Empat belas

18.6K 4.9K 2.3K
                                    



libur sehari dm gua jebol ama teroran kaliann 🙃 gimana kalo update seminggu sekali ya...



14. Kolam.




Elia menarik selimutnya untuk bersiap tidur dan melupakan segalanya, namun ia mendengar sebuah ketukan pintu membuat cewek itu menoleh. Berdiri untuk membukanya dan terkejut bukan main melihat Nichol berdiri di depan pintu.

"Kamu--"

"Saya nggak bisa nahan," ucap Nichol segera masuk ke dalam dan menutup pintu. Melepas kaosnya dan melangkah mendekat pada Elia, mendorong cewek itu sampai terbaring di kasur.



GILA INI GILA!




Tok Tok Tok!



TOK TOK TOK!




"Kak Elia!!"


Elia bangun dari kasurnya tiba-tiba, ekspresinya ketara syok dan nyawanya belum terkumpul. Ia meraba bajunya yang masih aman dan mulai sadar bahwa barusan adalah mimpi.


Sial. Mimpi macam apa barusan.




"KAK ELIAAA."


"Iyaaa bentarrrr aduh," Elia turun dari kasur dengan wajah sebal karena paling tidak enak kalaubmasih asik tidur diganggu.

Ia membuka pintu, mengerjap karena sudah ada Yuna, Hendry dan Kakek Han.

"Kenapa nih pagi-pagi?"

"Katanya kunci kamar Nichol kamu yang bawa?" tanyanya.



Elia diam.


"Elia BUKA!"



Elia terlonjak kaget mendengar suara Nichol di dalam, ia merutuk dan segera masuk ke kamar untuk mengambil kunci. "Aduhhh sorry sorry," katanya sambil berlari menuju kamar Nichol.

"Kok bisa di kamu sih beb?" tanya Yuna.

"Siapa suruh kunci saya hah?!"

"Iya iya bentar astagaaaa,"

"Udah kayak suami lagi berantem sama istirnya ya," ledek Hendry.

Pintu akhirnya terbuka, Elia segera bersembunyi di belakang Kakek Han yang tubuhnya besar karena takut. "Mana orangnya?" Nichol sudah emosi.

"Nih," Hendry menunjuk Elia.

"Sini kamu,"

"Aaaa enggakkk," Elia memutar tubuh Kakek Han untuk melindungi diri.

"Heh heh pinggang saya," Kakek Han memprotes. "Kalian ini kenapa?"

"Kenapa kunci kamar saya kayak gitu??"




"Kamu nggak inget semalem kita ngapain???"



Suasana hening.



Malah Hendry yang salah tingkah. "Ini bukan urusan kita kayaknya," katanya sambil merangkul Yuna untuk pergi. Ia juga menarik tangan Kakek Han. "Ayo, Kek."

"Apa semalem apa?" tanya Nichol heran. "Kenapa pada pergi? Nggak ada apa-apa,"

"Gitu gitu, ya?" Kakek Han menyatukan kedua tangannya sambil tersenyum jahil. "Buat cucu baru?"

"Aw awwww," seru Yuna.

"Ini apaan sih??" Nichol berdecak. "Nggak usah ngarang kamu,"

"Mau saya kasih tau mereka semalem kamu ngapain saya?" tanyanya membuat mereka bertiga mendekat untuk menguping.  "Jadi semalem--"

212 Days ( AS 9 )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang