Diingatkan kembali

406 14 0
                                    

Anna memeluk Ben dengan erat.
Sebentar lagi mereka akan pulang dan ia harus berpisah dengan anak itu.

"Ben, berjanjilah pada Ibu bahwa kau akan mengikuti apa yang dikatakan oleh Nenek Marni."

Bene menganggukkan kepalanya dengan kesungguhan.

"Aku berjanji Bu."

"Baiklah, anak pintar."
Anna mengelus kepala Ben dengan lembut.

"Ibu mau pulang.
Lusa Ibu akan kembali lagi ke sini.
Kau harus menjaga kesehatanmu.
Mengerti?"

"Hem.
Aku mengerti Bu.."

Mark tersenyum melihat hubungan Anna dan Ben yang begitu terjalin dengan erat.
Ia mengagumi sosok Anna, yang tidak hanya memiliki hati yang baik tapi juga memiliki jiwa keibuan.
Persis seperti Ibunya.

Kean menyilangkan kedua tangannya sambil menatap Mark yang tengah tersenyum ke arah Anna.
Sedari tadi ia juga tahu bahwa pria itu menatap Anna berulang kali.
Seketika sebuah ide muncul di kepalanya.
Kean tersenyum menyeringai.

Ia kemudian menghampiri Anna dan Ben.
Kean ikut mensejajajarkan tubuhnya di samping Anna dan berhadapan dengan Ben.
"Ayah juga sebentar lagi akan pulang.
Seperti yang dikatakan Ibu Anna, kau tidak boleh sakit lagi Ben.
Mengerti?"

"Baik Ayah.
Aku berjanji tidak akan sakit lagi."
Ben tersenyum girang dan kemudian memeluk Kean dan Anna dengan erat.

Kean tersenyum puas.
Ia yakin saat ini Mark pasti kecewa melihat momen kedekatan mereka.
Mark harus sadar tempatnya dimana.
Ia tidak akan bisa mengalahkannya!

"Baiklah Ayah dan Ibu akan pulang.
Jaga kesehatanmu dengan baik.."

Mark menatap Kean dengan tatapan tidak suka.
Ia berjalan melewati pria yang tengah memberikan senyuman kemenangan itu padanya.
Ia menghampiri Ben dan pamit pada Ibu Marni.

Ben melambaikan tangannya pada mereka bertiga.

Setelah pamit pulang, kini saatnya mereka berjalan menuju parkiran.

"Kau pulang bersamaku..."
ucap Kean pada Anna.

Annq melihat ke arah Mark sekilas.
Matanya kemudian mengarah pada Kean yang tengah menunggunya masuk ke mobilnya.

"Masuklah..."

Anna akhirnya memutuskan untuk pulang bersama Kean.

Sebelum masuk ke mobil itu, ia sempat berbicara pada Mark.
"Mark terima kasih untuk hari ini.
Kau juga hati-hati ya di jalan.."

Mark tersenyum dan mengangguk.
"Aku akan lebih sering datang ke sini Anna.
Kau tidak perlu berterima kasih padaku.
Aku juga senang bisa bertemu dengan mereka.
Oh ya, beritahu aku saat kau sudah sampai di rumah nanti."

Anna tersenyum pada Mark.
"Hem, baiklah..."

Anna kemudian masuk ke dalam mobil Kean.
Kean juga menyusul masuk ke dalam mobilnya.

"Kalian berdua memiliki hubungan yang sangat dekat ternyata.
Sampai-sampai kau harus memberitahu pria itu saat kau sudah sampai di rumah.."

"Tentu saja.
Kami berhubungan dengan baik.."
ucap Anna dengan mata menatap lurus ke depan.

"Apa kau pernah berpacaran dengannya?"

Sontak pertanyaan itu membuat Anna terdiam.

"Tidak.." ucapnya akhirnya.

Mengapa Mark dan Anna tidak pernah berpacaran?
Pertanyaan itu muncul di pikiran Kean.
Terlebih Mark sangat mencintai Anna.
Kalau begitu masalahnya ada pada Anna.
Apa Anna menolak perasaan Mark?

"Kau menolaknya?"
Kalimat itu keluar begitu saja dari mulut Kean.
Seketika ia berubah menjadi sosok yang ingin tahu mengenai hubungan Anna dan Mark.
Padahal sebelumnya ia tidak pernah tertarik dengan urusan orang lain.

Anna mengalihkan tatapannya pada Kean.
Mengapa Kean tiba-tiba bertanya hal itu padanya?

"Kau tidak menyukainya?"
tanya pria itu lagi.

Anna kemudian melihat perubahan wajah pria itu yang mulai mengembangkan senyumnya dan kemudian menatapnya.

"Apa jangan-jangan kau masih menyukaiku?
Kau masih belum melupakanku kan?"

"Kean, kau..
Itu sama sekali bukan urusanmu.
Dan ingat, perasaanku denganmu itu hanya masa lalu."
ucap Anna langsung memalingkan wajahnya ke depan.
Kean masih saja begitu percaya diri hingga membuatnya begitu kesal.

"Bagaimanapun, kau pernah menyukaiku dulu.
Kau bahkan sangat menyukaiku waktu itu.."

"Kean..
Apa kau tidak bisa berhenti membahas itu?"

Kean terkekeh.
"Aku tidak akan berhenti sebelum kau memberitahuku alasan mengapa kau tidak berpacaran dengan Mark."

"Memangnya apa urusannya denganmu soal itu?
ucap Anna dengan tatapan menuntut jawaban dari Kean.

"Baiklah, jika kau tidak mau memberitahuku soal itu.
Aku akan mencari tahunya sendiri."

Anna mendengus kasar.
Lagi-lagi Kean berbicara dan bertindak sesuka hatinya.
Ia tidak mengerti jalan pikiran pria itu.

Kean kemudian melajukan mobilnya.
Perdebatan dirinya dan Anna membuatnya menyita banyak waktu.
Walaupun itu adalah kesalahannya sendiri yang terlalu ikut campur antara Anna dan Mark.
Ia juga tidak tahu mengapa ia bertindak seperti itu.

Mark mengikuti mobil Kean dari belakang.
Ia ingin memastikan Anna pulang ke rumahnya dengan selamat.
Walaupun ia sendiri tidak bisa membawa gadis itu pulang bersamanya.

Kean tersenyum melihat mobil Mark yang terlihat jelas mengikutinya dari belakang.
Mark masih bersikeras juga ternyata.

Beberapa menit kemudian, mobil Kean sudah sampai di depan rumah Anna.

Anna melihat ke sampingnya sekilas.
Sebenarnya ia masih kesal dengan sikap Kean tadi.
Tapi ia harus mengucapkan terima kasih juga.

"Terima kasih sudah mengantarku pulang."
ucapnya dengan nada rendah.

"Besok lusa aku ikut bersamamu ke panti.
Aku akan menjemputmu di toko."

Anna hanya diam.
Percuma ia menolak.
Pria itu akan selalu melakukan apapun yang ia inginkan.

Ia berniat pergi, namun ia teringat dengan sesuatu.
"Kau..
Apa hubunganmu dengan Ben adalah salah satu bagian dari rencanamu?

Kean memalingkan wajahnya.
Pertanyaan Anna barusan menyinggung perasaannya.

Soal Ben, ia tidak pernah berniat memanfaatkan anak itu dan juga anak-anak lainnya untuk menjalankan rencananya.
Mereka bukanlah bagian dari rencananya.

"Apa aku seburuk itu di matamu?"

"Aku hanya berpikir sikapmu terhadapa Ben dan anak-anak lain begitu tiba-tiba.
Kau sebelumnya bahkan tidak menyukai mereka semua.
Wajar jika aku curiga padamu."

"Aku memang seseorang yang buruk.
Tapi aku tidak akan menggunakan anak-anak sebagai bagian dari rencanaku."

"Itu bagus.
Kalau begitu terima kasih.
Aku akan sangat marah jika kau sampai melibatkan mereka juga.
Ben dan anak-anak yang lain benar-benar menyayangimu.
Mereka bahkan berulang kali menanyaimu saat kau tidak datang ke panti selama beberapa hari."

Anna kemudian menghela napas.
"Aku pergi.
Sekali lagi terima kasih.."
Anna kemudian keluar dari mobil Kean.

Kean menatap gadis yang baru saja keluar dari mobilnya itu.
Gadis itu masih saja berterima kasih setelah apa yang sudah ia lakukan terhadapnya.
Anna perlahan mengingatkannya pada seseorang yang begitu ia sayangi selama ini, yaitu Ibunya.
Ibunya merupakan sosok yang lembut dan baik hati.
Ibunya itu tidak pernah marah terhadapnya walaupun ia berbuat salah.

Satu pesan yang pernah dikatakan Ibunya dulu padanya adalah untuk selalu berbuat baik pada orang lain dalam keadaan apapun.
Pesan itu tidak pernah lagi ia lakukan lagi semenjak Ibunya meninggal.
Baginya kehidupannya sejak saat itu tidak berarti lagi tanpa kehadiran Ibunya.
Namun ia kembali diingatkan lagi pada pesan itu karena Anna.

Pria Arogan dan Gadis Baik HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang