tujuh belas

19.8K 4.8K 1.2K
                                    


aaaa thank u for 200k readers!!!!









17. Mamah.







"Sadar nggak kamu udah peduli sama anak itu?"


Elia langsung diam seribu kata, mengunyah kentang gorengnya pelan-pelan. Tak berani melirik Jihan dan Levi yang sedang duduk di depannya. Karena Anara dan Egi ada acara, dia memutuskan untuk main ke rumah Jihan dan kebetulan ada pacarnya.

"Nggak ah," Elia berdeham. "Ya semua orang yang di situ juga bakalan gue omelin."

"Terus kenapa nggak jadi batalin kontrak?" tanya Levi.

"Karena..."

"Karena kamu mau dikasih kesempatan," ucap Jihan. "Buat jadi Mamahnya. Ngelak mulu perasaan."

"Heyyy," Elia tertawa heran. "Bukan gue banget guys ngincer bocil buat jadi anak, kalian kenal Elia Alexi kan? Seanti apa sama bocil, ya kecuali Bela, but you know lah..."

"Mending batal kontrak aja," saran Levi. "Kalo nggak bisa jadi nyokap selamanya buat dia nggak usah sok-sokan nantangin diri."

"Setuju,"

"Tapi kan..." Elia mencebikkan bibir. Nampak tak rela.

"Duit? Nggak usah kayak orang nggak punya," decak Levi.

"Sumpah Han cowok lo mulutnya," Elia tertawa tak percaya. "Kayak nggak demen aja lu ama duit, sok banget."

"Nggak usah pake manfaatin orang duit gue banyak," jawab Levi sombong. Jihan tertawa geli.

"Nggak ada yang manfaatin ya anjir, kita udah sepakat kok," alibi Elia.

"Lo tega?" Levi bertanya lagi.

"Tega gimana sih hah?"

"Kalo dia pergi terus Jevan sendiri," balas Jihan. "Tega ninggalin dia abis ngasih harapan bakal bisa jadi seorang Mamah buat dia. Tega bawa uang 40 juta after boongin anak kecil yang pernah ngasih kamu kesempatan."

Elia langsung diam super tertohok. Hati nuraninya yang paling dalam seketika merasa bersalah. Padahal tak sulit baginya membatalkan kontrak dan mengakhiri semuanya karena dia tak akan pernah bisa menjadi Mamah untuk bocah itu.

"Bingung dia," celetuk Levi.

"Nggak usah sembunyi di balik kata nggak suka sama bocah El, orang kapan aja bisa berubah. Kamu yang tadinya anti punya anak atau nikah, mungkin bisa berubah pikiran."

Elia menggeleng masih tak setuju. "Kalian tau gue nggak bakal ubah keputusan itu."

"Mungkin orang lain yang bakal ngelakuiin," balas Levi.

Elia tersenyum. "Nggak akan."

"Liat aja nanti."



❤️‍🩹❤️‍🩹❤️‍🩹❤️‍🩹❤️‍🩹❤️‍🩹



"Iyaaa Bunda ku tercinta, nanti kalo sempet mampir deh. Pokoknya kalo Papah ngajakin ke apart bikin alesan,"

"El, gue nih lama-lama jadi istri durhaka boong mulu sama suami,"

Elia tertawa sambil menuang air panas ke dalam cangkir. "Tapi Papah nggak nanya-nanya kan?"

"Ya nanya, dia khawatir sama kamu El, soal akun rame itu."

"Nanya soal Nichol atau masalah ini enggak kan?"



"Kenapa sebut nama saya?"

"Aw!" Elia tersentak kaget sampai menyenggol cangkirnya sendiri sehingga air panas di dalamnya terkena punggung tangan. Nichol yang baru masuk melirik.

212 Days ( AS 9 )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang