21. Rumah sakit

266 22 0
                                    

Gia menyusuri lorong menuju kelas Anna dengan sangat tergesa-gesa. Ia sedikit cemas karena dua hari ini Anna tidak datang ke kampus, di taman juga tidak ada. Ribuan pesan telat Gia kirim, namun tak satu pun terbalas. Ia khawatir... apalagi terakhir mereka bicara itu saat sambungan telepon Gia dimatikan oleh pria yang bersama Anna.

Terlihat di kelas itu hanya berisi sebagian mahasiswa saja karena saat ini jam istirahat sedang berlangsung. Sudah jelas para mahasiswa itu pergi ke kantin

"Permisi. Apa Annasya ada?" Tanya Gia setelah sampai di sana.

"Wah, ternyata ada yang mencari si jalang. Apa kau mau menyewa dia?" Celetuk salah satu mahasiswi.

"Lihat! Lucu sekali bukan? Ada jalang teriak jalang," Kata Yola pada Sina guna menyindir orang tadi.

"Jaga bicaramu seniorku yang terhormat!"

Tatapan ramah Gia menghilang. Kini ia menatap tajam mahasiswi tadi yang sekarang ini mematung.

Sina menghampiri Gia lalu berkata,

"Anna sedang sakit."

"Kau serius? Dia sakit apa? Apa yang terjadi padanya? Apa kau tahu dimana rumah sakit yang merawat Anna?" Gia terus saja melontarkan pertanyaan saking paniknya

"Santai, bro. Tapi sialnya hanya itu yang kami tau. Ponsel Anna tak aktif, kami tahu akan hal ini juga dari dosen," jawab Clara.

Sina mengangguk setuju lalu berkata,
"Padahal kami ingin menjenguknya. Coba kau tanya teman dekat Anna, si Adi dan Yola dari fakultas sebelah. Siapa tahu mereka mengetahui apa-apa tentang keadaan Anna saat ini. Setelah itu beri tahu kami juga ya."

Gia keluar dari kelas setelah ia berterima kasih pada Sina dan Clara. Namun, saat Gia sampai di pintu dia berpapasan dengan Naya, Gia menatap tajam Naya namun wanita itu memalingkan wajahnya. Gia mengerutkan dahinya bingung. Ada apa dengan Naya? Kenapa dia memalingkan wajah? Padahal biasanya ia akan menatap dengan tatapan meremehkan lalu mengeluarkan ucapan pedas dari mulutnya. Aneh.

Akhirnya mata kuliah hari ini selesai, Gia menuju kelas Yola dan Adi untuk menanyakan tentang Anna sesuai saran dari Sina.

"Kalian adalah Adi dan Yola, benar? Aku Gia, aku ingin bertanya tentang Anna pada kalian. Pasti kalian tahu sesuatu bukan? Em... Sebenarnya apa yang terjadi pada Anna? Dimana ia di rawat? Tolong beritahu aku."

Gia bertanya begitu saja tanpa basa-basi. Adi dan Yola terlihat bingung.

"Pas sekali. Kami baru saja akan menjenguknya. Mau bareng?" Kata Yola semangat. Adi yang mendengar itu menatap tajam ke arah Yola. Lalu Adi segera menjelaskan sesuatu pada Gia,

"Maaf, tapi Anna tidak mengizinkan kami memberitahu siapapun dimana ia di rawat."

"Oh, iya. Aku lupa," kata Yola.

"Tapi aku sangat mencemaskan dia, kak. Ku mohon beritahu aku."

Gia terus saja meyakinkan mereka agar mereka mau memberitahu informasi tentang Anna. Ia sangat bersungguh-sungguh.

Yola dan Adi saling melempar pandang, hingga akhirnya Adi mendengus sebal dan pasrah.

"Baiklah, kau hanya perlu ikuti kami," Kata Adi.

"Serius?? Terima kasih, kak!" Kata Gia berbinar. Akhirnya ia bisa melihat wajah Anna lagi.

"Jika nanti Anna mengamuk lalu menghajarmu, jangan salahkan kami ya." Kata Yola.

Gia mengangguk lalu pergi ke rumah sakit dengan sepeda motor masing-masing. Rumah sakit itu terletak lumayan jauh dari kampus sehingga memakan waktu yang lama.

Mereka akhirnya sampai di rumah sakit yang letaknya hampir di ujung kota. Setelah menanyakan pada resepsionis mengenai di kamar mana Anna berada, mereka segera ke sana dengan cepat.

Saat pintu dibuka tampak Anna yang sedang terbaring tenang di ranjang. Sedangkan di sofa Zion, Kapten CL dan bibi Anna sedang berbincang-bincang.

Tanpa basa,-basi Gia langsung berlari ke arah Anna dan menggenggam tangannya yang kebiruan itu. Saking senangnya melihat Anna ia sampai melupakan sopan santunnya. Ia mengabaikan orang-orang disana. Yola dan Adi mencoba menjelaskan tentang siapa pria itu pada mereka. Lebih tepatnya pada CL dan Zion. Bibi Anna kan sudah kenal dengan pria i7.

"Apa dia masih belum sadar? Dia tidak kritis kan? Apa dia sudah makan? Apa dia baik-baik saja? Kenapa wajahnya memar?"

Gia terus melontarkan pertanyaan bertubi-tubi. Zion yang melihat itu berdecak sebal lalu berkata,

"Dia sudah tidak apa-apa jangan khawatir. Dan kau ini siapa?"

"Maaf sebelumnya. Aku sangat khawatir dengan keadaannya. Aku Gia, teman kampus Kak Anna," jelas Gia.

Mereka mengangguk mengerti, kecuali CL. Ia menatap Gia curiga.

"Apa kau pacarnya?" Tanya CL dengan tatapan mengintimidasi.

Gia terdiam dan berpikir. Apa ia pacaran dengan Anna? Maunya sih begitu tapi Anna kan belum menjawab ajakannya.

"Semoga saja."

Gia terus saja menatap wajah pucat Anna dengan tatapan sendu miliknya. Ia terus berdoa pada Tuhan agar Anna segera pulih seperti biasa.

"Sebenarnya apa yang terjadi pada Anna, bibi?" Tanya Anna.

Bibi Anna melihat ke arah CL. CL yang mengerti itu pun langsung menjawab,

"Dia terjatuh dari motor dan badannya tertimpa motornya sendiri. Makanya banyak memar di badannya,""

CL berbohong, tidak mungkin ia menceritakan yang sebenarnya mengenai kejadian dua hari yang lalu dan organisasi rahasia yang Anna ikuti. Apalagi Gia adalah teman satu kampus Anna. Ia pasti mengenal Naya. Dan CL tak mau gosip tentang Herry menyebar sebelum proses hukum selesai.

"Gi, ada apa dengan pipimu? Itu bukan ulah Anna, kan?" Tanya Bibi Anna saat melihat bekas luka sayatan di pipi Gia.

"Iya, Bi. Anna yang melakukannya. Wajah tampanku jadi rusak."

Gia mengadu dengan nada bicarannya yang seperti anak kecil itu.

Karena mereka sudah tahu tentang sikap Anna seperti apa, mereka pun tertawa lepas.

Suara tawa mereka tampaknya mengusik tidur Anna.

"Berisik," ucap Anna dengan dinginnya.

Sontak semua orang melihat ke sumber suara. Gia menatap Anna dengan senyum yang mengembang di wajahnya. Mata nya berbinar. Lalu Gia mendekat ke ranjang

Anna mengucak matanya kemudian memperhatikan sekitar.

"Kalian sudah datang? Ck, kenapa kalian membawa bocah ini?!" Anna menunjuk Gia dan mengintimidasi Yola dan Adi yang sedang menggaruk tengkuknya.

"Jangan terlalu bersikap dingin mereka berniat baik dengan menjengukmu." Tegur bibinya.

Anna berdecak sebal.

"Kenapa bisa begini?" Tanya Yola dengan wajah sedihnya.

Anna tersenyum tipis dan sama sekali tak berniat menjawabnya.

"Ok, jangan khawatir. Mulai saat ini aku yang akan membawa Anna dengan mobilku jika ia ingin pergi ke suatu tempat. Dengan begini ia tak perlu menaiki motor lagi. Bolehkan, Bibi?"

Gia mengatakan itu dengan semangat. Bibi Anna hanya mengangguk menyetujui usulan Gia.

"No. Thanks." Tolak Anna.

"Tapi bibimu itu sudah setuju, kak. Jadi kau tak bisa menolak," kata Gia dengan bangga. Semua orang disana tertawa mendengar jawaban Gia. Anna terus memaki dan mengumpat. Kenapa ia di sudutkan seperti ini?

Perbincangan mereka terus berlanjut sampai larut malam. Adi dan Yola sudah pamit pulang.

"Bibi apa boleh aku menemani Anna disini? Bibi istirahatlah di rumah. Wajahmu terlihat sangat lelah."

Modus Gia. Pria ini memang menyuruh bibi beristirahat di rumah demi kebaikan. Tapi ada maksud lain dibalik ucapannya itu. Ia ingin menghabiskan waktu berdua saja dengan Anna. Dasar!

To be continue.
Don't forget to vote, like and comment.
Thx for reading

RAIN'S MEMORIES Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang