagi bagian scene tokoh utama sudah pasti sangat banyak.

Selain itu Anna sedang tidak memiliki hasrat dan semangat melakukan banyak hal. Isi kepalanya hanya memikirkan Gia yang terus saja sibuk dan tak punya waktu untuknya. Anna juga sedang sibuk dengan misi barunya. Jadi, alasan Anna menolak ajakan Bintang sudah sangat kuat.

"Ku mohon. Di kelas ini hanya kau yang aku percaya, Anna. Jika kau tak mau, pasti Naya akan mengambil posisimu dan menjadi lawan mainku nanti," rengek Bintang.

"Apa salahnya?"

"Aku tak mau itu, Anna. Tahun kemarin saja saat aku menjadi lawan mainnya, dia terus saja mengoceh dan mengomel jika konsep drama musikal itu tak sesuai dengan kemauannya." Jelasnya.

Anna mendengus sebal dan pasrah. "Terserah, tapi jangan menyalahkan aku jika semuanya gagal nanti."

Anna menyimpan gitarnya dan menatap sinis Bintang yang sedang berterima kasih sambil tersenyum riang.

Pandangan Anna beralih saat pintu kelas terbuka dan menampilkan sosok pria yang belakangan ini mengisi otaknya. Tanpa sadar Anna tersenyum tipis, akhirnya Gia datang dan meminta maaf secara langsung.

Namun, sedetik kemudian senyum Anna berganti menjadi senyum kecut saat melihat Naya menghampiri Gia. Betapa percaya dirinya Anna, ternyata Gia ke sini bukan untuk menemuinya tapi menemui Naya. Urusan festival lagi? Kenapa tak ada habisnya? Anna bukan cemburu pada Naya, ia tahu jelas Gia hanya mencintainya. Yang jadi masalah adalah mengapa Gia tidak bisa membagi waktu untuknya? Gia masih sering mengiriminya pesan atau meneleponnya untuk meminta maaf. Tapi semua itu Anna abaikan, ia butuh tindakan langsung. Bukan hanya kata maaf lewat pesan dan telepon. Ia sengaja mencampakkan Gia untuk mengetesnya. Ia berharap Gia akan melakukan sesuatu. Tapi hasilnya nihil, yang ada malah Anna yang tersiksa dengan rasa rindu dihatinya.

Bahkan saat ini Gia tak sadar Anna sedang menatap tajam ke arahnya dari bangku belakang. Apa Gia benar-benar mencampakkannya? Anna muak! Ia menghampiri Gia dan Naya yang sedang berdiri di depan kelas dengan wajah dinginnya dan berucap,

"Gi, apa-"

"Ah, ada apa, kak? Maaf, ya. Aku sedang sangat sibuk. Ayo, kita harus segera pergi, Kak Naya!" Potong Gia lalu berjalan keluar meninggalkan Anna dan Naya.

"Lihat, j*lang. Pacarmu itu sudah mencampakkanmu," ledek Naya dengan seringaiannya.

"Anak dari seorang iblis memang tidak pantas bahagia, sih. Benar bukan, Meysari Alendita?" lanjut Naya.

Anna terdiam dan sedikit kaget. Jadi Herry sudah menceritakan tentang identitas lama Anna pada anaknya?

Anna penasaran, darimana Herry tahu soal identitas lama Anna? Padahal CL dan Bibinya Vira sudah rapat-rapat menutup tentang identitas lama Anna.

"Terkejut karena aku tahu nama lamamu, sayang? Tidak cuma itu, kok. Aku juga tahu kejadian yang menimpa orang tua iblismu itu. Dan tentunya kasus pembunuhan yang kau lakukan," tambah Naya.

Anna masih diam, apa yang orang tua Anna lakukan di masa lalu sampai-sampai Naya dan Herry menyebut mereka iblis. Kalau pun mereka melakukan sesuatu, apa hubungannya dengan Naya. Bahkan CL dan bibi pun tak pernah menceritakan mengenai ini.

"Tidak perlu cemas. Aku akan menutup mulut jika aku ingat. Sebaiknya jangan macam-macam padaku jika kau tak mau semua orang tahu tentang kebejatan dirimu." Ancam Naya.

Anna tersenyum licik. Jadi, Naya mencoba mengancamnya? Tapi sayang, ia salah orang. Anna tak mempan di ancam. Jika pun semua orang tahu tentangnya, ia tak peduli. Jika semua orang tahu identitasnya lalu apa? Lagipula Anna bukan wanita populer dengan banyak sensasi seperti Naya. Anna rasa orang tidak akan terlalu peduli.

"Mencoba mengancamku, nona? Sebaiknya urus dulu persidangan ayahmu itu. Tempo hari polisi sudah berkunjung ke rumahmu bukan?" Jawab Anna.

Sekedar informasi, CL sudah mengumpulkan semua bukti tentang percobaan pembunuhan masal yang dilakukan Herry waktu itu. Dengan begitu, hukuman untuk Herry sedang di proses. Tapi ini tak menutup kemungkinan jika ayah Naya dibebaskan, mengingat koneksinya yang kuat dan pengaruh besarnya di kota ini. Dan jangan lupakan uang melimpah yang ia punya untuk menyewa pengacara hebat atau mungkin menyogok hakim.

Herry sendiri adalah pemilik apotek terkenal di kota ini. Bahkan apoteknya itu sudah memiliki banyak cabang. Selain itu, Herry mempunyai perusahaan yang bergerak di bidang kuliner. Salah satunya perusahaan yang ia rebut dari lawan bisnisnya saat itu.

"J-jaga bicaramu," gugup Naya lalu berlari keluar dari kelas dan menyusul Gia.

Anna menyeringai melihat Naya yang pergi dengan wajah cemas dan gugupnya. Berani mengancam tapi takut diancam. Aneh sekali.

Anna menoleh ke belakang saat merasakan bahunya ditepuk oleh seseorang. 

"Pacarmu diambil Naya ya? Haha." Ledek Bintang.

"Ya seperti yang kau lihat. Aku heran, bagaimana bisa wanita itu ditunjuk menjadi panitia? Apa dia benar-benar berguna? Membeli flashdisk saja tidak bisa."

"Kau harusnya tahu alasannya. Ayahnya pasti menjadi donatur." Jawab Bintang.

"Lagi-lagi uang."

"Sudah. Jangan terlalu dipikirkan, lagipula pacarmu mana mungkin bisa berpaling dari orang sepertimu ke orang seperti Naya."

"Tentu saja. Aku bukan takut Naya akan mengambil Gia. Aku hanya kesal karena tidak ada waktu tahu," kesal Anna.

"Romansa remaja memang ada ada saja." Kata Bintang.

"Kenapa kau bicara seolah-olah kau lahir dua puluh tahun sebelum aku?" Kata Anna diiringi tawanya.

To be continue.
Don't forget to vote, like and comment.
Give your support here.
Thanks for reading

RAIN'S MEMORIES Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang