dua puluh tiga

19.2K 4.8K 1K
                                    





otw konflik nih, biar berbumbu sedikit hweheheh










23. School.

Elia bangun sekitar jam 7 pagi, ia keluar kamar sambil menguap lebar. Enaknya tinggal di sini tuh nggak ada yang neriakin harus bangun pagi, bukan karena ngebiarin Elia bangun siang ya, tau kan Nichol dan Jevan seperti apa.


Elia sekarang jadi lebih ngerti karakter mereka yang mirip banget selain gengsian. Nichol maupun Jevan lebih senang mengurusi urusan sendiri, tak heran jarang ada komunikasi dengan tetangga. Nichol jarang begadang, Jevan pun begitu. Keduanya sama-sama cuek dan nggak suka hal yang ribet.

Ia berhenti di depan kamar Jevan, melihat Nichol sedang membantu mengancingkan seragam bocah itu.

Elia spontan tersenyum, ia menyender di ambang pintu memperhatikkan pemandangan indah ini. Dia akui Nichol parentingnya bagus, nggak sembarangan mendidik anak,

"Jangan keluar sebelum mobil Elia muncul, kalo Kia sama Dika udah dijemput kamu tunggu di dalem aja."

"I see."

"Tugas perkalian yang semalem udah dibawa?"

"Udah,"

"Hari ini dibagi hasil ujiannya kan?"

"Yes."

"Kenapa Papah nggak liat catetan Bahasa Inggris kamu? Masih dikumpulin?"

Jevan diam tak menjawab. Karena buku itu sempat diambil oleh Randra dan tidak pernah dikembalikan. "Iya, dikumpulin."

"Tumben catetan dikumpulin,"

"Mau dicek kan kita nyatet atau enggak," jawab Jevan. "You know, kadang ada murid yang males ngelakuiin itu."

"Kamu nggak salah satu dari mereka kan?"

"Bukan,"

"Good." Nichol meraih tas dan memakaikannya pada Jevan. Meraih dahinya untuk ia kecup dan mengucapkan doa sebentar agar semua berjalan lancar. "Proud of you."

"Aku berangkat sama?"

"Elia."

"Haiii," Elia di pintu melambaikan tangan sambil tersemyum. Lalu masuk ke dalam dan membenarkan tatanan rambut Jevan. "Bagus gini loh biar aura kerennya muncul."

"Kamu masih gini?" tanya Nichol memandang Elia heran. "Udah jam 7."

"Kan masuknya setengah 8," jawab Elia. "Santai dong, nanti aku anter sampe depan kelas."

"Ih nggak mau aku bukan anak kecil," tolak Jevan.

"Loh? Kamu tuh harusnya bangga dianter sama aku," jawab Elia. "Pasti temen-temen kamu bakal kagum secara aku cantik membahana bak Angelina Jolie."

"Bagian yang bikin kagum apa?" tanya Jevan heran.

Elia diam dengen ekspresi sebal.

"Aku tunggu dibawah," jawab Jevan sambil keluar dari ruang. "Kalo lama aku call Kakek Han aja buat anter!"

"Lima menit aja ganteng!" balas Elia. Ia melirik Nichol yang sedang sibuk pada hpnya. "Ekhem..."

Nichol belum menggubris.

"Pernah nanya ke Jevan nggak soal temen dia?"

Nichol akhirnya merespon. "Kenapa?"

"Ya... mungkin dia ada pernah cerita gitu sama kamu," ucap Elia karena dia sudah menebak Jevan tak akan mau jujur dengan Nichol soal kejadian di sekolah.

212 Days ( AS 9 )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang