بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم
_______________________________________________
Selamat membaca🦋Setelah tiba di Apartemen, Indry langsung merebahkan tubuhnya di atas kasur karna kelelahan. Seluruh badannya terasa pegal akibat terlalu lama duduk. Tiba-tiba saja ekor matanya melirik Alvin yang sedang berlari masuk ke toilet. Merasa khawatir, ia pun menghampiri laki-laki itu.
Wlekk!
Indry yang melihatnya pun jadi panik setengah mati. Ia menatap Alvin yang kini tengah memuntahkan isi perutnya di Wastafel. Tanpa pikir panjang ia kemudian memijat pelan area belakang leher Alvin.
Wlekk!
Setelah muntahan terakhir dikeluarkan, Alvin langsung menyalakan air keran dan membersihkan sisa-sisa muntahnya. Napas laki-laki itu naik turun, dan wajah yang memerah. Namun, tidak dengan bibirnya yang malah memucat.
"Kita ke rumah sakit ya," bujuk Indry menatap iba suaminya itu.
Alvin menggeleng pelan. "Gak perlu."
"Tapi, aku khawatir sama kamu. Aku takut kamu kenapa-napa. Mau yah, kita ke dokter?" ucap Indry kesekian kalinya.
Laki-laki itu menarik kedua bahu Indry agar gadis itu berhadapan langsung dengannya. Ia kemudian tersenyum. "Nggak usah, Ndry. Aku itu cuman masuk angin. Jadi, gak perlu ke dokter segala. Istirahat bentar juga pasti bakal baikan nanti."
Raut wajah Indry berubah sendu menatap laki-laki di hadapannya itu. "Yaudah ... kalo gitu kamu sekarang tidur, biar aku pijitin. Oke?"
Alvin mengangguk lalu membawa gadis itu ke pelukannya. Indry dapat merasakan bahwa tubuh Alvin begitu hangat. Namun, berbeda dengan badannya yang dingin karna terkena angin malam.
"Ayo," ajak laki-laki itu. Keduanya pun naik di atas kasur dengan selimut yang membungkus tubuh mereka. Indry membuka laci lemari dan mengambil minyak kayu putih untuk diusapkannya ke belakang leher Alvin.
"Nanti kalo Indry yang mual-mual, gantian ya," katanya di tengah-tengah pijitannya.
Alvin mengerutkan keningnya heran. "Gantian apa?"
Terdengar dengusan yang keluar dari mulut Indry. "Gantian dipijitinnya lah. Apalagi kan cara aku mijitnya enak. Sekali mijit langsung hilang pegelnya."
Laki-laki itu tertawa pelan mendengar ucapan Indry. Jujur saja, ia akui Indry memang jago dalam hal memijit. Jadi, apa yang diucapkan gadis itu sungguh tidak dilebih-lebihkan.
"Iya. Nanti kalo kamu yang mual-mual biar gantian aku yang pijitin," jawabnya membuat Indry melebarkan senyumnya. "Emang kamu udah siap," lanjut Alvin dan seketika wajah Indry berubah drastis.
"Siap ngapain?" tanyanya dengan tangan yang masih setia memijat laki-laki itu.
"Siap bikin dedek," celetuknya yang membuat Indry membelalakkan kedua matanya semakin lebar.
Plak!
"Mikirnya kok itu mulu sih! Ngebet banget kayaknya pengen punya anak," cibir Indry setelah ia memberikan satu pukulan kecil ke bahu laki-laki itu.
Alvin menyunggingkan senyumnya dengan mata yang terpejam. "Namanya juga udah nikah. Siapa coba yang nggak pengen punya anak, apalagi udah halal juga," jawab Avin kemudian memandang wajah Indry dari pantulan kaca di meja rias.
Gadis itu menghentikan kegiatannya, lalu memeluk leher Alvin dari belakang. Ia meletakkan dagunya ke pundak Alvin lalu berbisik. "Aku bentar lagi lulus kok. Jadi, harus sabar dulu ya. Ingat, orang sabar rejekinya makin banyak," kata Indry diakhiri dengan tawa cekikikannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SIAP, PAK SUAMI! [END ] ✓
RomanceAKU KASIH PERINGATAN YA GUYS, SOALNYA ADA ADEGAN ANU! "Yaudah, kalo gitu saya minta hak saya sekarang." ________________________________________ Menikah muda adalah kata yang tidak pernah Indry pikirkan selama hidupnya. Terlebih lagi diumurnya yang...