39

17.4K 4.4K 840
                                    






lagi ngapain hari ini.



39. Klarifikasi.




"Ini pesenan atas nama Anara bener?"

"Bener-bener!" Elia membuka pintu lebih lebar. "Total berapa, Zein?"

Zein terkekeh kecil, sempat mencuri pandang ke arah suami Elia yang masih menatapnya padahal dia tidak punya niat jahat. "82 ribu,"

"Oke oke wait," Elia masuk ke dalam lagi.

Tinggalah mereka berdua di luar. Zein masih berdiri sambil sesekali curi pandang, sementara Nichol masih menatapnya lama membuat ia makin salah tingkah. "Saya ada salah?"

"Siapanya Elia?" tanya Nichol langsung.

Zein mengerjap. "Bukan siapa-siapanya kok,"

"Kenal lama?"

"Barusan,"

"Dari mana?"

Zein menelan salivanya susah payah, ini kayak diinterogasi polisi karena melakukan sebuah kejahatan. "Itu... waktu itu pernah ditolong,"

"Karena apa?"

Klek!

"85 ya uang nya," Elia memberikan beberapa lembar uang. "Temen aku tuh sering beli kebab ini, baru tau kamu yang jual."

"Iya Mba Anara langganan emang," jawab Zein. "Ini kembalian...3 ribu, ya?"

"Ambil aja nggak papa, pasti jauh banget naik ke lantai sini," kata Elia membuat Nichol meliriknya heran. "Btw mau mampir?"

"Udah ketemu Jevan?" Nichol bertanya.

Elia langsung mengangguk. "Udah,"

"Aku duluan aja," jawab Zein. "Makasih ya, selamat menikmati kebabnya." Ia membungkuk untuk pamit pada mereka berdua.

"Ehh kalo mau pesen lagi lewat mana??"

"Nomer aku..." Zein hendak merogoh saku celananya tapi ada lirikan lagi membuat ia menggaruk alisnya. "Itu namanya kebab Zein ada di onlin store kok,"

"Gitu ya, oke oke,"

"Mari..."

"Hati-hati, Zein!"

Elia tersenyum sambil menatap plastik di tangannya, namun saat mendongak ia bertemu tatap dengan Nichol yang menatapnya tanpa ekspresi. Ia langsung berdeham kecil.

"Kenapa berdiri di situ?"

"Mau masuk kamu alangin," jawab Nichol.

Elia pun bergeser menjauh, melirik Nichol yang baru saja lewat membuat ia memejamkan matanya karena rindu dengan wangi pria itu. Ia mengerjap, segera menguasai diri dan masuk.

"Loh Hen mau kemana?" Ia menahan Hendry yang melangkah keluar.

"Ada urusan bentar Kak, gue pulang duluan ya," katanya.

"Loh loh," Elia merogoh plastiknya. "Nih bawa kebab nih buat ganjel perut."

"Duh makasih, dua boleh?"

"Set dah ngelunjak," Elia tersenyum masam. "Yaudah nih."

Hendry menerima kebab tersebut dengan senang hati. Saat hendak pergi ia mundur lagi. "Kak, susu buat Ibu hamil tuh bagusnya merk apa, ya?"

Nichol di depan mereka sempat berbalik. "Ngapain nanya susu hamil?"

Elia pun ikut bingung. "Lo hamil, Hen?"

"Heh ngaco," Hendry melotot. "Ada buat itu... Tante gue di rumah,"

"Ya gue mana tau ya," Elia tersenyum canggung. Herannya malah melirik Nichol. "Hamil aja belum pernah."

212 Days ( AS 9 )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang