50

20.7K 5K 1.6K
                                    




hi



50. Bahagia.





Nichol masuk ke dalam rumahnya malam itu, masih dengan pakaian milik adik Elia. Ia membuka pintu rumah dengan kunci, menutupnya sambil mengingat kembali kejadian tadi membuat Nichol menggaruk alisnya sambil menahan senyum.

Begitu berbalik badan ia tersentak melihat Jevan sudah duduk di ruang tamu dengan ekspresi masam, tampaknya lelah menunggu sang ayah yang tidak pulang-pulang.

"Abis dari mana?" tanya Jevan melipat kedua tangannya di depan dada.

"Tadi," Nichol berdeham. "Pergi sama Om Hendry."

"Sampe malem kayak gini? Ninggalin Jevan sendiri di rumah?"

"Kan ada Kakek Han,"

"Kakek bobo dari tadi di kamar," gerutu anak itu. "Papah padahal janji mau main game bareng, selalu nggak ditepatin."

Nichol mendengus geli, ia menghampiri putranya dan mengangkat ke dalam gendongan. "Ayo tidur," Ia membawa anak itu ke lantai dua. "Kakek bobo di mana?"

"Kamar aku,"

"Yaudah kamu tidur sama Papah,"

"Bener??" Jevan tampak sumringah.

Nichol langsung tersenyum, entah kenapa suasana hatinya agak membaik hari ini. Ia masuk ke dalam kamar dan berganti pakaian sebelum tidur, menghampiri Jevan yang sudah berbaring di kasur.

"Papah tau nggak, tadi siang ada temen aku yang nggak bawa bekal di kelas,"

Nichol membuka selimut. "Terus?"

"Kita semua kan kalo istirahat ke 2 makan di kelas, terus dia sendiri yang nggak bawa bekal. Aku sama Kia sama Dhika kasian dong, jadi kita samperin,"

"Hm," Nichol menyender sambil menyimak.

"Terus dia cerita kalo udah nggak ada yang buatin bekal lagi,"

"Kenapa emang?"

"Mamah dia masuk rumah sakit," ucap Jevan membuat garis wajah Nichol menurut. "Kasian ya, jadi dia nggak ada yang buatin bekal dong, makanya kita kasih biar dia seneng."

"Hebat banget," Nichol tersenyum tipis, mengusap kepala Jevan dengan tatapan penuh arti.

"Tante Elia bilang, selagi kita ada kesempatan buat berbuat baik, jangan disia-siaiin."

"Elia bilang gitu?"

Jevan mengangguk. "Tapi katanya nggak berlaku buat orang jahat,"

Nichol langsung menahan senyum. "Gitu?"

"Hari ini kita nggak ketemu sama sekali," Jevan menghela napas sedih. "Papah apa nggak bisa bawa dia ke sini lagi?"

"Kamu mau Elia ke sini lagi?"

Anak itu mengangguk. "Kayaknya cuma Tante Elia yang paling aku butuhin suatu saat nanti," gumamnya.

Nichol langsung tertegun, ada yang tersentil di dalam hatinya mendengar penuturan anak ini. "Jevan, Papah minta maaf, ya?"

"Buat apa?"

"Buat apapun yang belum sempet Papah kasih ke kamu, Papah banyak kurangnya di sini, kadang suka cuek sama Jevan padahal sebenernya Papah pengen sama kamu setiap saat,"


"Buat apapun yang belum sempet Papah kasih ke kamu, Papah banyak kurangnya di sini, kadang suka cuek sama Jevan padahal sebenernya Papah pengen sama kamu setiap saat,"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
212 Days ( AS 9 )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang