lima

19.4K 4.3K 571
                                    


nih kalo mau mampir hehe

nih kalo mau mampir hehe

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.











5. Kontrak




"Ditawarin jadi Mamah??"


Seperti biasa, berita akan sampai di telinga sahabatnya. Hari ini yang datang ke rumah cuma Anara sama Egi karena Jihan lagi urus persiapan nikah sama Levi.

"Cuy, idup lo dari dulu emang penuh drama ya," celetuk Egi yang berbaring di samping Anara sambil mengupas kulit kuaci.

Ini juga sahabat dekat Elia, yang udah bareng-bareng dari kecil sama Anara juga. Bandel banget anaknya, sering jadi langganan dimarahin orang rumah. Tapi Egi maju paling pertama kalo anak-anak lagi kena masalah.

"Gue juga nggak nyangka ege ditawarin begituan," cibir Elia. "Tapi sumpah, nggak muna, tuh laki cakep banget sial."

"Tapi itu ditawarin jadi Mamah angkatnya doang?" tanya Egi.

"Heem," Elia mengangguk.

"Elia jadi Mamah?" Anara tertawa meledek. "Sama adeknya aja berantem mulu, geli gue ngebayangin ngasuh anak nanti."



Mereka tau Elia tidak suka dengan anak kecil. Ya suka aja sih, kalo penurut. Dia jujur puas liat bocil-bocil bandel nangis.




"Kannn, makanya anjir, bukan gue banget," Elia ikut menyetujui. "Bisa-bisanya dia langsung milih gue buat disewa, nggak cari tau gue orangnya gimana."

"Tapi dibayar kan? Tiga bulan doang lagian," ucap Egi. "Lo kan cinta duit, El."

"Duitnya sih menggiurkan ya, tapi ini amanah gede cuy, jagaiin anak," keluh Elia.

"Nyokap aslinya ke mana deh sampe nyari yang baru," ucap Anara heran.

Elia seketika teringat oleh kalimat Nichol waktu itu, yang membuatnya diam seribu kata. Awalnya mengira itu candaan tapi dari cara bicaranta terlihat serius. Dia juga baru kenal tapi sangat menyayangkan kenapa harus bernasih menyedihkan seperti itu.

"Dia punya... penyakit," Elia berdeham, ekspresinya jadi serius. Egi dan Anara langsung diam. "Mungkin cari Mamah baru buat mastiin anaknya nggak bakal sendiri kalo suatu saat dia pergi."

"Tragis banget..." gumam Egi. "Yang bener lo?"

"Ngapain boong ege," Elia melempari Egi dengan kulit kuaci.

"Umur dia nggak panjang gitu?" tanya Anara.

"Mungkin," Elia mengangguk. "Gue langsung nggak enak hati nolak anjir, dia kayak butuh banget."

"Tapi orang kayak elo nggak bisa ngasih kepastian El," ucap Anara. "Jangan ambil langkah gede, ini jadi Ibu loh, ngurus anak, sayang sama dia juga."


Elia langsung diam termenung.




"Lagian nyoba tiga bulan dulu," celetuk Egi.

"Lo jangan ngomporin dia lahhh, anaknya gampangan kalo soal duit," decak Anara.

212 Days ( AS 9 )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang