4. Kejadian di perpustakaan

482 46 0
                                    

Mata Anna rasanya benar-benar berat sampai ia tak bisa membuka matanya untuk bangun.. Ditambah lagi elusan lembut di kepalanya yang menambah rasa nyaman Anna saat ini, seakan ia semakin jatuh ke dalam tidurnya

"Kenapa dia tak kunjung bangun. Apa dia sudah mati?" ucap pria itu.

Samar-samar Anna mendengar suara seseorang yang ia tak ketahui siapa. Anna membuka matanya dengan sempurna dan langsung bangun dari tidurnya saat mendengar pria itu mengatainya sudah mati. Kurang ajar!

"Awww, sial!" Rintih Anna saat bangun dari posisi tidurnya. Kepala Anna terbentur rak buku. Lalu dengan spontan ia mengusap kepalanya yang terasa sakit dan pening.

"Kenapa rak ini ada disini berengsek?! Sakit sekali rasanya,,"" umpat Anna lalu ia mendengar seseorang sedang menahan tawa. Anna menoleh ke sumber suara . Lagi-lagi pria ini . Yap pria yang akhir akhir ini selalu bersama Anna di taman. Itu Gia!

"Kenapa kau tertawa? Ada yang lucu? Oh kau yang memindahkan rak ini agar aku terbentur kan?" Kesal Anna sambil tetap mengusap kepalanya yang benjol itu.

"Ah tidak," Ucap nya masih menahan tawa.
"Apa kau tidak apa apa? Terasa sakit sekali ya?" Tanya nya sambil mencoba mengusap kepala Anna.

"Berani menyentuh? Mau ku patahkan tanganmu, hah?" Tepis Anna saat tangan Gia mencoba menyentuh kepalanya yang terbentur rak tadi.

"Dasar wanita! Padahal tadi kau sangat pulas saat aku nengusap-usap rambutmu kak!" Kata Gia.

Anna membulatkan matanya kaget sampai ia tak mengeluarkan sepatah kata pun.

"Apa yang kau lakukan disini?"  Tanya Anna mencoba melupakan kejadian yang menuruynya memalukan barusan.

"Menemuimu tentunya. Aku merindukanmu" Jawab Gia yang membuat Anna merinding geli. Tapi lagi-lagi Anna hanya diam membeku. Makian dari mulutnya seakan tertahan sesuatu yang Anna tidak ketahui.

"Tapi aku hanya bercanda," Tambahnya lagi lalu dia tertawa. Anna yang mendengar itu hanya berdecil. Pria ini benar-benar menyebalkan.

"Kau sendiri mengapa ada disini?" Tanya Gia.

"Aku? Kau tidak lihat tadi aku sedang apa?"

"Oh iya aku baru ingat. Kau kan tadi sedang tidur dengan nyenyak karena elusanku ya," ledek Gia sambil menahan tawa.

"Fcvk. Never mind!" Acuh Anna.

"Mengapa kau tidak di kelasmu, kak?" Tanya Gia lagi. Sepertinya ia sangat suka bertanya.

"Aku dikeluarkan dari kelas dan satu lagi jangan memanggilku kakak. Karena aku bukan kakakmu dan aku tak mau punya adik," protes Anna.

"Lalu? Aku harus memanggilmu apa? Kau kan seniorku. Apa aku harus memanggilmu sayang? Atau honey saja?" Tanya Gia dengan jawaban yang ia berikan sendiri juga. Ia terlihat begitu menyebalkan saat mengucapkan itu. Ditambah ia yang menaik turunkan alisnya. Anna benar benar ingin muntah rasanya melihat orang ini bahkan ingin menamparnya.

"Jangan berbicara yang menjijikkan! Aku mual," kesal Anna.

Tiba-tiba Gia itu mendekatkan dirinya kepada Anna sehingga terlihat seolah dia akan memeluk bahkan mencium Anna. Anna kembali membulatkan matanya kaget.

"Apa yang kau lakukan, bodoh?! Menjauh dariku. Aku tak sudi disentuh olehmu," gugup Anna lalu menonjok perut Gia agak keras.

"Aww! Sakit kak! Apa yang kau lakukan sih?!" Rintih Gia sambil mengusap perutnya yang baru saja Anna tinju

Diapun mengambil buku yang ada di rak yang terhalangi oleh tubuh Anna lalu menjauhkan badannya dari badan Anna

"Apa kau baru saja memikirkan hal yang aneh hm?" Goda Gia sambil memasang smirk nya. 

"K-kau yang salah! Siapa suruh mengambil buku tidak bilang padaku? Bilang saja kau mau modus kan? Dasar pria aneh!" Ucap Anna dengan gelagapan. Tidak biasanya Anna seperti ini. Biasanya ia kan santai.

Gia hanya mengangguk-anggukkan kepalanya sambil mendengarkan celotehan Anna yang mengelak berpikiran kotor. Mata Gia tak lepas dari Anna, bahkan senyum terus mengembang dari wajah pria tersebut.

"Wajahmu merah, kak!" Goda Gia lagi

Anna menarik nafas panjang lalu memejamkan matanya. Ia mengusap wajahnya bagai orang frustasi. Gia gemas dibuatnya. Rasanya Gia ingin mencubit pipi Anna namun ia urungkan niatnya itu. Karena ia tahu resikonya berat. Ia tak mau perutnya jadi korban. Tinju nya barusan masih terasa sakit di perut Gia.

Dimata Gia saat ini Anna benar-benar menggemaskan  Tak lama Anna berdiri dan berlari keluar perpustakaan sampai melupakan jaketnya.

Gia terkekeh dibuatnya. Lalu ia mengambil jaket Anna dan kembali ke kelasku dengan membawa buku dan jaket.

Sedangkan Anna masih berlari dengan sangat kencang sampai menabrak seseorang sampai Anna jatuh. Sebenarnya ia juga tak tahu mengapa ia harus lari? Dan sialnya ia baru ingat bahwa jaketnya tertinggal. Jika balik lagi itu tidak mungkin. Ia pasti digoda lagi oleh Gia dan ia tidak mau itu.

"Aww! Sial sakit. Kenapa hari ini sangat menyebalkan dan penuh kesialan, Tuhan??" Ucap Anna menggerutu.

"Kau tak apa?" Tanya seseorang yang ditabrak Anna sambil mengulurkan tangan.

"Ah iya. Terima kasih dan maaf juga aku sudah menabrakmu," Kata Anna tanpa menerima uluran tangan pria itu.

"Lain kali berhati-hatilah"
"Siapa namamu?" Tanya pria itu.

"Annasya," Jawab Anna

"Aku Andra," ucap pria yang bernama Andra itu

"Aku tak menanyakan namamu" Jawab Anna. Ok sikap tak tahu diri dan tak sopan Anna akhirnya muncul.

"Berani juga kau. Apa kau tak tahu siapa aku?" Tanya nya sambil tersenyum manis.

"Andra kan? Kau baru saja memberi tahu namamu tadi. Ya walau aku tak bertanya sih," Jawab Anna malas.

"Yaampun bukan itu maksudku Anna" Ucap pria bernama Andra dengan sedikit kesal.

"Lalu?" Tanyaku.

"Lupakan!" Jawabnya lalu pergi.

"Tak jelas," cibir Anna.

"Anna!!!"

Tiba-tiba seseorang meneriakkan nama Anna  ia pun menoleh ke belakang. Terlihat Yola sedang berlari ke arah Anna sambil terus berteriak ahh anak itu kebiasaan sekali teriak-teriak.

"Kenapa?"

Yola pun sampai didepanku dengan terengah-engah.

"Huh itu naa ituu" Kata Yola dengan tidak jelasnya.

"Itu apa? Bicaralah yang jelas!"

"Kenapa kau tadi berbicara dengan Andra?" Tanya nya.

"Dasar aku kira ada apa. Berbicara dengan Andra? Tadi aku menabraknya. Oh iya kau kenal dengannya?"

"Apa kau tahu Na?? Dia adalah pria dengan IPK tertinggi di fakultas kita. Beruntung sekali kau," Kata Yola dengan mata berbinar.

"Kau menyukainya, Yol? Oh iya lagipula aku baru kenal dengan orang itu,"

"Suka?? Mana mungkin. Bahkan pacarnya saja sangat cantik. Aku sih kalah,"

"Tapi aku tak tertarik akan kehidupannya," Jawab Anna lalu pergi ke kelas. Tidaj mungkin ia bolos lagi bukan?

To be continue
Thanks for reading.
Dont forget to vote and comment

RAIN'S MEMORIES Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang