empat

19.9K 4.1K 571
                                    


buat pengumuman sbm hari ini, apapun hasilnya, gua doaiin yg terbaik buat kalian. lulus atau enggaknya, u tried ur best, u did ur best. kalian hebat semua👍🏻 love ya





4. Harapan










Hanya ada nama Jevan yang terlintas di kepala Nichol waktu itu, ketika dokter mengatakan bahwa perkiraan sisa hidupnya kurang lebih 7 bulan.

Tak memikirkan rasa sakit, penderitaan, atau masalah yang akan ia dapat. Tetapi memikirkan siapa yang akan membuat anaknya tertawa, menyiapkan sarapan, mengantar ke sekolah, mengajak bermain PS, bersepeda di hari minggu, atau menemani sebelum tidur.



Kepala Nichol ingin pecah rasanya jika memikirkan itu.



5 tahun yang lalu dia divonis menderita kanker darah. Dan beberapa minggu lalu dokter memberi kabar buruk lagi bahwa hidupnya hanya tersisa beberapa bulan.


Sebenarnya jiwa Nichol sempat mati saat itu, menerima kenyataan pahit bahwa dia tidak bisa lama hidup bersama putranya di dunia ini.


"Gimana kabar, Jevan?" tanya Dokter Ibrahim. Dokter spesialis yang menangani Nichol sejak awal karena kebetulan menjadi teman dekat ayahnya.

Nichol mengangkat tubuhnya untuk duduk setelah selesai melakukan terapi. Dokter Ibrahim mengembalikan beberapa alat medis ke tempatnya sebelum menghampiri Nichol.

"Baik," jawab Nichol singkat.

"Kemarin waktu saya mampir ke resto ayam gepuk, tau kamu? Yang deket sekolahnya Jevan,"

Nichol diam dulu sebelum mengingat. "Hm,"

"Di situ ketemu sama anakmu waktu pulang sekolah," Dokter Ibrahim terkekeh. "Sama dua temennya, lagi beli gulali."

Nichol menarik sudut bibirnya. "Bilangnya udah nggak pernah beli,"

"Waduh saya cepu dong ini?"

"Makasih infonya," Nichol mengangguk singkat membuat Dokter Ibrahim tertawa. "Sering-sering ke resto itu,"

"Biar bisa mergokin Jevan gitu, ya?" tanyanya. "Ya nggak papa, anak kecil, nanti lama-lama juga bosen beli gulali."

"Terus ganti ke es serut," sahut Nichol.

Dokter Ibrahim tertawa. "Kita juga dulu waktu muda kayak gitu," ucapnya. "Mungkin lebih parah. Ya nggak?"

Nichol hanya mengangkat bahunya, lalu menunduk saat Dokter Ibrahim mengikis lengan bajunya untuk melihat sebuah memar di sana.

"Sejak kapan yang ini?" tanyanya.

Nichol memandangi memar tersebut. "Tiga hari lalu,"

Dokter Ibrahim mengangguk, karena tau gejala ini umum muncul untuk orang yang memiliki penyakit sepertinya. "Tulang belakang masih suka nyeri?"

"Hampir setiap hari," jawab Nichol apa adanya.

"Luka tusuk waktu itu cuma kegores aja sih, cuma ya keluar darah banyak, kurangin beraktifitas ya, sampe lukanya kering. Next time panggil saya ke rumah aja,"

"Saya aja yang dateng."

"Kamu nggak bisa—"

"Saya nggak mau Jevan liat Dokter di rumah."

"Yaudah. Banyakin sayur juga, olahraga berapa kali seminggu nih? Saya juga udah peringatin mending rehat dari kerja dulu, otak kamu terlalu sering gerak, diforsir terus, jadi tenaganya abis,"

Nichol menghela napas berat. "Saya nggak mau nggak ngapa-ngapaiin,"

"Tapi dari itu waktu bisa diperpanjang,"

212 Days ( AS 9 )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang