tiga belas

19.2K 4.6K 1.1K
                                    




gua gedek bgt kalo lagi sakit terus cek di google ada apa, malah dituduh yang engga-engga :)) kemenndndnd ketimbang curhat batuk berdahak doang dibilang kanker WKWKW :)





13. Drunk.





Elia turun sambil membawakan barang yang diperlukan oleh Nichol. Pria itu duduk dengan tenang menangani segalanya tanpa keluhan sedikit pun. Kalau Elia yang di situ dia udah nangis panik karena tubuhnya terluka banyak.

Dia duduk di kursi dapur, menopang dagu untuk memperhatikkan kegiatan Nichol.

Teringat lagi oleh foto di atas tadi. Jadi penasaran bagaimana berpisah karena sekarang mamah Jevan tidak terlihat di rumah ini, jika memang ada masalah besar, seperti perceraian, harusnya foto mereka berdua tidak dipajang jelas.


Atau sudah meninggal? Bisa jadi saat Jevan masih kecil jadi anak itu tidak tau banyak soal Ibunya dan kurang mendapat kasih sayang.


Entahlah, Elia tak mau mengada-ngada.


Nichol berdiri, keliatannya sudah selesai. Pria itu membuang dan membersihkan tempat sampai tak ada jejak apapun.


Di situ Elia mendadak bingung, kenapa dia nungguin, ya?

"Saya istirahat ke atas, Jevan kalo pulang dari rumah ayah saya kamu ajak keluar," ucapnya sambil melangkah ke atas.

"Saya nggak yakin dia mau,"

"Usahaiin,"

"Okey..." Elia memandang kepergian Nichol. Sebenarnya agak khawatir tapi dia tak ada hak bertindak lebih.


Ah gemes banget, pengen nemenin.



Nemenin Jevan maksudnya....



"Dia terlalu tertutup buat gue yang super welcome..." gumam Elia dengan helaan napas pasrah.


Nggak usah sampe naksir El, bakalan ribet urusannya.


TAPI TERLALU GANTENG BUAT NGGAK DITAKSIR.



❤️‍🩹❤️‍🩹❤️‍🩹❤️‍🩹❤️‍🩹❤️‍🩹




"Thanks, Kek." Jevan turun dari mobil dan melambaikan tangannya pada Kakek Han dan Yuna yang sudah menjemputnya. "See you tomorrow!"

"Kirim salam sama Papah ya sayanggg," Yuna melambaikan tangan. "Sama Mamah kamu jugaaa."

"Dia bukan Mamah aku," cibir Jevan memutar bola matanya.

"Jangan galak-galak sama Tante Elia," ucap Kakek Han. "Terlalu benci nanti jadi cinta, Van."

"HAIII GUYS!" Elia kebetulan keluar sambil mendorong sepeda membuat Jevan menoleh heran. "Aaaaaa Kak Yunaaaa!"

"Haiiii bebskyyyyy!" Yuna cipika cipiki dengan Elia. "Beb, tiga hari nggak liat kamu lohhh."

"Iya ih tumben nggak main ke rumah??"

"Orang tua aku dateng soalnya, besok malem ada dinner loh, dateng kan? Dateng lah wajib, Nichol sama Jevan ke sana juga."

"Ngapain sih diajak?" tanya Jevan.

"Jelas ikut dong," Elia tersenyum miring pada Jevan. "Biar ada yang panas."

"Yaudah sayangku, kita mau ke mall dulu. Titip Jevan ya," Yuna melambaikan tangan lagi sebelum menutup kaca mobil.

"Bye!!" Elia tersenyum ceria.

Jevan meliriknya aneh. "Sok akrab banget sama keluarga aku,"

Elia melirik sinis. "Kenapa? Nggak terima?" tanyanya sewot.

212 Days ( AS 9 )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang