[44] SIAP, PAK SUAMI!

4.2K 283 15
                                    

Heyyow!!

MAAP BARU BISA UPDATE
SOALNYA LAGI SIBUK SCHOOL YAGESYA

*

*

*

*

*

*

*

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحمٰنِ الرَّحِيْمِ

____________________________________________
Selamat membaca🦋

Setelah hampir 20 menitan Indry menunggu Alvin pulang kerja, akhirnya laki-laki itu pun datang. Sesuai ucapan Alvin kemarin, bahwa hari ini mereka akan ke Bandara untuk menjemput Adam.

"Ayo masuk," ucap Alvin seraya membukakan pintu untuk Indry dan juga Risa.

Dengan mobil yang melaju di atas rata-rata, Indry melirik laki-laki di sampingnya itu sekilas. "Mm ... Alvin," bisik Indry.

Alvin menoleh seraya mengangkat dagunya seolah-olah berkata 'apa'?

"Mmm Audry ... gak ikut?" Indry bertanya sembari memainkan ujung sweater abu-abu yang ia kenakan hari ini.

"Tadi dia ngabarin, katanya ada urusan mendadak, jadi gak bisa ikut kita buat jemput Papa," jawab Alvin membuat Indry beroh-ia.

"Memangnya kenapa, Indry?" tanya Risa yang kini duduk di jok mobil belakang.

"Eh, enggak kok Ma," kata Indry kikuk.

Gadis itu menatap jalanan melalui jendela mobil, seraya mengulumkan senyumnya. Karna, tanpa sengaja mereka melewati sekolah Indry saat ia masih duduk dimenegah pertama. Sepintas ingatan pun tiba-tiba muncul dari ingatan Indry.

"Lari woy, Pak botak ngejer kita!" seru Edo pada teman-temannya yang lain. Sudah lebih sepuluh menitan mereka berlarian mengelilingi area gedung sekolah itu, hanya karna tak ingin mendapat hukuman dari guru BK tersebut.

Napas Indry terengah-engah dan ia memilih untuk berhenti sejenak. Dengan rambut yang masih dikepang dua, serta kacamata yang ia kenakan hampir saja melorot, gadis itu memilih untuk bersembunyi di samping Aula, sebab tempat tersebut terlihat sepi dan aman untuknya agar terhindar dari kejaran pak Bansya.

Berbeda dengan Edo, Lia dan Rion, mereka masih berusaha berlari menghindari kejaran Pak Bansya yang kini tengah memegang batang kayu di tangannya.

"Huh, istirahat bentar bisa gak sih?" tanya Edo seraya menghirup oksigen secara rakus. Badannya yang masih pandek dan lebar, membuatnya menjadi bahan bullying di sekolah.

Bahkan tak banyak dari teman-teman sekelas Edo memanggilnya dengan panggilan 'Sopo'. Pembuliyan yang mereka lakukan terhadap Edo bukan hanya sekedar ucapan, melainkan juga secara fisik.

Pernah sewaktu-waktu sejak Edo masih duduk di bangku kelas 5 SD, ia dengan hati kecilnya mencoba untuk mengutarakan perasaannya pada teman kelasnya yang memang terkenal karna memiliki wajah yang cantik. Bukan hanya cantik, ia juga terlahir dari keluarga yang berada.

Edo dengan badannya yang sangat berisi itu berlari sekuat tenaga, seraya menenteng sebelah sepatunya. Menyatakan perasaannya pada Bela-perempuan yang ia kagumi selama ini adalah hal terbodoh yang pernah ia lakukan.

SIAP, PAK SUAMI! [END ] ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang