Ancaman Mark

97 6 2
                                    

Kean mengancingi setelan yang dikenakannya di depan cermin kamarnya.
Malam ini dirinya mengenakan tuxedo suit berwarna hitam untuk datang ke acara hari jadi orang tua Anna.
Penampilan Kean tentunya membuatnya semakin tampan dan mempesona.
Apalagi dengan tinggi badan yang semampai dan juga tubuh atletis nya, pakaian apapun cocok dikenakannya.

Kean tersenyum di depan cermin.
Dirinya tidak sabar untuk bertemu dengan Anna.
Dirinya kemudian teringat pada pertanyaan Anna waktu itu dan dirinya berjanji akan memberikan jawaban malam ini.

Kean menarik napas panjang.
Malam ini dirinya akan menyatakan perasaannya pada Anna.
Seketika jantungnya berdegup kencang mengingat perasaannya pada Anna.
Jujur saja dirinya merasa gugup
Ya walau hanya sedikit.

Kean terkekeh melihat dirinya sendiri.
Entah mengapa menyatakan perasaan merupakan sebuah hal yang besar baginya sampai membuatnya tidak bisa tidur akhir-akhir ini.
Bahkan pekerjaan kantor yang terbilang sulit jauh lebih mudah dibandingkan hal tersebut.

Jatuh cinta memang bisa membuat seseorang tidak berdaya seketika!

--

Kean keluar dari kamarnya dan tanpa disengaja dirinya berpapasan dengan Mark.
Mark juga sudah lengkap dengan setelannya.

Kean langsung berbalik setelah memberikan tatapan malas pada Mark.
Dirinya begitu tidak menyukai kehadiran Mark di sekitarnya.

"Tunggu.." ucap Mark dari balik punggung Kean.

Langkah Kean seketika terhenti namun tetap pada posisinya.
Dirinya sama sekali tidak berniat berbalik.

Mark kemudian berdiri di hadapan Kean yang masih menatapnya dengan tatapan malas.

"Katakan apa yang ingin kau katakan.
Aku sama sekali tidak memiliki waktu untuk meladenimu.." ucap Kean sambil menatap jam tangannya.

"Kau ini benar-benar bertingkah seenaknya Kean
Selama ini aku berdiam diri dan tidak pernah membalasmu karena aku tidak ingin membuat keributan hingga berakhir membuat Anna bersedih.
Dengar Kean, walaupun kau berniat menjauhkan Anna dariku, hal itu tidak akan pernah berhasil.
Bagaimanapun orang tua Anna tidak tahu bagaimana rencana jahatmu selama ini terhadap dirinya.
Bagaimana jika mereka tahu kebenarannya?
Kebenaran bahwa selama ini kau telah melakukan banyak hal buruk pada Anna?"

Kean mengepal tangannya dengan erat namun berusaha bersikap tenang di hadapan Mark.

"Kau berniat mengancamku ternyata.
Namun kau sendiri tahu orang seperti apa aku ini.
Ancamanmu sama sekali tidak mempan untukku.
Dan kau tidak akan pernah menang dariku.
Lain kali kau harus mencari ancaman yang lebih  tepat untuk orang sepertiku Mark."
Kean menepuk pundah Mark berulang kali sambil tersenyum menyeringai.

Kean kemudian pergi dari sana.
Dirinya sedang tidak berniat berkelahi kali ini.
Mungkin jika berada lebih lama di sana dirinya tidak akan bisa menahan diri.
Apalagi jika menyangkut soal Anna.

Belum selesai dengan Mark, lagi-lagi Kean mengalami masalah baru.
Saat berjalan menuju ruang tamu dirinya bertemu dengan Ayah dan Ibu Tirinya.
Sungguh, hal ini lebih parah dari sebelumnya.
Dirinya tidak ingin melihat wajah mereka.

Ruben dan Reema tersenyum melihat Kean muncul dengan setelan lengkap.
Mereka berdua bahagia melihat perubahan dalam diri Kean.
Apalagi mereka sudah mendengar kabar dari Harun dan Ribka bahwa Kean mengambil banyak peran dalam persiapan acara hari ini.

"Wah, kau benar-benar patuh terhadap perjodohan itu ternyata.
Dan Ayah bersyukur kau tidak menciptakan masalah baru lagi Kean."

Kean sempat menatap ke arah lain dan kemudian berhadapan dengan Ayahnya.

"Jangan pikir aku melakukan semua itu karena patuh terhadap Ayah.
Aku melakukannya karena tidak ingin perusahaan yang sudah lama Ibuku bangun dengan jerih payahnya jatuh pada pihak yang tidak tepat.
Apalagi pada pihak asing."

Kean mengarahkan pandangannya pada Reema yang berdiri di samping Ruben.

Perkataannya memang mengarah pada Reema karena sebelumnya Ayahnya mengatakan bahwa perusahaan akan diberikan pada Mark apabila dirinya tidak setuju dengan perjodohan itu.

"Jadi jangan terlalu berlebihan seperti itu Ayah.
Aku masih sama seperti sebelumnya.."
sambung Kean dengan senyuman tidak tulusnya.

Ruben menghela napas.
Sepertinya Kean belum benar-benar berubah.
Apalagi bila menyangkut soal keluarga mereka.

"Ayah tidak peduli apa alasanmu untuk tidak mengulah lagi.
Ayah sudah mendengar kabar dari orang tua Anna bahwa kau banyak membantu persiapan acara mereka.
Paling tidak walaupun kau tidak memberikan hal baik pada kami, kau bisa memberikannya pada keluarga Anna."

"Soal mereka itu bukanlah urusan Ayah.
Aku bebas melakukan apapun.
Aku bisa berbuat baik pada orang lain, bahkan aku bisa mengacau kapanpun aku mau.
Ayah tahu sendiri bagaimana diriku selama ini."

"Kau ini benar-benar.
Mengapa barang sedetik pun kau tidak bisa menghormati Ayah, hah?" ucap Ruben dengan nada mulai meninggi.

"Aku akan menghormati orang yang benar-benar pantas aku hormati Ayah.." ucap Kean dengan nada santai.

"Kean..."
Kali ini Ruben benar-benar marah atas ucapan Keaan barusan.

"Ruben, tenanglah.
Kau tidak boleh marah seperti ini.
Bagaimanapun kita akan berangkat sebentar lagi.
Aku mohon tenangkan dirimu."
Reema mencoba menenangkan Ruben dan memecahkan suasana yang semakin panas.

Tidak lama Mark kemudian menghampiri mereka.
Dirinya juga sempat mendengar keributan dari ruang tamu yang ia yakini Kean merupakan penyebab keributan itu.
Siapa lagi yang menciptakan keributan di keluarga mereka kalau bukan Kean.

"Ayah ayo kita berangkat.
Keluarga Anna pasti sudah menunggu kedatangan kita.
Tidak baik membuat mereka lama menunggu."

"Kau benar Mark."
Kali ini Harun sudah bisa mengontrol emosinya dan berhasil bersikap tenang.

"Kean berangkatlah bersama kami sayang.
Kita akan bersama-sama pergi ke sana." ucap Reema dengan nada lembutnya.
Sungguh dirinya benar-benar ingin Kean berangkat bersama mereka.

"Kau tidak perlu mengajak orang yang selalu bersikap kurang ajar seperti dirinya Reema.
Kita berangkat bersama Mark saja.."
Sungguh Ruben begitu kecewa dengan sikap Kean tadi.

"Ayah sudah tahu jawabanku ternyata.
Terima kasih Ayah.."

Kean tersenyum lebar dan kemudian melenggang pergi dari sana.
Sejujurnya dirinya begitu muak berlama-lama di sana.
Hanya saja Ayahnya selalu saja berhasil membuatnya kembali bersikap kurang ajar.
Walaupun dirinya sama sekali tidak berniat untuk bertengkar.

"Dasar anak itu!
Bagaimana bisa aku menjodohkan anak itu dengan perempuan baik seperti Anna?
Aku rasa siapapun tidak akan tahan bersamanya.
Tidak akan ada yang bisa mengubahnya.
Dia masih saja berperilaku buruk seperti sebelumnya."

Ayah benar.
Anna bahkan menderita akibat perjodohan itu.
Aku berharap Ayah, Ibu dan orang tua Anna segera mengetahui kebenarannya.
Aku tidak ingin Anna menderita lebih lama lagi karena perbuatan Kean.

Mark mengucapkan kalimat itu dalam hatinya.
Sungguh dirinya ingin perjodohan itu segera berakhir.
Bagaimanapun banyak pihak yang akan terluka nantinya.
Hal ini merupakan akibat keegoisan seorang Kean.
Pria itu benar-benar orang yang tidak punya perasaan.

Pria Arogan dan Gadis Baik HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang