luna udah punya anak, umur gua 19 mulu....rameein yaaaa!
2. Rumah Sakit
Elia mendongak lagi, ia melihat sosok bersetelan hitam tadi lari dan kabur. Tanpa basa-basi ia tutup pintu mobil dan menyalakan mesin. Dengan keyakinan penuh ia menjalankan mobilnya untuk mengejar orang tersebut sampai keluar dari parkiran.
Tapi sayang Elia langsung kehilangan jejak karena sosok tersebut sudah berlari di tengah ramaihnya jalan raya, dan mobil Elia tak bisa mengejarnya. Elia memukul stir mobil sambil mengumpat.
Tau nggak, dia juga pernah dicopet. Kota ini memang rawan, mereka nggak sungkan-sungkan bawa senjata biar kita angkat tangan. Terakhir kali Papah berhasil membalas dan menjebloskannya ke penjara.
Aksi heroik pria tadi menyelamatkan putranya cukup diacungi jempol.
Teringat soal pria tadi, Elia memutuskan untuk memutar balik mobilnya dan menghampiri mereka. Ia membuka pintu dan turun. "Astaga,"
"Papahhhhh," Anak kecil tadi masih menangis.
"Tenang ya tenang," Elia menarik bocah itu merapat padanya, ia kemudian mendekat pada sang ayah yang mulai hilang kesadaran karena tubuhnya berlumuran darah.
Demi apapun, dia pernah menghadapi situasi seperti ini, melihat orang terluka parah dan dipenuhi oleh darah, sementara pertolongan tidak ada jadi Elia merasa memiliki tanggung jawab besar.
"Aduh ini gue harus gimana, sumpah... itu apatuh, call ambulan! Iya iya," Elia merogoh saku celananya. "Berapa, ya? Lupa ih,"
"Udah," balas bocah itu sambil sesenggukan.
"Hah?" Elia mengerjap. "U-udah?"
"Tiga menit lagi mereka sampe," ucapnya sambil menangis.
"Oh," Elia yang masih panas dingin mengangguk. Ia menunduk meliha tangannya yang bergetar hebat. "Panggil polisi—"
"Udah," jawab bocah itu lagi membuat Elia menganga.
"Udah juga?"
"Iya,"
"Oke," Elia mengusap bibirnya. Lalu melirik pria tampan itu lagi. "Call Mamah kamu juga—"
"Nggak punya," jawabnya dengan cepat.
Elia diam lagi, tak berniat bertanya lebih jauh. Hanya saja anak ini lebih cerdas dari dugaannya. Di waktu yang sama sebuah ambulan muncul, jadi ia segera berdiri dan melambaikan tangannya pada mereka.
Pria tadi diangkat bersama oleh perawat dan dimasukkan ke dalam mobil, Elia membantu membawakan hp yang terjatuh untuk diberikkan pada mereka. Ia yang hendak berbalik badan menoleh saat sebuah tangan menahannya.
"Mau ke mana?" tanya putranya.
Elia mengerjap. "Kamu ikut sama Dokter nya ke Rumah Sakit ya nanti di sana ada yang urus kok," ucapnya.
"Tante?"
Elia memejamkan matanya, tapi bukan saat yang tepat untuk memprotes soal panggilan. "Adek, itu Papah kamu dibawa ke Rumah Sakit, kamu ikut ya—"
"Tau, aku pasti ikut. Tapi nggak bisa kalo handle sendiri tanpa orang tua," jawab bocah cilik itu. "Masa Tante mau pulang?"
"Terus gunannya Tante— eh Kakak, di sana apa?" tanya Elia.
"You can help me buat ngomong sama Dokter nanti,"
"Mba? Ayo masuk ini darurat loh, suaminya udah parah banget," tegur salah satu perawat.
KAMU SEDANG MEMBACA
212 Days ( AS 9 )
RomanceElia harusnya mengadakan pesta di hari pertamanya memiliki tempat tinggal sendiri. Tapi semuanya kandas setelah ia tak sengaja berhadapan langsung dengan insiden yang mau tak mau menyangkutkan dirinya dengan sosok pria menyebalkan serta putra keciln...