57

23.4K 5.2K 2K
                                    

thanks for 800k readers!





57. Comfort.



"Ayo ayo mobilnya Hendry udah muncul," Kak Yuna membawa dua tas milik Jevan sementara Kakek Han menggendong anak itu. Di belakangnya ada Nichol yang berjalan bersampingan dengan Elia dan Dokter Ibrahim.

"Sampai rumah langsung istirahat ya Nichol," Dokter Ibrahmin menepuk bahunya. "Obat udah saya siapin semua ke—" Ia menatap Elia.

"Elia," jawabnya.

"Nah iya, Elia."

"Makasih, Dok." jawab Nichol.

"Sehat-sehat ya kalian, kalo ada waktu saya mampir," jawab Dokter Ibra. "Kebetulan istri saya abis lahiran."

"Aaaa selamat," Elia tersenyum penuh arti. "Kirim salam, ya."

"Anak ke empat?" tanya Nichol.

"Lima dong," jawab Hendry. "Kan yang ke empat Anima."

"Oh," Nichol mengangguk karena baru ingat. Dokter Ibrahim suka sekali bercerita tentang anak-anaknya saat Nichol terapi.

"Di Rumah Sakit ini atau bukan, Dok?"

"Bukan, saya ada Dokter spesialis sendiri di London," jawabnya. "Memang dari dulu selalu pake beliau.

"Gitu ya," Elia mengangguk paham. "Rajin juga ya udah punya lima aja."

Dokter Ibra tertawa sementara Nichol hanya mendengus geli. "Seneng sekali saya itu sama anak kecil, berapa kali tuh saya minta Nichol bawa Jevan ke sini."

"Akhirnya kesampean ya,"

"Betul sekali,"

Elia langsung memandanf mobil Hendry yang sudah pergi bersama Kak Yuna, Kakek Han, dan Jevan. Ia menoleh heran pada Nichol. "Mereka duluan?" tanyanya.

"Dok," Nichol mengulurkan tangannya untuk berterima kasih.

"Kabar-kabaran ya Nic, saya doaiin yang terbaik buat kamu."

"Makasih, Dok."

"Yaudah hati-hati ya kalian, ini Nichol jangan dibiarin nyetir ya tolong," Dokter Ibra tertawa.

"Siap," jawab Elia. Ia melirik Nichol yang hendak membawa tasnya, tapi segera ia ambil alih dan melangkah menuju mobilnya.

"Saya aja," Nichol berdecak.

"Ini loh mau dimasukkin dalem," Elia membuka pintu tengah dan meletakkan tasnya. "Itu kok pada pulang duluan kenapa?"

Nichol diam, kemudian mengangkat bahu. "Nggak tau,"

"Lupa sama kita kali, ya?" Elia tertawa kecil. Ia kemudian membukakkan pintu depan untuk Nichol masuk. "Silahkan, Tuan."

Nichol meliriknya sambil menahan senyum, dengan jahil mencubit pinggang Elia membuat cewek itu melotot sambil melirik Dokter Ibra di kejauhan sana. "Sakit ih,"

"Saya aja yang bawa mobil,"

"Nggak kuat dong berat," Elia memutari mobil dan masuk ke dalam. Setelah memaksa sabuk pengaman ia memeriksa milik Nichol.

212 Days ( AS 9 )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang