Anna duduk diam di bangku penonton setelah ia tampil. Kali ini ia tidak bersama Andra dan kawannya. Ia berkumpul bersama Yolan, Adi, Sina dan yang lainnya. Ia melihat lurus ke depan melihat penampilan dari beberapa mahasiswa sambil meminum ice matcha.
"Pacarmu tampil, Na?" Tanya Yolan.
Anna terdiam sebentar dan melihat Gia yang sedang berdiri di dekat keyboard, "Tidak tahu."
"Tidak tahu? Pacar sendiri tidak tahu?" Tanya Sina.
"Dia tidak bilang. Aku juga tidak bertanya."
Sina terus saja memberikan pertanyaan beruntun pada Anna. Hingga akhirnya ia diam saat terdengar suara piano dari keyboard yang sedang Gia mainkan. Nada minor yang masuk ke telinga membuat pendengarnya terenyuh.
Remember
It was gloomy sunday
But just a second
Cuz you aren't in thereAnna memejamkan matanya dan mencerna mencerna lirik yang Gia lantunkan. Ia tidak pernah mendengar lagu seperti ini sebelumnya. Apa ia menulis liriknya sendiri? Sejak kapan ia tertarik pada musik?
Remember
It was rainy and i'm lonely
But just a second
Cuz you are in thereAnd it's start of something new
We change everything
Remember when
Rainy SundayAlunan nada minor itu berhenti. Anna tahu jelas ink adalah lagu tentang dia dan Gia. Bukan ia terlalu percaya diri tapi kenyataannya memang begitu. Tapi kenapa hanya sebentar? Apa ia kehabisan kata untuk menulis lirik dan memutuskan membuat lagu ini dalam versi pendek?
Suara teriakan dan tepuk tangan terdengar di sekitar panggung. Anna tersenyum saat tahu bahwa Gia menatapnya sebelum ia turun dati panggung.
"Lihat, orang kasmaran memang beda," celetuk Adi.
"Ya! Kau tahu? Matanya berbinar dan bibirnya terus tersenyum. Apa itu lagu tentang kalian?" Ledek Sina.
"Mungkin," jawab Anna. Anna merogoh ponsel di sakunya saat merasakan benda itu bergetar.
Aku punya lima belas menit di belakang panggung. Ayo ke sini!
Anna mematikan ponselnya setelah membaca pesan dari Gia. Ia berdiri dan hendak menghampiri Gia.
"Ku tebak pasti pesan itu dari Gia," kata Sina.
"Dan pasti sekarang ia akan menghampiri pacarnya," timpal Yolan.
Anna membalikkan tubuhnya menghadap kawan-kawannya lalu mengacungkan jati tengahnya dan pergi dari sana. Lebih baik ia pergi daripada terus diledek oleh mereka. Mungkin teman-temannya itu sedikit heran melihat Anna yang sudah lama tidak sesenang ini.
Gia menghampiri Anna yang baru sampai di backstage dengan wajah cerianya, "Bagaimana?"
"Sejak kapan bisa bermusik?" Tanya Anna yang masih kebingungan itu.
"Tidak perlu tahu," jawab Gia dengan wajah yang ia buat sekeren mungkin.
"Kenapa kau jadi sok misterius begini?" Protes Anna.
"Biar saja, kak. Yang penting penampilanku sukses kan tadi,"
"Ya, sangat sukses dan kau harus berterima kasih pada Tio," celetuk seseorang dari belakang. Sontak mereka berdua menoleh dan melihat Andra yang sedang membawa sebuah gitar. Anna yang tidak mengerti hanya menatap Gia dan Andra bergantian.
Gia melotot ke arah Andra seolah memberi isyarat. Apa sih? Kenapa mereka saling memberikan kode?
"Tio?" Tanya Anna yang masih bingung, kenapa Gia harus berterima kasih pada Tio.
"Ini loh, Na. Pacarmu ini meminta diajari keyboard. Tio sampai hampir menyerah mengajarinya," jelas Andra.
Anna semakin tidak mengerti, ia menatap mereka bergantian, "Sejak kapan kalian akrab?"
Andra melirik Gia sekilas lalu tersenyum licik, "Begini waktu itu aku, Tio dan Sandy menemui pacarmu ini untuk meminta izin agar kau bisa kami pinjam jadi vokalis band kami. Daripada nantinya ada masalah jadi ya... kami izin."
Anna semakin bingung. Kenapa harus meminta izin? Mereka pikir dirinya barang apa? Dan kenapa harus izin kepada Gia?
"Setelah itu pacarmu bilang ia akan meminjamkan mu dengan satu syarat. Yaitu ajari dia keyboard," tambah Andra.
"Jadi kalian kira aku ini barang, hah?"
"B-bukan begitu, kak... Astaga, Kak Andra kenapa tidak bisa diajak kerjasama, sih?" Kesal Gia. Anna hanya menatap tajam kedua orang itu sedangkan Andra tersenyum puas menjahili Gia. Astaga, Anna sudah seperti ibu yang sedang mengintrogasi anaknya.
"Ya... Aku kan melakukannya demi kau, kak!" Ucap Gia membela diri.
"Ya ya... Terserah. Tapi terima kasih ya." Anna tersenyum kepada Gia. Ia amat menghargai effort yang Gia lakukan untuk lagu itu. Bahkan ia sampai meminta bantuan Tio, padahal mereka tidak akrab bahkan Gia sendiri selalu kesal melihat mereka bertiga.
"Tidak usah pacaran di sini. Masih ada aku, loh," celetuk Andra. "Sudah kau kembali ke panggung sana. Pacarmu ini aku pinjam dulu," tambahnya.
"Astaga, lupa! Jangan sampai lecet! Awas saja," kata Gia lalu kembali ke panggung untuk menuntaskan tugasnya sebagai MC.
"Terus saja menganggapku barang," gerutu Anna.
"Haha. Sudah, ayo berlatih sebentar. Band kita tampil di ujung acara," kata Andra.
"Penutupan ya?" Tanya Anna yang segera diangguki Andra. Mereka pun menghampiri Sandy dan Tio yang sudah menunggu.
Perasaan Anna kali ini benar-benar sedang bagus. Ia senang. Dan sekarang ia sangat bersemangat untuk tampil di penutupan nanti. Ia tidak sabar.
To be continue
Vote n comment guys
KAMU SEDANG MEMBACA
RAIN'S MEMORIES
Mistério / SuspenseAnnasya ialah gadis bersorot tajam yang menyimpan banyak rahasia dalam dirinya. Sosoknya begitu dingin sampai membuat hatinya perlahan membeku. Sampai akhirnya sosok dinginnya perlahan mencair tatkala Algia masuk ke dalam hidupnya dan mulai membongk...