dua puluh empat

20.2K 4.7K 1.6K
                                    






hei jomblo




jujur... ini elia lebih parah dari luna 😭 seenggaknya dulu luna masih jaim ya sama gibran, ini anaknya udah di luar batas bgt.


 ini elia lebih parah dari luna 😭 seenggaknya dulu luna masih jaim ya sama gibran, ini anaknya udah di luar batas bgt

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.








24. Godaiin kamu.


Pagi tadi setelah mengantar Jevan sekolah, Elia langsung mampir ke rumah untuk menemui Mamah dan Papah agar mereka tidak curiga kenapa dia jarang ke rumah. Masalahnya jarark dari rumah Nichol sangat jauh.


Setelah dari rumah orang tuanya Elia seperti biasa pergi ke mall untuk mencari makanan enak, membelikan sesuatu juga untuk Anara karena mereka janji bertemu.

"Tuh anak tidur pasti jam segini," Elia berdiri di depan apartemen Anara dengan bawaan yang lumayan banyak. Ia letakkan dulu di lantai sebelum menekan sandi pintu karena tak mau membangunkan Anara.

"Kan gelap," Elia terkekeh sambil menutup pintu. "Ra Ra, abis resign malah jadi mageran gini,"

Elia meletakkan makanan yang ia bawa di meja dapur, lalu melepas blazernya karena merasa gerah. "Gila Jakarta udah kayak simulasi neraka,"

Elia melangkah menuju kamar Anara karena sudah menunggu 10 menit lebih, ini kalo nggak dibangunin sampe sore juga betah tidur.

"Ra!"

Elia mengetuk pintu sekali, lalu memutar handle dan masuk ke dalam. "Anj," umpatnya begitu melihat pemandangan di depannya. "Kalian ngapain????" teriaknya.

Anara yang sedang terlelap di kasur perlahan membuka mata, ia langsung membelalak kaget melihat Elia berdiri di depan kamar. "Lo ngapain??"

"LO YANG NGAPAINNN???"

"Ra, keluar dulu astaga!"

"KENAPA KALIAN NGGAK PAKE BAJU???"

"Gi, bangun ih!"

Egi yang sedang tidur ikut mengerjap, melihat sekitar yang sudah berisik. "Apa nih?" tanyanya dengan mata sayu.

Elia masih menganga syok, benar-benar terlalu terkejut melihat dua orang ini karena tak pernah terbesit di benaknya mereka akan bersama. "Guys, serius gue kaget,"

"El, denger—"

"Diem Ra, jangan bikin gue seolah-olah lagi mergokin pacar selingkuh karena jujur ini lebih parah,"

"Cuma tidur doang elah," ucap Egi sambil memakai kaosnya. "Jangan ribut lu."

"Gue tau lo panik sekarang," Elia tersenyum. Ia kemudian melempar bantal ke wajah Anara. "Nggak usah mainin temen gue setan!"

"Gue nggak mainin buset!"

"Terus ini apa tai???"

"El, udah ih astaga!!"

212 Days ( AS 9 )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang