Anna duduk di tengah ramainya bangku penonton. Acara festival seni diawali dengan sambutan-sambutan yang menurutnya sangat membosankan. Anna memandang pria yang berdiri diatas panggung dengan baju crewneck cokelat yang dibalut lagi dengan jas hitam. Kekasihnya itu terlihat tampan dengan rambut yang ditata rapih ke samping.
Ada satu hal yang mengganjal di hati Anna, tak lain dan tak bukan yaitu wanita yang berdiri di sebelah Gia. Ya! Naya, wanita itu menjadi rekan pembawa acara Gia. Sampai saat ini Anna tak mengerti konsep kepanitiaan acara ini, kenapa yang ia lihat hanya Gia dan Naya. Mulai dari proposal, persiapan panggung, bahkan MC. Mereka hanya memiliki dua orang panitia atau bagaimana?
Penampilan penampilan pun mulai dipertunjukkan. Anna menghembuskan napasnya. Membosankan, kalau bukan ingin melihat kekasihnya mungkin ia sudah pergi ke perpustakaan dan tidur disana. Tapi Gia sudah meminta untuk tinggal di bangku penonton katanya, "Agar aku bisa terus melihatmu dan berdiri di panggung dengan semangat "
"Ayo beli sesuatu untuk dimakan." Ajak Andra dan Tio yang duduk di samping Anna. Mereka menarik lengan Anna dan menjauhkannya dari kerumunan. Anna tidak menolak karena perutnya juga meminta untuk segera diisi. Ia pun memberi beberapa makanan yang di jual oleh kelompok-kelompok mahasiswa di sana.
"Kalau ditambah ini akan lebih enak." Kata Andra lalu menambahkan bubuk cabai ke mangkuk ramen milik Anna.
Ann melotot kaget melihat tindakan Andra, "Andra sialan!"
"Jahat kau, Ndra. Jangan khawatir, Anna. Sini biar kubuat makananmu lebih enak," kata Tio lalu menambahkan garam yang banyak lada mangkuk Anna. .
Mereka tertawa terbahak bahak melihat wajah kesal Anna.
"Bis tutup mata kalian? Aku punya hadiah," kata Anna.
Mata mereka berbinar dan menuruti perkataan Anna. Bodoh, apa mereka tidak curiga?
"Buka mulut kalian."
Anna mulai menyuapi mereka dengan kuah ramen yang telah mereka campur dengan bubuk cabai dan garam tadi.
Sontak mereka membuka matanya lebar dan mengumpat pada Anna saat merasakan cairan pedas asin mendarat di lidah mereka.. Kali ini Anna yang tertawa puas melihat wajah mereka memerah. Sebelum mereka mengamuk, Anna segera pergi untuk mencari makanan lain.
Anna menghampiri stand yang dijaga oleh Sandy. Ia membantu salah satu kelompok untuk berjualan. Karena selera makan Anna sudah hilang akhirnya ia memutuskan membeli satu porsi untuk Gia. Ia yakin bahwa Gia tidak akan mau memakan nasi kotak yang sudah dingin.
Setelah membayar ia pergi ke belakang panggung untuk mencari Gia. Pria itu sedang lelah, ia duduk dengan tangan yang memegang kertas dan ia kibaskan ke dekat wajahnya. Anna memanggilnya..
Gia menoleh dan tersenyum riang. Anna duduk disebelahnya . Anna memberikan makanan yang ia beli tadi, "Ini."
"Wah, terima kasih istriku," kata Gia lalu mengambil makanannya dengan bahagia. Anna yang mendengar itu hanya merinding ngeri.
Anna beranjak pergi, ia takut jika ia berlama-lama disini akan menganggu panitia yang lain. Namun Gia menahannya,"Habis ini kau tampil kan?"
Anna terdiam sejenak. Ok dia lupa. Dapat dipastikan ia sedang dicari sekarang.
"Astaga, aku lupa kalau begitu aku pergi ya." Pamit Anna dengan panik. Terlihat Gia terkekeh melihatku. Dengan tergesa-gesa Anna mencari Bintang. Untungnya saat itu Bintang sedang berdiri di dekat pintu backstage.
Anna bergegas mengganti bajunya. Setelah selesai Bintang meminta Anna merias wajah. Tapi sialnya Anna tak dapat menemukan tasnya yang berisi kosmetik. Anna terus mencari di belakang panggung.
"Mencari sesuatu nona?" Anna menoleh ke sumber suara dan menghembuskan nafas lega. Gia menghampiriku dengan tas ditangannya.
"Duduk dan diamlah." Kata Gia. Ok Anna sedang panik dan buru buru sekarang. Kenapa dia masih bisa bercanda. Apalagi yang ia rencanakan?
"Aku sedang buru buru Gia."
"Biar aku yang meriasmu."
Anna terdiam ragu. Tidak lucu jika riasan wajahnya berantakan. Gia menatap Anna dengan yakin sehingga keraguan Anna mulai hilang. Gia mulai memakaikan foundation ke wajah Anna dengan hati-hati. Selang sekitar tiga puluh menit Gia telah selesai melakukan tugasnya MUA dadakan. Anna membuka matanya dan melihat dirinya di cermin dengan riasan manis dan natural. Siapa yang menyangka pria ini bisa melakukan hal tersebut.
"Cantik." Lirih Gia lalu menata rambut Anna.
"Sudah selesai." Kata Gia lagi.
"Gia apa kau sudah selesai? Kau harus kembali ke panggung," ucap salah satu panitia di sana.
Anna berdiri dari duduknya lalu mendekatkan wajahnya ke telinga Gia
"Terima kasih. Oh iya penampilanku mungkin akan membuatmu kesal. I love u."Setelah itu Anna berlari pelan keluar dari sana dengan senyuman yang tak lepas di wajahnya.
Penampilan Anna dan Bintang dimulai. Mereka menampilkan sebuah drama musikal hingga sampai ke scene para pemain melakukan tarian pasangan yang indah.
Gia hanya melongo melihatnya sambil berandai andai pria itu adalah dia. Saat penampilan banyak sekali teriakan teriakan kagum untuk mereka. Gia juga terlihat sangat kesal saat ada adegan dimana Bintang mencium tangan Anna sebagai closing. Tapi apa yang bisa ia lakukan? Menarik Anna dan membiarkan acara ini hancur?
Setelah drama, penampilan kelas Anna diakhiri dengan bernyanyi bersama.Penampilan pun selesai teriakan dan tepuk tangan terdengar sangat meriah memenuhi ruangan. Anna melambaikan tangannya di atas panggung dan pergi ke backstage.
"Kalian lihat? Bahkan diatas panggung pun dia terlihat sangat mencari perhatian," Cibir Naya yang sedang berdiri di samping pintu menuju backstage.
"Tapi pacarku itu memang berhasil mencuri perhatian orang-orang kan?" Balas Gia yabg sedang berdiri di samping Naya.
Anna hanya diam dan tak peduli. Ia lebih memilih mengatur napasnya yang masih terengah-engah.
"Kau berhasil membuatku kesal sayang. Lihat saja." Ancam Gia sambil mengacak rambut Anna. .
"Lihat apanya?" Jawab Anna lalu pergi dari sana menghampiri temannya yang lain.
Anna tidak terlalu peduli ancaman dari Gia. Jadi percuma saja meladeninya.
To be continue
Vote n comment guys
Thanks for reading
KAMU SEDANG MEMBACA
RAIN'S MEMORIES
Mystery / ThrillerAnnasya ialah gadis bersorot tajam yang menyimpan banyak rahasia dalam dirinya. Sosoknya begitu dingin sampai membuat hatinya perlahan membeku. Sampai akhirnya sosok dinginnya perlahan mencair tatkala Algia masuk ke dalam hidupnya dan mulai membongk...