dua puluh tujuh

19.7K 5.1K 2K
                                    








sering ada di fase kayak, "cerita gua bagus ga sih?" "apa stop aja ya, kayaknya ga seru." walaupun byk dr kalian yang komen kalo ceritanya bagus, gua masih ovt dan ngerasa gacukup hahah. ini sering gua rasaiin di 212 days. kadang ngerasa cerita ini bagus, but at the same time mikir apa gausah dilanjut aja hahaha.



tp after bacaiin dm, ngeliat chat kalian yg selalu antusias, gua berusaha buat percaya diri kalo cerita ini emang layak dibaca, dan gua harap akan selalu seperti itu. jadi makasih ya yg masih stay di lapak ini, semoga nyaman sampe akhir. love u.





27. Luka.










Nichol masuk ke dalam, menatap Atika yang melangkah ke lantai atas karena pasti sudah tau di mana letak kamar Jevan. "Dia udah tidur,"

Atika sempat berbalik. "Kamu bukan mau ngelarang aku nemuiin Jevan kan?"

Nichol memasukan kedua tangannya di dalam saku. "Kemana aja selama ini?" tanyanya membuat Atika terbungkam.





Mereka bercerai 3 tahun yang lalu.



Nichol dulu menikah saat umur 21 karena perjodohan, dengan gadis yang dipilihkan oleh mendiang Mamahnya. Saat itu dia hanya menjalani segalanya, tidak banyak mengeluh sebab sangat patuh.


Mereka juga tidak punya masalah, keluarga berjalan dengan lancar, sampai Jevan dilahirkan. Tapi ada satu hal yang tidak Nichol sadari, bahwa dia tidak mengenal istrinya dengan baik terutama saat ia memberi tahu penyakitnya.


Harusnya dia percaya saat Hendry mengatakan semua orang selalu mendukungnya, percaya saat Papah mengatakan bahwa tidak akan ada yang pergi.


Tapi Atika tetap selingkuh, tetap mencari yang baru, memilih yang sehat dan bisa dijadikan pendamping hidup.

Jadi Nichol ceraikan saja. Dia tidak akan capek-capek mengejar, memohon, atau menjatuhkan harga dirinya untuk mempertahankan orang yang salah.


Walau sempat merasa bersalah karena ia memisahkan Jevan dengan Ibunya. Kini dia yang kesulitan mencari sosok baru.



"Dia anak aku," tegas Atika melanjutkan langkahnya menuju kamar Jevan.

Nichol menghela napas berat, ia menarik tangan Atika sampai berbalik. "Suami kamu bangkrut makanya balik ke sini?"

Atika mengernyit. "Kok gitu ngomongnya? Aku cuma mau ketemu Jevan Nic, udah itu aja."

"Kenapa baru sekarang?" tanya Nichol heran.

"Kamu nggak tau kondisi aku di sana,"

"Pulang, Ka."

"Serius??"

"Hm," Nichol mengangguk. "Kamu cuma memperkeruh suasana nemuiin Jevan, dia nggak boleh kesulitan lagi."

"Aku kangen sama dia, aku Mamahnya loh?"

"Mamahnya?" beo Nichol. "Kamu nolak dia 3 tahun yang lalu for that crazy guy,"

"Kita udah cerai," Atika berdeham.

Nichol langsung menaikan alisnya. "Makanya balik ke sini?"

"Please... jangan ngomong kayak gitu, Jevan anak aku."

"Lucu Ka denger kamu ngomong kayak gini, serius," Nichol terkekeh geli. "Dari pada aku emosi mending keluar."

"Toh kamu butuh aku," balas Atika membuat Nichol diam. "Gimana Mamah sewa barunya? Nggak bakal ada yang bisa ambil hati Jevan semudah itu, aku yang ngelahirin dia,"

212 Days ( AS 9 )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang