Pelajaran untuk Kean

690 22 0
                                    

Setelah selesai bermain bersama anak-anak, Kean dan Anna duduk di kursi yang berada di pohon rindang.

Kean menghapus keringatnya yang masih bercucuran di keningnya.

Matanya menangkap Anna yang tengah tersenyum ke arah-anak.
Kean kemudian mengikuti arah tatapan Anna yang mengarah ke anak-anak itu.

Memang ada sesuatu yang menarik saat melihat mereka bermain.
Ia baru menyadarinya sekarang.

"Mengapa Ben memanggilmu Ibu?"
Tanya Kean seolah ia tidak mengetahui yang sebenarnya.

Ia hanya ingin mendengar pernyataan dari gadis itu sendiri.

Anna kemudian mengalihkan tatapannya pada Kean.
Ia tersenyum mendengar pertanyaan itu.

"Ben sudah ditinggalkan orang tuanya sejak ia masih berusia beberapa hari."
ucap Anna sambil mengingat kejadian beberapa tahun yang lalu, saat Ben ditinggalkan oleh orang tuanya di depan gereja.

Ia tersenyum tipis mengingat kejadian mengharukam tersebut.

"Waktu itu, aku dan Ibu Mirna menemukannya di depan gereja.
Dengan kondisi kedinginan, Ben menangis dengan kencang.
Saat pertama kali aku melihatnya, aku begitu sedih dan langsung memeluknya dengan erat.
Mengapa bayi setampan itu ditinggalkan oleh kedua orang tuanya dengan kondisi seperti itu?
Sejak saat itu, aku begitu menyayanginya dan merawatmya layaknya seorang Ibu untuknya walaupun aku masih muda saat itu."

"Dan kau tidak keberatan dengan sebutan itu?"

Anna menggelengkan kepalanya.
"Aku tidak keberatan sama sekali."

Kean mengerutkan keningnya saat melihat respon Anna yang terlihat bahagia mendapat sebutan itu.

"Apa anak itu tahu bahwa kau bukanlah Ibu kandungnya?"

"Hem, dia mengetahuinya.
Ibu Mirna menjelaskan semuanya dengan baik pada Ben.
Bersyukur di usianya yang masih kecil, Ben bisa menerimanya."

"Apa mereka yang menjadi alasanmu mengapa kau tidak kembali ke Kanada dan tetap di sini?"

Anna menatap Kean dengan lekat.
Bagaimana Kean bisa tahu?
Ia kemudian perlahan menganggukkan kepalanya.

"Hem."

"Kau merelakan mimpimu hanya demi bersama mereka?" tanya Kean lagi.

"Ya, aku tidak akan bisa meninggalkan mereka sendirian.
Mereka sangat membutuhkanku di sini.
Aku juga sangat menyayangi mereka semua."

Kean tidak mengerti maksud perkataan Anna barusan.
Bagaimana bisa Anna merelakan impian dan masa depannya untuk orang-orang yang bukan merupakan keluarganya?

"Kau tahu, sejak kecil mereka tumbuh tanpa kasih sayang dari kedua orang tua mereka.
Mereka sering bercerita padaku bahwa orang tua mereka tidak menginginkan mereka sehingga aku tidak tega untuk kembali ke Kanada.
Aku hanya ingin memberikan kasih sayang yang tidak pernah mereka dapatkan.
Aku tidak mau mereka merasa sendirian di dunia ini.

Kean melihat kesedihan di wajah Anna saat menceritakan kisah anak-anak panti.
Apa itu yang dinamakan dengan ketulusan?
Kean menatap Anna dengan lekat tanpa berkedip sedikitpun.

"Mengapa kau menatapku seperti itu?" Anna melihat Kean menatapnya dengan aneh.

"Kau konyol!
Aku tidak pernah bertemu dengan orang sepertimu.
Kau berkorban demi orang lain?
Terbuat dari apa hatimu?"

Anna terkekeh mendengar pertanyaan Kean yang menurutnya begitu lucu.

"Kau dan aku sama-sama diberikan hati oleh Tuhan Kean.
Siapapun akan iba mendengar kisah mereka.
Dan aku memilih untuk selalu berada di samping mereka.
Aku yakin kau juga akan mengerti suatu saat nanti."

Pria Arogan dan Gadis Baik HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang