3. Berakhirnya Masa Skors

591 51 0
                                    

Hari demi hari yang Anna jalani begitu cepat berlalu. Kini susah sebulan lebih sejak Anna dan Gia bertemu di taman. Dan sejak hari itu pula mereka semakin dekat, bukan dekat yang aneh-aneh. Lebih tepatnya Gia terus mengganggu Anna dengan sikap usil seperti bocahnya itu. Tapi dengan adanya kehadiran Gia dihidup Anna membuat Anna tidak terlalu kesepian seperti yang selama ini ia rasakan.

Dan sekarang ini Anna sedang ada dijalan menuju kampusnya dengan mengendarai sepeda motor. Entah mengapa karena selama masa skors Anna hanya berjalan-jalan di kota, ia jadi malas untuk membawa kendaraan. Ia pikir berjalan kaki jauh lebih menyehatkan dan ia juga bisa menikmati keindahan kota lebih lama.

"Oke Anna! Welcome back to the hell. Semangat setelah dua bulan masa skors haha" Ucap Anna pada dirinya sendiri di selingi tawa renyahnya

"Anna!!! Dari mana saja?!!! Aku merindukanmu tahu," Teriak seorang mahasiswi yang sedang berlari ke arah Anna.

"Berisik, Yol! Aku tahu aku pasti dirindukan,"Ucap Anna dengan percaya dirinya. Oh ya wanita dengan rambut ikal itu adalah Yola, salah satu teman yang cukup akrab di universitas ini.

"Hoy darimana saja kau! Dua bulan menghilang," Ucap pria dari helakang Anna sambil menepuk bahunya. Dia adalah Adi, dia juga salah satu teman Anna yang cukup akrab sama seperti Yola.

"Kau kan tahu aku di skors," Jawab Anna dengan wajah datar. Sudah tahu malah nanya huh!

"Haha iya... Kalau begitu lebih baik kita ke kelas saja. Dosen bisa ngamuk nih kalau kita telat," ajak Adi yang langsung disetujui Yola dan Anna.

Mereka bertiga pun menuju ke kelas mereka. Saat mereka berjalan tiba-tiba pandangan mata Anna tertuju pada pria yang selalu bersamanya ditaman akhir-akhir ini. Begitu juga sebaliknya Gia juga melihat Anna dengan ekspresi kaget selama beberapa detik. Mulutnya sedikit terbuka dengan mata melotot. Jelek sekali. Namun setelah itu wajah Gia menampilkan senyum riangnya.

Lalu Anna pun berjalan dengan cepat menuju kelasnya. Anna menghindari Gia. Ia sudah menduga sebentar lagi Gia akan tahu tentang dirinya

Sesampainya di kelas, semangat yang ada pada diri Anna menguap begitu saja saat telinganya terus mendengar cibiran dari teman-temannya. Ah tidak! Anna tidak berteman dengan mereka.

" Hey lihatlah jalang itu sudah bebas dari masa hukumannya,"

"Menjijikan sekali dia,"

"Aku ingin muntah hanya dengan melihat wajahnya,"

"Aku dengar saat dia masih di skors, dia selalu menghabiskan waktunya dengan merokok di tempat umum,"

"Memalukan. Mengapa sekolah tak mengeluarkannya saja?"

Dan masih banyak lagi. Entah gosip apa yang tersebar saat Anna di skors sampai-sampai mahasiswa dan mahasiswi disini tak bosan-bosan menghujat Anna.

"Pagi," sapa Anna ke seluruh teman kelasnya. Lebih tepatnya ia hanya basa-basi sih agar celotehan mereka bisa berhenti walau sesaat.

Anna melihat ke seluruh kelas. Tak ada yang menjawab ucapan selamat pagi darinya dan mereka hanya memandang Anna dengan tatapan sinis yang selalu ditujukan kepadanya. Aneh bukan? Memang ada apa dengan Anna? Padahal Anna tak pernah meminta makan atau merepotkan mereka. Dasar manusia!

Anna menarik nafas panjang lalu duduk di bangku paling belakang. Tak lama dosen pun masuk ke kelas dan menerangkan materi. Anna sama tak memperhatikan penjelasan doseb. Bagaimana ia bisa mengerti? Ia ketinggakan materi selama dua bulan. Anna dengan santainya memasang earphone dan memutar beberapa lagu dari sana.

"Anna bisa tolong jelaskan apa yang saya terangkan tadi?" Ucap dosen itu.

Anna sedikit terkejut dan terperanjat dari duduknya.

"Eh? Maaf pak saya sedang tidak fokus," kata Anna.

"Bagaimana dia bisa mengerti, pak! Lihat! Dia menggunakan earphone," Ucap salah satu mahasiswi yang bernama Naya.

Lagi-lagi gadis ini. Entah ada masalah apa dalan hidupnya, ia selalu mengganggu Anna, tatapannya selalu sinis dan ucapannya selalu pedas. Padahal Anna tak pernah mencari masalah dengan orang ini

Anna menatap tajam ke arah Naya. Tatapannya sangat mengintimidasi sampai-sampai smirk di wajah Naya luntur seketika. Bahkan ia memalingkan wajah dari Anna.

"Keluar dari kelas saya," Ucap dosen itu.

"Baik" Ucap Anna lalu berjalan keluar dengan wajah senangnya tanpa permisi. Bukannya panik Anna malah senang.

"Bitchez!" Cibir Naya tanpa memandang Anna.

"Dikeluarkan malah senang? Aneh sekali jalang itu," Ucap salah satu mahasiswi yang duduk di depan Naya.

Anna tak mengerti, kenapa ia dipanggil jalang? Padahal jika disentuh pria saja Anna malah membuat tangan pria-pria itu terkilir. Bukannya justru mereka yang jalang? Mojok berdua di tempat sepi sambil bermesraan. Cih!

Anna tak memperdulikan ucapan tak berguna orang-orang itu. Tujuannya yaitu perpustakaan. Tempat yang sepi dan sunyi. Sangat sempurna untuk tidur

"Selamat pagi. Kemana saja? Kau jarang terlihat akhir-akhir ini," Ucap penjaga perpustakaan itu. Dia adalah orang yang sangat baik kepada Anna. Paman ini sangat ramah kepada Anna.

"Hehe aku kan baru saja di skors paman," jelas Anna.

"Pantas. Lalu? Kenapa sekarang kau disini? Dikeluarkan dari kelas?" Tebak paman itu.

"Ya benar sekali!" Ucap Anna sambil mengangguk semangat.

"Dasar kau ini. Baru saja selesai di skors sudah membuat masalah lagi," Kata paman sambil menggelengkan kepalanya.

"Biar saja. Baiklah paman aku akan tidur disini oke? Aku merindukan tempat ini," Ucap Anna lalu berjalan menuju rak paling belakang.

Saat sampai disana ia berdecak malas saat melihat sepasang kekasih yang sedang mencumbu. Cih menjijikan!

"Ini bukan tempat untuk mesum," sindirku. Mereka berhenti dan sedikit kaget. Tanpa kata-kata mereka pun pergi dari sini. Ini baru yang disebut jalang. Diajak hal tak senonoh di perpustakaan kok mau haha.

Setelah dua orang idiot tadi pergi Anna berbaring dan tertidur di sana dengan bantal dari jaket yang ia gulung.

Sudah lumayan lama Anna tidur hingga seseorang datang dan mengusik tidurnya.

"Hey, bangun!" Ucap seseorang disaat Anna sedang nyenyak.

"Enghh," Anna hanya berguman tanpa berniat untuk bangun. Ia malah mengubah posisi tidurnya menjadi tengkurap.

"Wake up, baby!" Ucap orang itu lagi.

Ia tak menyerah untuk membangunkan Anna yang sudah terkenal susah untuk dibangunkan itu. Bahkan pria itu berani mengelus-elus rambut lurus Anna. Jika saja Anna bangun pasti wanita itu akan menghajarnya. Tapi sayangnya Anna malah semakin terlelap dalam tidurnya karena elusan dari pria ini.

To be continue.
Give ur support here
Vote n comment

RAIN'S MEMORIES Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang