delapan belas

20.3K 5.1K 2.9K
                                    

ini jadi salah satu episode kesukaan gue di cerita ini hehe.













18. Taman & Sushi.





TOK TOK TOKKKKK



Elia berdiri di depan kamar Nichol dan Jevan pagi itu dengan ketukan pintu yang keras. "Jevannnn! Bangun, yuk!!!"


TOK TOK TOK!


Klek!

Nichol membuka pintu pertama, wajahnya masih terlihat mengantuk dan sangat terusik. "Kenapa sih berisik banget pagi-pagi?"

Elia tersenyum tanpa rasa bersalah. "Mandi gih," suruhnya dengan enteng. "JEVANNN bangun sayang ayokkkkk!"

Elia menahan tangan Nichol yang hendak masuk kamar. "Ehhhh mau kemana??"

"Mau lanjut tidur, nggak usah berisik lagi,"

"Loh saya udah capek-capek bangunin loh," Elia menarik tangan Nichol sampai keluar. "Jadi kita bertiga bakal keluar bareng-bareng, so sekarang mandi, terus siap-siap,"

Nichol menyerngit heran. "Apasih kamu??" tanyanya heran. Tingkahnya sudah seperti tuan rumah yang punya keluarga inti bahagia.

"Ayolah hari minggu masa mau di rumah aja, kita refresing gitu loh, menghabiskan waktu bersama," cerocos Elia. "Saya perhatiin kalian kalo hari libur di kamarrrr terus,"

Pintu kamar Jevan terbuka, bocah itu muncul sambil menguap. Jelas terbangun karena di luar sangat berisik.

"Ehhhhh Jevan sayang," Elia membungkuk dan mengusap rambut bocah itu. "Mandi gih, kita jalan-jalan pagiiii!"

Jevan langsung melirik sang Papah. "Dia kenapa?"

Nichol hanya mengangkat bahunya acuh.

Elia pun mencebikkan bibir sebal. "Ayolah jangan nggak asik, sekali-kali nyenengin saya di rumah ini..."

"Kalian berdua aja," usul Nichol segera berbalik untuk kembali ke kamar dengan cuek.

"Nggak mau, Tante sendiri aja," sahut Jevan ikut masuk ke dalam kamar.

Elia di luar langsung diam saat pintu tertutup rapat membuat wanita itu menghembuskan napas sedih. Menunduk melihat keranjang berisi makanan dan peralatan untuk pergi ke taman. Karena biasanya kalau minggu dia sekeluarga jalan-jalan pagi.

"Yaudah lah gue siapa di sini," gumam Elia pelan. Ia menatap sekali lagi kamar mereka dengan tatapan sendu, lalu melangkah turun ke bawah dengan bahu merosot lesu.

Elia meletakkan keranjangnya di meja dapur, kemudian duduk di ruang tamu dan mengeluarkan hpnya. Tapi suasana hatinya buruk lagi karena masalah online shop belum teratasi jadi dia tidak mau membuka hpnya.


Elia menyender pada kursi, memandang luar rumah dengan tatapan kosong.


Merenungkan niat anehnya ingin menghabiskan waktu bersama mereka berdua seolah ini adalah keluarga asli.


Terlepas dari kontrak. Terlepas dari tanggung jawabnya meluluhkan hati Jevan.


Elia kenapa ya akhir-akhir ini...



Karena lama melamun perlahan kelopak matanya meredup, bibirnya menguap dan kesadaran dirinya menurun. Perlahan semua menggelap dan mungkin ia mulai tertidur.


Sampai beberapa saat kemudian ia seperti mendengar sesuatu.


"Susah banget Pah dibangunin,"

212 Days ( AS 9 )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang