satu

34.3K 5.1K 1.5K
                                    



Warning ⚠️ 18++. Pembaca diharap bijak sebab akan ada banyak adegan atau dialog dewasa.






ini timelinenya 5 tahun after kejadian penculikan ya. umur Elia 25.




btw, ketemu lagi kita HEHEHEHEHE. kgn.

1. Stranger.







"Sorry banget ya ini, tapi saya nyerahhhh," lirih wanita berlipstick merah cetar sambil meletakkan amplop di meja. "Saya balikin uangnya, silahkan cari orang lain. Terima kasih!" ucapnya sebelum pergi dari sana.



Empat orang yang berada di ruang tamu langsung memandang ke arah bocah cilik yang sedang bermain Ipad di atas meja makan.



"Jevan," Sang ayah yang tampaknya sudah jengah memanggil. "Kamu apaiin Bu Intan?"

"Waktu di kamar mandi bajunya diumpetin," celetuk wanita muda yang tangannya dipenuhi banyak sekali perhiasan.

Mendengar itu sang ayah memicingkan mata, namun putranya tak berani bertemu tatap. Jadi ia memutuskan untuk berdiri, melangkah ke sana dan menarik tangan Jevan sampai turun.


Tiga orang yang lain hendak mengikutinya tapi ia larang karena ini urusan ayah dan putranya. Jevan sendiri sudah melas dan tidak bisa fokus pada Ipadnya sebab tatapan tajam sang ayah.


Mereka berdua naik ke atas, sejurus kemudian mendengar suara pintu tertutup keras sampai orang-orang di bawah kaget dan panik sendiri.




Nichol Benedict hilang kesabarannya.



Ini wanita ke 24 yang disewa, dan tidak ada yang berhasil.



"Bukan kamu yang nggak nyaman Van, orang yang dibikin nggak nyaman," tukas Nichol. "Papah bayar mahal buat semuanya."

"No one asked you to do that," cibir Jevan.

"Malah ngejawab?" Nichol menaikan alisnya.

Bocah berumur 10 tahun itu masih tak berani menatap ayahnya. "Aku nggak butuh Mamah baru, tapi nggak ada yang mau dengerin. Jevan nggak merasa kurang hidup sama Papah, Kakek Han, Nenek Yuna, sama Om Hendry.

Nichol menyisir rambutnya ke belakang, lalu menghela napas berat. "Papah yang mutusin kamu butuh atau enggak—"

"Jevan yang ngejalanin!"

"Susahnya di mana??" Nichol mulai meninggikan suara. "Nggak ada yang minta kamu manjat tebing. Cuma nurut, baik sama Mamah baru, selesai."

"You think it's easy?" tanya Jevan kini berani menatap sang ayah yang sempat diam. "Mereka jahat, nggak tulus jadi Mamah, cuma suka sama uang Papah!"

Nichol diam lama.

"Papah mending cari istri baru dari pada Mamah buat Jevan," gerutu bocah itu sambil berdiri. Lalu membuka pintu dan keluar dari kamar. "You look lonely."

Berhenti di depan karena ternyata tiga orang di luar yang sejak tadi menguping. Mereka langsung pura-pura melakukan sesuatu, kecuali sang Kakek yang segera ke dalam.

"Jangan bentak-bentak Jevan gitu sih..." ucapnya pelan, karena was-was juga dengan putranya yang galak ini. "Tau kan anak kecil suka gitu."

"Capek semua orang sama kelakuan dia, cuma disuruh nurut susah banget," Nichol menarik paksa dasi yang mulai menyesakkan lehernya. Lalu melempar barang itu asal. "Heran."

"Kamu tuh nyari Mamah buat jaga Jevan, kalo yang bersangkutan nggak cocok, yakin bisa bertahan lama? Ya emang harus sabar..."

"Zevan yang sengaja bikin mereka nggak bertahan," Nichol menunjuk luar. "Tuh anak keterlaluan,"

212 Days ( AS 9 )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang