69

14K 3K 375
                                    


ke ig @salwaliya_ ya kalo mau liat konten ttg mereka.



69.

Satu minggu ini semua orang sibuk, Elia bisa seharian lebih mengikuti Luna untuk memilih gaun pernikahan di butik, belum lagi survey tempat-tempat yang terbaik untuk dipakai. Jevan akhirnya dititipkan di rumah untuk bermain dengan Abel dan teman-temannya.

Sementara Nichol lebih sering menghabiskan waktu bersama Gibran dan Om lainnya untuk saling mengenal. Akhir-akhir ini mereka juga menginap di rumah orang tua Elia karena banyak tamu yang ingin bertemu.

Kakek Han dan Kak Yuna juga sibuk memesankan jas untuk Nichol padahal dia sudah mengatakan buatkan yang simple saja tapi mereka memaksa untuk memakai designer andalan papah dari Rusia.

"Nggak nggak terlalu simple," ucap Luna ketika Elia keluar dengan gaunnya yang ke empat. "Malah bagusan yang ke tiga nggak sih?"

"Astaga, katanya tadi kebanyakan manik-manik," ucap Elia.

"Tapi yang ini bagus," gumam Dilla. "Temanya kan outdoor Lun jadi disesuaiin aja."

"Tapi terlalu simple Dill asli deh, kurang dapet kesan pengantinnya,"

"Lah, Elia suka nggak yang ini?" tanya Nayya. "Yang semaunya dia dong, atau mau coba yang lain dulu?"

"Elia sayang, nih coba ini gimana??" Zia datang sambil mengangkan gaun. "Cocok banget sama muka kamu beb."

"Wow...." gumam Elia mendatangi gaun tersebut.

"Lah itu bagus," celetuk Luna.

"Pilihan siapa dulu," Zia tersenyum sombong. "Coba dulu cepet coba! Nanti sekalian pilih ukurannya!"

"Kak, mau coba yang ini satu,"

"Baik saya siapkan sebentar ya,"

"Duh kok pengen nangis gue," Luna memeluk Dilla sambil tertawa. "Dia dari kecil pengen banget pake gaun pernikahan."

"Ikut seneng Lun," balas Nayya. "Biarin berjalan sesuai sama yang dia mau."

"Ale udah pilihin tempatnya, gue suruh Leo buat urus pembayarannya nanti tinggal lo transfer aja," ucap Dilla.

"Ohiya kartu undangannya belum gue ambil lagi," Luna menepuk dahinya.

"Udah diambil sama Jihan," balas Zia. "Tinggal sebarin aja, biar Egi sama Levi aja, udah gue kasih tau semua alamatnya."

"Eh gue pengen undang temen kampus gue Zi,"

"Yaudah nanti didata aja,"

"Apa lagi yang belum?" tanya Nayya.

"Bentar bentar," Luna mengoba mengingat. "Fotografer udah, dekorasi udah semua paketan, catering juga udah, kue permintaan Elia tinggal nunggu kabar, sound system udah dipesenin Ical, Mc juga udah ada, terus apa lagi?"

"Perias?" tanya Dilla.

"Udah kok gue pake Mba Hadin, disuruh sama Jihan pake itu juga."

"Mba Hadin emang best sih," balas Zia.

Elia berdiri di depan pintu dengan senyum penuh arti. Merasa sangat bersyukur karena memiliki keluarga besar yang sangat peduli padanya. "Guys,"

Mereka semua menoleh, terpana melihat Elia sudah memakai gaun yang dipilihkan tadi. Warnanya putih terang, panjang di bagian belakang dan agak mengembang di depan, Begitu pula dengan Elia yang tak bisa membendung air matanya, merasa sangat bahagia.

"Lun, anak lo Lun..." gumam Zia.

"Anak kita nggak sih," Nayya mengusap matanya dengan tisu.

"Cantik banget gaunnya," puji Dilla.

212 Days ( AS 9 )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang