31. Ancaman Baru.

249 25 5
                                    

Anna memasuki ruangan pribadi CL bersama Zion kemudian duduk di sofa. CL meneguk minumannya lalu menatap Anna dan Zion bergantian.

"Ada urusan apa? Mendadak sekali, kau tidak tahu aku sedang menikmati akhir pekan?" Keluh Zion.

"Kalian tahu soal kelompok agen ku yang dulu kan?" Tanya CL serius.

Mereka berdua mengangguk lalu CL kembali berkata, Dulunya CL tergabung disebuah agen resmi milik negara. Namun ia keluar dari sana karena terlibat konflik. Begitu juga dengan GD sang partner. Dan setelah keluar mereka pun terpecah menjadi dua agen illegal yang melayani klien pembisnis.

"Pemimpin kelompok itu mengincar kita. Jadi berhati-hatilah, terutama Anna. Aku tak tahu apa motif mereka mengincar kita. Tapi ku rasa ada beberapa orang yang membenci kita lalu meminta bantuan pada pemimpin kelompok itu," jelas CL.

"Kau sudah membicarakan ini dengan yang lain kan?" Tanya Zion.

"Ya, aku rasa mereka akan segera.memulai permainannya. Jadi kalian harus selalu siap. Jaga juga orang terdekat kalian, bisa saja mereka berniat mencelakai mereka atau semacamnya. Ini merupakan ancaman baru untuk kita."

"Tetap waspada. Mengenai kasus Herry, aku sudah menangani itu. Kalau bisa putus hubungan dengan orang lain untuk sementara."

Setelah mengatakan itu CL langsung pergi untuk mengurus beberapa urusannya. Perkataan CL yang terakhir membuat Anna berpikir keras. Putus hubungan dengan orang? Apakah ia harus memutus hubungan dengan Gia untuk sementara? Bagaimana bisa? Tapi Anna tahu persis CL mengatakan itu demi keselamatan. Ternyata benar berhubungan dengan orang memang merepotkan. Bahkan disaat nyawa sendiri terancam Anna harus memikirkan orang lain juga 

Zion menatap bingung ke arah Anna yang sejak tadi termenung dan berkata, "Tak mau pulang? Ayo, biar ku antar."

Anna menoleh lalu mengangguk dan mengikuti Zion dari belakang. Zion berbalik badan dan menyimpan telapak tangannya di kening Anna. Ia penasaran dengan tingkah Anna sejak ia meminta Zion menjemputnya. Anna terlihat lebih pendiam dan banyak pikiran. Bahkan saat ini, Anna hanya diam dan menatap Zion penuh tanda tanya. Padahal biasanya Anna akan menepis tangan Zion dan menguncinya lalu memukulinya. Pada dasarnya Anna memang tidak banyak bicara, tapi Zion tahu ada yang berbeda.

"Tidak demam... apa kau tak apa-apa? Tingkahmu aneh. Bahkan sejak aku menjemputmu, kau sama sekali tak berbicara padaku. Berterima kasih saja tidak, ya walau aku tahu kau tidak tahu terima kasih, haha," kata Zion diselingi tawa.   Zion menatap langit lalu tersenyum menyebalkan.

"Aku tahu! Kau pasti sedang putus cinta lalu patah hati. Ayo cerita saja. Aku yang pengalaman ini pasti punya solusi."

Anna bergidik ngeri, mendengarnya saja sangat menggelikan.

"Kau ingat pacarku yang waktu itu tidak? Yang marah karena kau mengaku-ngaku sebagai pacarku?" Tanya Zion

"Ya, kenapa?"

"Setelah aku mengejarnya, ia langsung meminta putus. Untung saja aku masih banyak simpanan. Jadi, aku tak harus merasakan patah hati," jelas Zion.

"Terus? Apa hubungannya denganku?"

"Ck, kau kan sedang patah hati. Jadi, aku mencoba memotivasi dirimu agar tak patah hati lagi, Anna." Jawab Zion dengan wajah malasnya.

"Dengan cara mencari yang baru?" Tanya Anna lalu tertawa diikuti dengan tawa Zion.

"Tentu. Wanita masih sangat banyak. Untuk apa bersedih. Lagipula siapa yang tidak mau denganku."

"Ya ya aku tahu itu. Bahwa pria dikelas ku saja menanyakan akun sosial media mu dan terus memuji mu." Ledek Anna.

"Kalau itu menyeramkan, Anna. Aku hanya menginginkan wanita tahu." Elak Zion.

Zion merinding sat teringat ketika Anna bercerita bahwa ada teman satu kelasnya di kampus yang menanyakan akun sosial media Zion. Pria itu melihat Zion saat itu yang sedang menjemput Anna. Pria itu bahkan memuji wajah Zion. Pria normal mana yang melakukan hal itu?

Wajah pria itu cukup tampan, badannya juga cukup kekar bagaimana ia bisa menyukai orang seperti Zion? Aneh, Anna rasa susuk yang dipakai Zion memang sangat manjur sampai-sampai lelaki pun terpikat.

"Apa salahnya? Siapa tahu kau bosan dengan wanita dan ingin merasakan sensasi baru."

"Kau gila? Dia lebih kekar dariku. Kau mau aku tidak bisa poop, hah?" Kesal Zion yang sukses membuat Anna terbahak.

"Mendengar penderitaanku seperti membuatmu bahagia. Tapi baguslah. Tidak suram dan patah hati seperti tadi, haha." Ledek Zion.

"Gila. Lagi pula siapa yang patah hati, bodoh?! Ayo, pulang." Ajak Anna.

Anna berjalan mendahului Zion dan tersenyum tipis. Terkadang memiliki teman menyenangkan juga. Anna jadi terhibur dan bisa melupakan perasaan yang tadinya sedang buruk walau sejenak.

Sesampainya Anna di rumah, ia menatap sinis bibinya yang sedang berduaan dengan kekasih barunya. Sedangkan Zion langsung pamit undur diri.

"Kekasih baru lagi?" Sindir Anna.

Hubungan Anna dengan bibinya belakangan ini memang membaik. Tapi tingkahnya yang suka gonta-ganti pasangan belum juga hilang.

Bibi menghampiri Anna dan berbisik,

"Kurasa ini yang terakhir, Anna. Aku akan mengakhiri semuanya. Ku harap kau ikut senang akan kebahagiaanku sekarang. Aku akan bertunangan dengannya."

Anna mengangguk dan bersyukur setelah mendengar itu. Walau dalam hatinya ada keraguan tapi Anna mencoba menepis hal-hal buruk yang ada di otaknya v

"Tapi ku mohon jangan menyentuhnya seperti kau menyentuh suamiku dulu," tambah bini Anna.

"Jika pria itu pria baik maka aku akan ikut senang. Tapi jika dia sama b*jingannya dengan mantan suamimu, maka aku akan melakukan hal yang sama," jawab Anna.

Bibi menatap Anna penuh tanya, apa maksud perkataan Anna dengan menyebut mantan suaminya sebagai b*jingan...

"Apa maksudnya dengan b*jingan?" Tanyanya.

Anna berdecak lalu memutar malas bola matanya, ia terlalu malas menceritakan hal yang menyebalkan itu. Alasan Anna tak pernah memberitahu alasan ia menghabisi mantan suami bibinya karena ia tak mau menyakiti hati sang bibi.

"Ada hal yang tak harus kau tahu, bi! Tapi jika kau sangat ingin tahu, mengapa aku melakukan hal keji itu... kapan-kapan aku akan menceritakan. Untuk sekarang, bersenang-senanglah," jelas Anna. Anna tersenyum tulus menatap bibinya.

"Paman, tolong jaga wanita ini ya. Buat dia tertawa. Dia sudah banyak menangis karena ku. Kurasa ia akan bahagia bersamamu." Kata Anna kemudian pergi ke kamarnya untuk istirahat. Ia merasa ada hal yang berubah seminggu terakhir ini dari bibinya. Ia banyak tersenyum, nada bicaranya menurun dan masih banyak lagi. Hal inilah yang membuat Anna yakin bahwa pria inilah yang membuat bibinya seperti ini.

Ada perasaan bersalah ketika melihat keadaan bibinya yang seolah tak pernah puas dengan satu pria setelah mantan suaminya tiada. Semua orang mengira mantan suaminya habis ditangan Anna. Anna yang tidak pernah menceritakan hal yang sebenarnya membuat orang-orang berasumsi hal huruk tentang dirinya. Tapi Anna tidak terlalu peduli.

To be continue.
Don't forget to vote, like and comment.
Give your support plz.
Thanks for reading.

RAIN'S MEMORIES Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang