9. Rumah makan

324 34 0
                                    

Anna menyusuri jalan menuju taman kota. Hari ini ia tak membawa sepeda motornya. Mata kuliah juga sudah selesai jadi ia memutuskan pergi ke taman sebentar. Ia berharap Gia juga ada disana. Tidak! Bukan berarti Anna menyukai pria itu. Karena seringnya mereka menghabiskan waktu bersama, Anna jadi terbiasa dengan kehadiran Gia walau kadang ia dibuat kesal oleh tingkah dan celotehan Gia.

Anna menoleh ke arah Gia yang sedang terduduk sendiri di rumah kayu itu. Saat itu juga pandangan mereka saling mengunci satu sama lain. Gia tersenyum lalu berlari kecil ke arah Anna.

"Mau permen?' Tanya Gia.

"No. Aku trauma dengan benda manis itu. Aku tak mau benda sialan itu kembali tersangkut di tenggorokan ku," tolak Anna. Ia bergidik ngeri saat kembali mengingat kejadian Anna yang tersedak permen tempo hari

"Haha, payah kau, Kak! Aku saja tidak kapok... Oh ya, hari ini kau akan duduk disini bersamaku, kan?" Tanya Gia.

Anna hanya mengangkat sebelah alisnya tanpa berniat menjawabnya.

"Kenapa diam?" Tanyanya lagi.

"Tidak, aku mengantuk ingin tidur," jawab Anda kemudian berjalan pergi.

"Hey, kak tunggu! Aku akan mengantarmu ya???!" Ajak Gia yang terdengar sedikit memaksa.

"Tidak perlu," tolak Anna.

"Aku memaksa kak. Ayolah... " Pinta Gia
"Ikut atau aku akan memberikan fotomu saat merokok ke dekan kampus?"

Anna mengerutkan dahinya, kapan Gia memotret Anna saat sedang merokok? Aneh

"Berikan saja. Lagi pula ia sudah tahu, Gi," jawab Anna lalu tertawa.

"Ck! Menyebalkan." Gumamnyq sambil menarik tangan Anna dan membawanya ke mobil bercat merah maroon yang terparkir di pinggir jalan.

"Lepaskan, sialan!" Maki Anna sambil menghempaskan lengan Gia.

"Masuk, kak!" Kata Gia sambil membukakkan pintu mobil untuk Anna

"No."

Anna melirik sinis ke arah Gia yang sedang diam sambil terus memandangi Anna.

"Apa?" Tanya Anna dengan wajah datarnya. Tapi Gia masih diam membisu.

"Baik-baik, aku akan ikut denganmu," Ucap Anna menyerah akan keadaan. Percuma saja jika ia menolak Gia. Pernah sekali ia menolak ajakan Gia untuk pulang bersama, Gia memang mebiarkan Anna pulang sendiri dengan angkutan umum. Tapi Gia mengikutinya sampai Anna benar-benar sampai ke rumah.

"Yeay! Ok, silahkan masuk, tuan putri!" katanya sambil berlaga bak seorang pengawal.

"Menjijikkan," hina Anna padahal jauh di dalam dirinya, ia merasa senang diperlakukan seperti itu.

Saat mereka sedang menuju ke rumah Anna, tiba-tiba Gia menghentikan mobilnya.

"Kenapa berhenti? Rumahku bukan di Rumah makan ini," protes Anna saat melihat Gia berhenti di depan sebuah rumah makan.

"Aku lapar kak. Ayo makan!" Kata Gia sambil menggandeng tangan Anna masuk ke Rumah makan itu.

Anna hanya menarik nafas panjang menghadapi pria itu. Jika ia melepaskan gandengan tangannya, Gia akan berkata,

"Jangan menolakku. Kau tak mau ku gandeng? Kalau begitu aku merangkul pinggangmu saja."

Anna sampai tak habis pikir sebenarnya apa mau pria itu?

"Mau makan apa?" Tanya nya.

"Tidak mau apa-apa."

"Kau harus makan."

Seperti biasanya Gia pasti memaksa Anna melakukan sesuatu yang ia perintahkan.

"Kalau begitu aku ingin minum whiskey,"

"Whiskey? Tidak tidak, itu tak bagus, kak. Susu saja bagaimana?" 

"Itu minumanmu. Aku tidak meminum minuman anak kecil sepertimu," ejek Anna.

"Enak saja! Itu bukan hanya untuk anak kecil tahu, kak!" protes Gia.

Anna mengabaikan celotehan Gia dan melihat sekeliling. Dilihat dari manapun ini adalah rumah makan elite. Ini bukan pertama klainya bagi Anna datang ke tempat seperti ini. Ia sudah sering ke tempat seperti ini saat menjalankan misi  Pandangan Anna terhenti tertuju pada dua orang di pojok kanan rumah makan.

Anna menyipitkan matanya memperhatikan wanita yang berada disana. Dan seperti dugaannya, wanita itu adalah salah satu penipu berkedok wajah cantik di kota ini. Sudah banyak korban yang tertipu olehnya. Ia adalah wanita berbahaya. Namun tak banyak orang tahu karena cara ia menutupi kejahatannya sangat hebat, ditambah dengan relasinya yang luas.

Jika kalian bertanya kenapa Anna bisa tahu mengenai informasi itu, karena Anna merupakan salah satu anggota agen rahasia dikota ini. Organisasi illegal yang menentang kekuasaan mafia tapi bukan juga organusasi intel pemerintah. Memang kurang realistis tapi itulah adanya. Masuk ke organusasi rahasia sudah Anna idamkan sedang ia di bangku sekolah menengah. Dan beruntungnya ia punya kenalan orang dalam sehingga ia bisa ikut bergabung ke organusasi.

Wanita yang sejak tadi Anna pandangi pun melihat balik ke arah Anna. Dia terlihat terkejut lalu ia segara mengganti raut wajah kagetnya menjadi seringaian seolah meremehkan.

Anna hanya membalasnya dengan senyum yang ia buat semanis mungkin, tapi entah mengapa orang lain malah menjulukinya "senyuman iblis" padahal kan Anna hanya tersenyum.

"Kau melihat apa? Serius sekali sampai pria tampan ini kau acuhkan," celetuk Gia sambil menangkup pipiku dan mengarahkannya gar Anna melihatnya.

Ya Tuhan, saking asiknya Anna memperhatikan wanita tadi Anna sampai lupa bahwa sedaritadi Gia terus berceloteh dan mengajak Anna bicara.

Gia yang penasaran dengan apa yang Anna lihat pun mengikuti arah pandang Anna. Lalu dia memasang smirknya.

"Ah, aku tahu. Kau mau kita seperti mereka? Melakukan hal romantis, hm?" Kata Gia dengan senyumnya yang mengembang.

Anna hanya memandangnya datar  lalu Gia memegang tangan Anna yang tergeletak di atas meja. Anna terkejut bukan main, jantungnya berdebar namun raut wajahnya sama sekali tak berubah. Tetap dingin dan datar.

"Ck! Jangan pernah menyentuhku! Mengerti?" Kata Anna sambil menarik tangannya.

"Yah.. . Emm ya aku tahu,  lagi pula kita tak akan seperti mereka. Kau sangat beda dengan wanita itu dia sangat cantik dan feminim. Sedangkan kau?" Kata Gia membandingkan wanita itu dengan Anna.

Anna hanya diam. Mendengar ucapan Gia barusan membuat Anna kesal. Bagaimana pun ia tetap wanita yang memiliki perasaan. Dan Anna sangat benci saat ia harus dibandingkan dengan orang lain. Apalagi dibandingkan dengan seorang penipu.

Tak lama makanan yang Gia pesan datang. Dia memesankan Anna daging sapi panggang dan sebuah es krim vanila. Makanan itu terlihat menggiurkan dan pas sekali perut Anna sedang lapar. Tapi entah mengapa seperti makannya hilang begitu saja.

Anna mengatur nafasnya. Moodnya saat ini sedang tak baik, akan sangat merepotkan jika ia mengamuk disini bukan? Oleh karena itu ia hanya diam dan mencoba menenangkan diri.

"Kenapa hanya diam? Makan!" Suruhnya.

Anna tak menjawab ia hanya terus memandangi makanan itu.

"Hai."

Sapa seseorang sambil menarik pelan rambut Anna. Apa lagi ini? Kenapa semua orang sangat suka mengganggu Anna? Dengan refleks Anna menepis tangan orang itu dan menjauhkannya dari tubunya

"Apa maumu, hah?" Tanya Anna dengan penuh rasa marah dan kesal. Suasana hatinya saat ini sedang buruk.

To be Continue.
Thanks for reading.
Dont forget to vote and comment.

RAIN'S MEMORIES Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang