[20] SIAP, PAK SUAMI!

7.5K 401 24
                                    

Haiii!
Vote sama komen jangan lupa🤪
Selamat membaca🦋
___________________________________________

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ


Kini Indry dan Alvin berada di dalam mobil, menuju pulang ke Apartemen. Gadis itu sesekali mencuri-curi pandang dengan Alvin yang saat ini tengah fokus menyetir mobil. Sorot mata Alvin tak ia alihkan sama sekali.

"Serius amat, Pak," celetuk Indry yang sedari tadi memperhatikan gerak-gerik suaminya itu.

Alvin yang pada dasarnya memang cuek, ia hanya membalasnya dengan bergumam. Sekarang sudah menunjukkan pukul delapan malam, jadi dia harus cepat-cepat pulang agar Indry bisa belajar untuk ujiannya besok.

Entahlah, Alvin sangat ingin gadis itu mempunyai nilai yang bagus. Harapannya, Indry bisa diterima di Universitas yang telah ia pilih. 

"Saya sudah mendapatkan Universitas yang cocok buat kamu," ucap Alvin membuat Indry menghentikan kegiatannya, yang kini menatap pemandangan malam hari di luar sana.

"Oh ya? Dimana?" tanyanya penuh antusias.

Ada sedikit jeda dari obrolan mereka berdua. Hingga akhirnya Alvin membuka suara lagi.

"Tempatnya di Bandung," sahut Alvin.

Sontak saja Indry yang mendengarnya pun membelalakkan kedua matanya. "Di Bandung?!"

Alvin langsung menjauhkan telinganya dari Indry, sebab suara gadis itu begitu melengking. "Saya tidak tuli Indry. Bisa tidak kamu bicaranya pelan-pelan saja."

Indry cengengesan. "Maaf, Pak. Habisnya Indry tuh kaget, kok tiba-tiba di Bandung. Tapi, beneran kan?" tanyanya, kembali memastikan.

"Iya. Maka dari itu kamu harus belajar yang giat, supaya nilai kamu bisa lebih mendukung masuk di Universitas itu."

Indry tersenyum lebar seraya hormat pada Alvin. "Ashiaap, pokoknya mah."

Kedua sudut bibir Alvin tertarik, menampilkan senyumnya yang sangat tipis. "Ekhm ... Indry."

Indry menolehkan kepalanya ke sumber suara. "Iya, Pak?"

"Bisa tidak panggilan kamu ke saya diganti? Itu pun kalo kamu mau," ujar Alvin.

Terlihat kerutan di dahi Indry. "Kenapa? Pak Alvin, emangnya mau dipanggil apa sama Indry?"

"Dipanggil nama juga boleh, asal tidak ada embel-embel 'pak' nya," tutur Alvin, berharap gadis itu mengiyakan permintaannya.

"Oke, gampang itu mah." Indry menjawab dengan enteng. "Tapi, Pak—eh maksudnya kamu juga harus panggil aku jangan Indry. Harus ada nama panggilan khusus."

Alvin menatap sekilas gadis itu. "Mau dipanggil apa emangnya?"

Indry berpikir sesaat, sembari memukul-mukul dagunya menggunakan jari telunjuknya.

"Indry sayang, gimana?"

Laki-laki itu menggeleng. "Alay."

SIAP, PAK SUAMI! [END ] ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang