Masalah Besar

410 13 0
                                    

Kean berjalan menuju kamarnya.
Matanya menangkap seseorang yang tidak asing sedang berdiri di depan kamarnya.
Siapa lagi kalau bukan Mark.
Apa lagi yang akan dikatakan pria itu padanya sekarang?

"Sekarang apa lagi?"
tanya Kean pada Mark sesampainya di depan kamarnya.

"Menjauhlah dari Anna."

Kean tersenyum dan kemudian menatap Mark dengan mata tajam.

"Bukankah sebelumnya aku sudah mengatakan padamu, bahwa aku tidak akan menyerah?
Lagian kau sama sekali tidak berhak melarangku bersama dengannya."

Kean melangkahkan kakinya ke depan.
"Sebaliknya aku yang seharusnya melarangmu untuk tidak berada di sekitarnya."

"Sampai kapan kau terus mempermainkan semua orang, hah?
Kau bahkan menggunakan anak-anak panti untuk membuat rencanamu berhasil."
ucap Mark dengan nada meninggi.

"Kau tidak perlu menyebut anak-anak sebagai alasan atas kekalahanmu.
Mereka tidak ada hubungannya sama sekali.
Dan soal Anna, dia sama sekali tidak risih saat bersama denganku.."

"Hem, kau tidak mengenal Anna lebih baik dariku.
Aku bahkan sudah lama mengenalnya dibandingkan dengan dirimu.
Nyatanya ia hanya terpaksa menjalani perjodohan itu.
Aku mengenalnya dengan sangat baik."

Kean terkekeh mendengar pernyataan Mark barusan.
Terdengar konyol mengingat dirinya yang sudah bertemu dengan Anna lebih dulu dibandingkan dengan Mark.

"Kau yakin kau mengenalnya lebih baik dariku?
Kau hanya belum mengetahui kebenarannya Mark.
Bersiaplah untuk kalah dariku.."

"Baik, kalau itu maumu.
Lihat saja.
Aku tidak akan tinggal diam kali ini.
Selama ini aku sudah cukup mengalah denganmu Kean.
Kali ini tidak akan lagi.."
Mark kemudian pergi dari sana.

Kean menatap punggung Mark yang semakin menjauh dari pandangannya.
"Kau tidak akan bisa mengambil apa yang sudah menjadi milikku Mark."

Kean perlahan mulai tersadar dengan pernyataannya barusan.
Berarti selama ini ia menyebut Anna sebagai miliknya.
Hal itu terdengar konyol baginya, mengingat selama ini ia sama sekali tidak berniat menjalankan perjodohan itu dengan Anna.
"Ahh, kenapa aku harus memikirkan hal itu?
Dasar bodoh!" ucapnya pada dirinya sendiri.

Kean yakin dirinya tidak akan tertarik sedikitpun pada Anna. Ya, semua merupakan bagian dari rencananya sendiri.
Ia kemudian masuk ke dalam kamarnya.

Keesokan harinya, Kean pergi ke kantornya seperti biasa.
Ia melepaskan jasnya sesaat setelah sampai di ruangannya.
Kean duduk di kursinya.
Matanya menatap mejanya yang sudah dipenuhi dengan berkas-berkas yang harus ditandatanganinya.

Tiba-tiba, pintu ruangannya terbuka tanpa seizinnya.
Dan benar dugaannya, Joe lagi-lagi masuk sebelum mengetuk pintu terlebih dahulu.
Ia sangat tidak menyukai kebiasaan Joe tersebut.
Baginya, privasinya sangat penting.
Oleh karena itu penting bagi siapapun untuk mengetuk pintu terlebih dahulu sebelum masuk ke ruangannya.

"Joe, apa kau tidak bisa mengetuk pintu terlebih dahulu, hah?" Kean menatap Joe dengan kesal.

"Maaf Kean.
Tapi aku tidak punya waktu untuk itu karena ada hal yang sangat penting harus kuberitahu padamu.."
ucap Joe dengan nafas naik turun.
Terlihat pria itu terburu-buru datang ke ruangan Kean.

"Apa yang terjadi denganmu?
Kenapa kau datang ke ruanganku layaknya sedang mengejar sesuatu?"
ucap Kean dan kemudian kembali memeriksa dokumen-dokumen di tangannya.

"Mark datang ke kantor dan menemui Paman Ruben."
ucap Joe langsung ke poin hal penting itu.

"Apa?"
ucap Kean dengan nada terkejutnya.

"Mengapa ia datang ke sini dan menemui Ayahku?"

"Entahlah.
Tapi saat aku berada di sana, Mark tiba-tiba datang dengan pakaian formal seperti kita layaknya karyawan di kantor ini.
Apa Mark berniat bekerja di sini?
Bukankah dia selalu menolak untuk bekerja di kantor dan memilih tinggal di luar negeri?"

Kean mengepal tangannya dengan erat.
Ia tahu apa tujuan Mark datang ke kantor begitu tiba-tiba.
Tentu saja berkaitan dengan ancaman yang diucapkan pria itu sebelumnya.
Rupanya Mark benar-benar ingin merebut perusahaan darinya.

Joe memperhatikan raut wajah Kean yang berubah dan terlihat seperti sedang menahan amarah.

"Kean, apa kau mengetahui tujuan Mark yang sebenarnya?"

"Dia ingin merebut perusahaan dariku."

"Apa?"

Joe begitu terkejut mendengar penuturan Kean barusan.

"Mengapa ia tiba-tiba ingin merebut perusahaan darimu?"
tanya Joe dengan begitu penasarannya.
Jujur ia masih belum memahami semua yang didengarnya dari Kean.

"Dia mengancamku untuk tidak menyetujui perjodohan itu dan menjauhi Anna."

"Ah, aku tidak mengerti dengan semua yang kudengar barusan.
Kau harus memberitahuku semuanya Kean."

Kean kemudian menceritakan semuanya satu per satu.
Dimulai dari hubungan Mark dengan Anna, perasaan pria itu dan juga ancamannya.

"Well, Mark ternyata begitu mencintai Anna sehingga ia harus melakukan ini semua agar kau berhenti menyakiti gadis itu.
Aku rasa, ia hanyalah seorang pria yang tidak ingin gadis yang dicintainya terluka.
Masuk akal."

"Jadi kau membela Mark dan akan mendukungnya.
Begitu?"

"Bukan begitu Kean.
Hanya saja jika kita memahami apa yang dilakukannya, perbuatannya tidak ada salahnya juga.
Ia hanya ingin melindungi Anna.
Apalagi Mark tahu bahwa kau sama sekali tidak tulus dengan Anna dan hanya berniat mempermainkannya.
Namun menurutku, sebaiknya kau menghentikan semuanya Kean.
Aku yakin Paman juga tidak akan semudah itu menggantikan posisimu.
Apa kau tidak mengasihani gadis itu?
Ya, aku tahu kau hanya ingin membalasnya karena telah berani menolakmu.

Tapi aku rasa dia gadis yang baik.
Dia tidak memberikan respon buruk padamu setelah apa yang kau lakukan padanya di masa lalu.
Lagian kau hanya perlu membatalkan perjodohan itu dan semuanya akan kembali seperti semula.
Mark juga tidak akan menyentuh sedikitpun bagian dari perusahaan.."

Joe kemudian mendekat pada Kean.
"Lepaskan egomu dan biarkan gadis itu bahagia bersama pria yang mencintainya.
Kau sudah menyakitinya dulu, kalau begitu sekarang kau seharusnya tidak membuatnya menderita lagi."

Kean menghela napas kasar.
"Aku tidak akan melakukan hal itu dan aku tidak akan kalah dari Mark."

"Dan sekarang kau menganggap Anna layaknya seorang boneka Kean.
Apa kau tidak menyadarinya?
Anna hanya alat untuk mengalahkan Mark.
Begitu?"

Kean hanya diam.
Ia kemudin beranjak dari kursinya dan menatap ke arah luar jendela.

"Oh ayolah Kean.
Biasanya kau juga tidak seperti ini.
Kau tidak perlu mengurusi mereka yang hanya akan menyia-nyiakan waktumu.
Batalkan perjodohan itu dan semuanya akan selesai."

Kean sibuk dengan pikirannya sendiri.
Apa yang dikatakan oleh Joe memang benar.
Ia hanya perlu membatalkan perjodohan itu dan semua masalahnya akan selesai.
Ia kemudian teringat dengan semua sikap yang diberikan oleh Anna selama ini padanya.
Tidak ada sama sekali kebencian dalam diri gadis itu setiap kali bersamanya.
Mungkin gadis lain akan melakukan sesuatu untuk membalasnya.
Namun berbanding terbalik dengan Anna yang masih bersikap baik padanya.

Kean kemudian berbalik.
Setelah itu ia melangkahkan kakinya keluar dari ruangannya menuju ke ruangan Ayahnya.

"Kean kau mau pergi kemana?"

"Kean jawab aku!!"
Joe menatap Kean yang sudah keluar dari ruangannya.
Lagi-lagi ia dibuat kesal dengan sikap sahabatnya itu.
Menurutnya sebentar lagi akan segera datang masalah besar.
Ia harus bersiap-siap untuk itu.

Pria Arogan dan Gadis Baik HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang