47. Kebab.Nichol keluar dari rumah menuju gerbang, sempat minta ijin pada satpam rumah Elia agar dibukakkan karena ada tamu yang akan datang. Setelah pagar dibuka ia langsung mengampiri Hendry yang sedang membawa Jevan.
"Nih anak lo nih,"
"Papaaaahhh," Jevan dengan riang turun dari mobil dan menghampiri Nichol. "Tante Elia mana??"
"Di dalem, masuk dulu gih," suruh Nichol mendorong pelan bahu kecil Jevan. Setelah anak itu masuk ia menghampiri Hendry. "Kesini lagi tar."
"Bro? Anjing lu,"
"Libur kerja lagian,"
"Gue lagi asik-asik main ps elahhh,"
"Inget, selagi ada kesempatan, baik sama gue,"
"Kan kan mulai tai lu," Hendry berancang-ancang menggampar wajah Nichol. Kalau minta tolong selalu alasan ini yang dilontarkan. "Lagian lu napa dah kemari? Kangen?" ledeknya.
Nichol berdeham. "Apaan,"
"Idih idihhh, seorang Nichol yang anti disuruh-suruh sekarang nurut begini,"
"Nurut apaan tai, balik lu. Tar ke sini lagi bawa baju buat Jevan,"
"Baju lo sekalian nggak?" Hendry menaik turunkan alisnya. "Siapa tau tar kotor..."
"Nggak, baju Jevan aja,"
"Yakin?"
"Banyak omong,"
Hendry tertawa puas. Lucu sekali melihat Nichol menjadi aktif seperti dulu, daripada sebelumnya hanya bekerja dan diam di rumah tak mau beraktifitas. "Sampeiin salam gue ke Kak Elia, ya."
"Salam sendiri,"
"Yaudah nanti kita callan," celetuk Hendry. Ingin sekali melihat respon Nichol tapi sahabatnya ini pandai bersikap tenang. "Awas, yang ngincer dia banyak."
"Bacot,"
"Stop denial, Bro."
"Nggak jelas," Nichol langsung berbalik dan pergi. Tak mau menggubris ucapan Hendry yang menurutnya tidak benar. Denial apa? Dia tidak sedang menyangkal apapun.
Nichol kembali masuk, di dalam Elia dan Jevan sudah sibuk di dapur membuat sesuatu. Ia pergi ke ruang tamu untuk memgambil hp memeriksa apakah ada pesan dari kliennya.
"Jevan cuci tangan dulu,"
"Iya, Papah."
"Gih cuci tangan dulu," Elia menahan tangan Jevan yang hendak mengaduk adonan roti.
"Tapi nanti aku yang aduk,"
"Iya iya cuci tangan dulu,"
Nichol datang menghampiri mereka berdua, menyender di pintu dapur dengan kedua tangan di lipat di depan dada. Memperhatikkan Jevan yang sedang mencuci tangannya. "Jangan dilap di celana,"
Jevan seketika mengurungkan niatnya sambil cengengesan. "Maaf,"
"Udah cuci tangan?" tanya Elia.
"Udah!"
"Gih diaduk tapi pelan-pelan aja," Elia memberi arahan pada Jevan dengan baik. "Kalo udah cair banget bilang ya. Nanti roti baru bisa dibuat nunggu Bunda aku pulang,"
KAMU SEDANG MEMBACA
212 Days ( AS 9 )
RomanceElia harusnya mengadakan pesta di hari pertamanya memiliki tempat tinggal sendiri. Tapi semuanya kandas setelah ia tak sengaja berhadapan langsung dengan insiden yang mau tak mau menyangkutkan dirinya dengan sosok pria menyebalkan serta putra keciln...