tiga

23.8K 4.7K 1.3K
                                    



minimal mandi dulu ya kak ya ^^


3. Mamah





"Lo ditawarin tinggal bareng???"


Elia mengangguk sambil menggigit roti sobek keju kesukaannya. Kalau Papah pulang kantor dia suka nitip banyak buat stok nonton film. Roti terbaik sepanjang masa.

"Terus jawab apa?" tanya Jihan.

Oke kenalan satu-satu sama temen cewek Elia.

Pertama Jihan, artis terkenal yang memiliki puluhan juta followers di Instagram. Tapi sejak tahun lalu memutuskan hiatus dari dunia entertaiment karena ingin fokus mengurus pernihakannya dengan Levi. Jihan ini bukan kalem, tapi pendiem. Mukanya jutek abis tapi hatinya sangat lembut.

Terus ada Anara, yang ini random banget anaknya. Dateng ke rumah Elia cuma curhat tentang pacarnya karena mereka bertengkar seminggu tiga kali. Bukan bawel tapi nggak pendiem juga, paling pinter nyesuaiin diri sama sekitar. Kadang bisa serius kadang bercanda mulu.

"Gue tolak lah," jawab Elia santai. "Gila apa mau-mauan ditawarin tinggal bareng, bisa aja mereka komplotan mafia yang sengaja bikin skenario palsu buat jebak gue terus ngelakuiin hal aneh-aneh."

Anara menatapnya prihatin. "Lo nggak seistimewa itu, El, jujur,"

Elia nyengir. "Kalo Jihan yang digituiin wajar kali, ya?"

"Tapi bisa jadi," jawab Jihan. "Who knows."

"Kan," Elia menjetikkan jarinya. "Tapi kalo dibilang akting ya gimana ya, ngeliat anaknya nangis di pinggir jalan pengen kabur kok nggak tega banget gue..."

"Cari tau aja," Jihan membuka hpnya. "Siapa namanya?"

"Oh iya," Elia diam sebentar untuk mengingat. "Nichol... siapa ya? Bentar, lupa gue, kayak nama artis gitu..."

"Jefri Nichol??"

"Bukan ege,"

"Nicholas Saputra?"

"Ngaco deh,"

"Nichota Willy?"

"Bego," Elia langsung tertawa. "Ituloh... ah elah, Benedict iya!"

"Set dah, bapaknya penggemar Dr. Strange kali," celetuk Anara. "Coba cari di google,"

Jihan membantu mengetikkan nama tersebut di pencarian, Elia dan Anara langsung mendekat untuk ikut melihat. "Nggak ada,"

"Masa iya?" Elia mencomot hp Jihan. "Katanya mampu beli Rumah Sakit, masa namanya nggak dikenal?"

"Orang kaya nggak mesti terkenal sih, El."

"Tapi kan," Elia menggaruk rambutnya. "Gimana kalo beneran mafia? Biasanya kan identitas mereka disamarin,"

"Justru mafia dikenal banyak orang," sahut Jihan.

"Kayak Massimo gitu ya," Elia cengengesan.

"Are you lost baby girl??" seru mereka bersamaan, lalu tertawa kencang.

"Nggak anjir, modelan dia bukan kayak gitu," Elia menggeleng. "Tampilannya tuh kayak Bos Bos galak yang nggak suka karyawannya telat semenit,"

"Tapi kenapa dia nawarin tinggal bareng, ya? Nggak lo tanyaiin alesannya apa?"

Elia langsung diam. "Enggak... sempet," gumamnya. "Gue karena terlalu heran langsung nolak terus kabur, eh apa banget ya respon gue kemaren, kok aneh kalo diinget??"

"Harusnya tanyaiin dulu," sahut Jihan.

"Balik lagi El ke Rumah Sakit," Anara tertawa.

"Ngaco anjir," Elia terkekeh geli. "Paling udah lupa orangnya sama gue."

212 Days ( AS 9 )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang