14. Kejadian hari ini

337 37 0
                                    

Setelah kejadian menegangkan tadi, Anna dan Gia sama-sama diam. Tak ada satu pun yang memulai percakapan. Saat ini Gia sedang duduk di atas rumput hijau di sisi danau. Sedangkan Anna membaringkan tubuhnya di eumput dengan kepala yang ia baringkan di paha Gia. Gia tak keberatan sama sekali, ia menatap indahnya danau di sore ini sambil mengelus-elus kening Anna yang sedang memejamkan matanya. Moment ini sungguh sangat indah.

"Kak! Kau harus bertanggung jawab, kak! Wajah tampanku jadi rusak,' Rengek Gia sambil memasang wajah lucu.

Anna membuka matanya dan melihat Gia lalu ia terkekeh pelan. Anna berdiri dari posisinya lalu pergi menjauh

"ANNA! KEMANA KAU AKAN PERGI?! TANGGUNG JAWAB DULU!" Teriak Gia.

Anna menoleh lalu tersenyum. Ia kembali berlari menjauh dari sana.

"Huh, menyebalkan padahal aku berharap dia merawatku lalu kita saling bermesraan," Gumam Gia.

"Oh, jadi itu yang kau mau, hm? Kalau aku menambah lukamu itu saja bagaimana? Aku yakin ini akan menjadi momen mesra," Kata Anna dari belakang. Ia membawa kantong plastik yang entah apa isinya. Gia hanya memutar bola matanya sambil cemberut.

"Canda," kekeh Anna sambil memukul kepala Gia pelan dengan botol yang ia keluarkan dari kantong plastik.

"Ini." Anna menyodorkan sebotol air mineral. Gia menerimanya lalu ia meminumnya sampai hanya tersisa setengah botol. Ia nampak sangat kehausan.

Anna menggelengkan kepalanya melihat tingkah childish Gia.  Lalu ia menepuk-nepuk pahanya.

Gia memiringkan kepalanya dan mengerutkan alisnya.
"Ha?" Ucapnya bingung.

Anna memutar bola matanya dengan malas sambil mendengus. Lalu dia manarik tubuh Gia hingga kepalanya berbaring di paha Anna.

"Aku hanya ingin mengobati lukamu," Lirih Anna sambil membersihkan lukanya dengan kapas dan obat merah yang baru saja ia beli.

"Kak, kau terlihat cantik dari bawah sini," Kata Gia yang membuat Anna  terdiam lalu melanjutkan membersihkan lukanya. Gia sedikit meringis saat lukanya itu diolesi obat.

"I'm sorry," Kata Anna sambil membalut luka Gia dengan kain kasa. Wajah Anna terlihat kusut dan lesu.

"Hey, apa-apaan ini? Membosankan wajahmu datar sekali. Tersenyumlah kak!" Kata Gia sambil menjulurkan kedua tangan nya ke bibir Anna dan menarik kedua sudut bibir Anna agar tersenyum.
"Seperti ini kan lebih baik," Kata Gia sambil teraenyum riang.

Anna hanya tersenyum tipis lalu memandang danau yang sangat tenang itu.

"Kak!" Panggil Gia sambil menyimpan tangan Anna ke atas dahinya.

"Apa? Kau ingin aku melakukan ini?" Kata Anna sambil menyentil dahi Gia lalu terkekeh.

"Ih, bukannn itu. Elus, kaaak!" Rengek Gia sambil cemberut.

"Merepotkan," Gumam Anna tapi ia tetap melakukan apa yang Gia mau dengan mengelus-elus dahi Gia dengan lembut.

Gia memejamkan matanya menikmati sentuhan Anna. Ia terus tersenyum, hatinya sangat senang bisa menghabiskan waktu dengan Anna. Ini adalah momen sempurna.

Tiba-tiba ponsel Anna berdering memberitahu ada pesan masuk. Anna terlihat mengerutkan dahinya kemudian membalas pesan itu.

"Apa kau tidur? Aku harus pergi," Kata Anna

Gia pun membuka matanya dan menampilkan wajah sedihnya
"Yah..... kenapa pergi aku masih ingin bersamamu, kak!" Kesal Gia.

"Memangnya kau siapa? Sampai nanti." Anna sambil menepuk-nepuk kepala Gia lalu pergi dari sana.

"Kau menghancurkan momen sempurna kita, kak!" Seru Gia kemudian mendengus sebal.

Setelah sampai ke tempat yang dituju ia pun bertemu dengan seorang wanita cantik berusia dua puluh delapan tahunan. Wanita itu terlihat sangat tegas dan sangar.

"Ada apa kapten?" Tanya Anna sesampainya disana.

"Kau tahu kan sebuah gedung kosong di ujung kota yang sering kita jadikan tempat istirahat sementara saat menuntaskan misi? Saat ini gedung itu dijadikan tempat berniaga illegal."

Jelas wanita yang bernama Cellin itu. Ia merupakan kapten dari organisasi yang Anna ikuti. Dan orang ini juga yang membantu Anna bangkit dari keterpurukannya. Ia membawa Anna ke pusat rehabilitasi dan mengajarkan banyak hal. Seperti beladiri, cara menggunakan senjata dan masih banyak lagi. CL sangat berpengaruh bagi hidup Anna.

"Ada laporan yang masuk bahwa baru baru ini terjadi penipuan besae-besaran terhadap CEO perusahaan kontruksi oleh pemimpin penjualan ilegal itu. Dan besok malam kita harus menyelidikinya. Kau bisa, kan?" Lanjut Cellin atau yang biasa di panggil Kapten CL itu.

Anna mengangguk dengan sigap lalu berkata, "aku akan menyiapkan semuanya."

Anna selalu siap di segala kondisi karena ini bukan pertama kalinya. Bahkan selama ia di skors dulu ia banyak menghabiskan waktu untuk menyelesaikan misi

"Bagus! Tolong kontrol emosi saat disana jangan asal menusukkan pisau seperti waktu itu."

CL tertawa mengingat kejadian beberapa waktu lalu, saat itu Anna menusuk perut lawannya hanya karena orang itu mengira Anna adalah seorang pria. Bagaimana tidak? Anna bergerak sangat lincah dan bertarung sangat gesit. Ia juga memakai jaket dan kupluk nya sehingga rambut panjangnya itu tak terlihat.

"Kali ini aku akan membiarkan rambutku terlihat. Tenang saja," kata Anna.

"Oh, iya aku dengar CEO perusahaan itu memiliki anak yang seumuran denganmu dan menempuh pendidikan di kampusmu juga," tambah CL

"Aku tidak peduli dan aku tak bertanya," sinis Anna.

"Dasar," kekeh CL.

"Sudah, kan? Kalau begitu aku akan pulang. Aku lelah."

Anna pergi begitu saja setelah mengatakan itu.

"Ah, sial! Apa aku bisa menahan diri saat melihat tatapan orang-orang bejat itu? Mendengar tingkah mereka saja membuatku geram," Ucap Anna pada diri sendiri.

Saat ia akan keluar dari markas dia berpapasan dengan seorang pria bertubuh tinggi dengan wajah santainya. Lalu ia melirik Anna dengan mata cokelatnya yang indah. Anna yang malas berbasa-basi kembali melangkahkan kakinya.

"Annasya, benar?" Panggil pria tadi.

Anna membalikkan tubuhnya tanpa berkata apa-apa.

"Tepat seperti kata orang dingin dan tak peduli sekitar." Pria itu menatap Anna lalu mendekatinya.

"Persetan. Lagi pula kau siapa berani datang ke markas kami? Jangan bertingkah seolah-olah kau tahu tentangku," ketus Anna

"Maksudmu markas kita? Mulai saat ini aku adalah rekanmu. Jadi, mohon kerjasamanya." Pria itu pun berjalan masuk ke markas.

"Ck, tidak jelas." Gerutu Anna. Ia benar-benar lelah dengan hari ini. Begitu banyak kejadian tak terduga yang ia alami, mulai dari kejadian Naya dan Andra di kampus, lalu bibi yang menceritakan segalanya ke Gia. Lalu Anna yang kehilangan kendali hingga melukai Gia. Dan sekarang pria yang mengaku sebagai rekannya.

Ia lelah, ia ingin segera membaringkan tubuhnya di ranjang empuk miliknya. Anna harap hari ini yang terakhir. Sudah cukup ia diberi kejadian-kejadian yang membuatnya terkejut. Ia hanya ingin hidup tenang. Ia juga sempat berpikir keluar dari organusasi untuk menjalani kehidupan tenangnya tanpa misi. Tapi itu mustahil...

To be continue.
Don't forget to vote, like and comment.
Thx for reading.

RAIN'S MEMORIES Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang