56

24K 5.3K 2.5K
                                    

eii kgn ga nich


episode favorite versi aku yang ke 3.



56. Mine.






Elia berjalan keluar dari lift apartemennya dengan wajah berseri. Sudut bibirnya tertarik ke atas dan matanya berbinar-binar. Belum lagi hatinya yang membuncah bahagia sejak pulang dari rumah sakit pagi itu.

Elia mampir dulu ke pabrik untuk mendata bahan-bahan yang baru saja datang dari luar negeri. Setelahnya mampir ke rumah bunda untuk sarapan pagi, barulah ia pulang ke apartemennya.

Elia menekan bel apartemennya sambil bersenandung ria, lalu membuka pintu dan masuk. Namun saat melangkah ke dalam ia melihat seseorang duduk di sofa sambil menonton tv.

"Ra, anjing gue kira siapa," Elia mengelus dadanya.

Anara yang sedang menonton tv hanya melirik cuek. Jadi Elia datang menghampirinya. "Dari kapan di sini? Kok nggak ngabarin??"

"Abis kuota gue modal nelfonin elo," cibir Anara.

"Oh, nggak tau," Elia cengengesan.

"Abis dari mana sih, hah?"

Elia langsung menahan senyum.

"Apaan mesam mesem?"

"Raaaa," Elia mendorong lengan Anara. Lalu menutup wajahnya sambil tertawa tidak jelas membuat Anara memandangnya aneh.

"Apaan, nyet?"

"Ah respon lo nggak asik," decak Elia malas. "Ada apasih? Egi?"

Elia udah hafal banget Anara kalo dateng ke apartnya kayak gini berarti lagi ada masalah, dan alasan terbesar adalah Egi. Dua orang ini memang tidak pernah jelas hubungannya.

Anara malah menggeleng. Dan Elia perlu memaksa lebih agar mau mengeluarkan unek-uneknya. "Sesayang itu ya sama tuh anak?"

Anara diam.

"I feel you kok, gue awalnya heran kenapa lo segitunya dengan alasan sayang, dan sekarang gue ngalamin," ucap Elia. "Ternyata gini rasanya sayang sama orang."

"Tapi selalu kita yang sayang yang tersakiti,"

Elia terkekeh. "Bener,"

"Kayak, ngapain gue ngabisin waktu buat nyakitin diri, tapi tetep aja nggak kapok."

"Ya gitu deh Ra, nanti ada fasenya lo capek dan milih buat ngelepas semuanya."

"Kayak elo?"

Elia menoleh sambil cengengesan. "Kalo gue sih hampir,"

"Hampir gimana dah? Ditolak berkali-kali gitu,"

"Lo nggak tau gue semalem abis dari mana?"

"Dari mana?"

Elia tersenyum misterius.

"Ini muka lo seneng kayak gini berarti ada sesuatu?"

Elia menyelipkan helaian rambutnya sambil tersenyum malu. Melihat itu Anara langsung mendorong kepalanya. "Najis muka lo sok imut,"

"Raaa, dia semalem tuh definisi literally basically ngerusak jantung gue yang lemah iniii," kata Elia dramatis. "Gue berharap dia nggak sadar sama ekspresi gue yang mirip sama orang tipes saking gugupnya."

"Ya dia ngomong apaaaaa geblek,"

"Ra, bener kata Bunda, gue cuma perlu nunggu tanggal mainnya aja buat ngebalikin segala situasi."

"Dia ngomong apa tai,"

"Kenalan lo yang punya butik gaun itu bagi nomernya dong, Ra."




212 Days ( AS 9 )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang