semangat beb.
6. Jevan
"Ini rumahnya?" tanya Jihan menghentikkan mobilnya di depan kediaman Nichol Benedict. Mobil Elia sedang dicuci jadi ia minta tebeng sekalian Jihan otw kerja."Hm," Elia mengangguk. "Wah, mimpi apa gue nerima tawaran orang jadi Mamah angkat."
"Yakin?" Jihan menaikan alisnya.
Elia balas dengan senyum tipis, kemudian menggeleng sambil tertawa. "Enggak," rengeknya dengan wajah melas. "40 juta, Han. Duit hasil kerja setahun ada tuh,"
"Siapa tau yang ini lebih berat,"
"Tiga bulan doang kok,"
"90 hari, El. 2160 jam,"
Elia mencibir. "Lo sama Anara nggak ada bedanya deh, dukung gue kek anjir," keluhnya sambil mengambil barang di kursi belakang. "Job susah nihhh."
"Nggak usah emosi," Jihan dengan segala ketenangannya.
"Ini juga susah banget tas diambil!"
"Keluar dulu baru diambilin," Jihan berdecak.
"Bantuin lahhhh,"
"Panggil itu yang di dalem suruh bantu juga," Jihan membuka pintu mobilnya sambil melepas kafa mata hitam. Memicingkan mata melihat ada beberapa orang di luar. "El, mereka nunggu kamu kayaknya,"
Elia yang sedang mengangkat koper menoleh. "Siapa?" tanyanya. Lalu bertemu tatap dengan sosok berkemeja coklat yang sedang berdiri di depan pintu sambil menenteng cangkir.
"Itu si Nichol?"
"Heem," Elia mengangguk. Segera memalingkan wajahnya agar tidak terlalu larut memandang ke arah sana, dia harus tau tujuannya datang kemari.
Apalagi di kontrak kayak menekankan banget kalo dia nggak boleh punya perasaan apapun sama bapaknya.
Iya iya, nggak bakal.
KAMU SEDANG MEMBACA
212 Days ( AS 9 )
RomanceElia harusnya mengadakan pesta di hari pertamanya memiliki tempat tinggal sendiri. Tapi semuanya kandas setelah ia tak sengaja berhadapan langsung dengan insiden yang mau tak mau menyangkutkan dirinya dengan sosok pria menyebalkan serta putra keciln...