Elia : henElia : kita pulang lusa
Elia : gue nemenin nichol bentar jd titip jevan ya
Elia mengikat rambutnya sambil melangkah menuju dapur. Membungkuk untuk memungut semua botol dan bungkus makanan ke dalam karung dan membuangnya keluar. Merapikan semua tempat yang berantakan dan membersihkan bagian yang kotor.Ia juga memeriksa setiap tempat untuk mengambil botol-botol alkohol yang masih utuh, dan membuangnya ke dalam wastafel satu-persatu.
Agak terkejut melihat Nichol muncul membuat ia berhenti sesaat, tapi ternyata pria itu mengambil botol dan membuang isinya juga membuat Elia tersenyum kecil.
"Mau lanjut tidur?" tanya Elia.
Nichol menggelengkan kepalanya sambil memeluk Elia dari belakang. Mencium lehernya membuat Elia tersenyum kecil. "Mandi dulu gih, abis ini aku buatin sarapan."
"Nggak mau,"
"Nic," Elia berbalik dan mendorong bahu Nichol agar masuk ke dalam kamar mandi. Ia berlari kecil keluar dan masuk lagi sambil membawa handuk. "Cepet!"
Nichol menangkap handuk yang dilempar sambil tersenyum kecil. Pria itu mengacak rambutnya sesaat, lalu masuk ke dalam menuruti perintah Elia.
Elia di dapur tampak semangat membawa dua piring berisi nasi goreng menuju meja makan. Bersamaan dengan itu Nichol turun ke bawah sambil mengeringkan rambutnya dengan handuk.
Mereka saling melemparkan tatapan, Elia tersenyum lebar tapi Nichol masih diam. "Sini duduk," panggil Elia sambil melambaikan tangannya.
Nichol menarik kursi dan duduk, terus menatap Elia yang sedang melahap nasinya. "Jangan bengong, cepet dimakan."
Nichol masih menatap Elia dengan intens, lalu satu kakinya ia pakai untuk menarik kursi Elia mendekat padanya. Tanpa basa-basi menarik tengkuk cewek itu dan mendaratkan sebuah kecupan.
Elia tersenyum kecil. "Makan dulu gih," katanya sambil menegakkan badan.
Nichol meraih sendoknya tanpa mengatakan apapun. Ia menyuap nasi dengan lahap setelah sekian lama tidak makan teratur.
Ting Tong!
"Bentar ya," Elia beranjak dari kursi membuat Nichol menatapnya. Cewek itu berlari kecil keluar dari rumah, tersenyum lebar pada seseorang yang baru saja membawa motor masuk.
"Zein!"
"Hai," Zein turun dari motor sambil meraih paper bag. "Sesuai pesanan ya, gue tambahin bonus satu yang rasa keju."
"Jadi ngrepotin kan," decak Elia sambil mengeluarkan beberapa lembar uang. "Gimana perjalanan? Nggak macet kan?"
Zein menatap sekitar sambil menggelengkan kepalanya. "Nggak begitu sih. Pindah rumah atau gimana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
212 Days ( AS 9 )
RomanceElia harusnya mengadakan pesta di hari pertamanya memiliki tempat tinggal sendiri. Tapi semuanya kandas setelah ia tak sengaja berhadapan langsung dengan insiden yang mau tak mau menyangkutkan dirinya dengan sosok pria menyebalkan serta putra keciln...