sebelas

18.5K 4.5K 916
                                    



9

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




9. Supermarket.

Jujur ya, Elia tuh effort banget loh buat meluluhkan hati seorang Jevan. Tapi nggak pernah dihargaiin. Apa nggak sensi dia?

Elia sengaja bangun sangat pagi agar bisa membuatkan sarapan tapi Jevan tidak mau memakannya, benar-benar tidak mau menyentuh piring di meja.

"Beneran nggak mau dimakan?" tanya Elia.

Jevan tampak mengabaikannya, bocah itu tak mengalihkan tatapan dari Ipadnya. Elia pun berkacak pinggang, merampas benda tersebut. "Kalo orang tua ngomong dihargaiin dong?"

Jevan berdecak malas. "What do you want?"

"Makan, aku udah buatin pagi-pagi loh,"

"Nggak ada yang minta Tante buatin sarapan, itu tugas Papah," jawab bocah itu. "First, you're not my mom. Kembaliin Ipad aku,"

Elia mencebikan bibirnya malas, ia letakkan Ipad Jevan di meja lalu menyentuh asal layarnya. "Awas loh main game terus otaknya ilang sebelah,"

"Aku bukan anak kecil yang bisa kamu boongin,"

"Oh nggak percaya??"

"Lebih percaya Spiderman nyata,"

"Terserah," Elia mengibaskan rambutnya. Ia kemudian duduk dan menarik piring berisi nasi goreng sosis. "Demi apa sih ini enak banget..."

Jevan melirik. "Stop caper,"

Elia ganti melirik dengan sinis. "Stop ikut campur,"

"Dipikir karena udah seminggu di sini Tante masih bisa bertahan?" tanya Jevan.

"Kenapa enggak?" Elia dengan cuek melahap nasi goreng buatannya. Gini-gini dia pandai memasak loh, walaupun tidak sejago bunda. Seenggaknya bukan bisa masak air sama mie doang.

"Papah bayar Tante berapa?"

"Beuh, banyak," Elia tetap meladeni. "Bisa buat beli rumah kamu."

"Udah aku duga," Jevan tersenyum miring. "Makanya kamu betah."

"Iya lah aku cinta uang,"

"Dasar mata duitan,"

"Dari pada mata bintitan?"

"Haha lucu," Jevan memaksakan senyum.

"Makasih emang dari lahir," Elia balas tersenyum, lalu mereka berdua saling memalingkan wajah dengan ekspresi penuh permusuhan.

Mereka tak sadar Nichol berada di dapur dengan mendengarkan perdebatan yang tak ada habisnya. "Bisa nggak tenang sehari?" tanyanya dengan nada jengah.

"Dia yang mulai," balas mereka bersamaan.

"Ih ikut-ikut," ledek Elia.

"Ih kamu ikut-ikut," Jevan tak mau kalah.


Nichol keluar dari dapur membawa nasi dan telur yang ia buat untuk Jevan. "Sini sarapan," suruhnya menarik kursi Jevan menjauh dari Elia agar mereka tidak bertengkar.

212 Days ( AS 9 )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang