Keraguan Anna

414 9 0
                                    

Anna mendapati pesan masuk di handphonenya.
Ia tersenyum tatkala melihat pesan berisi gambar yang dikirimkan oleh nomor yang tidak terdaftar di kontaknya.
Dan pengirimnya adalah Joe.
Gambar itu memperlihatkan potret Kean yang sedang berbicara pada Mark.

Ia meyakini Kean memang sengaja meminta Joe mengirim potret itu padanya sebagai bukti bahwa pria itu sudah meminta maaf pada Mark.

Tiba-tiba notifikasi pesan dari Kean muncul.
Anna langsung membukanya.

(Aku sudah meminta maaf padanya dan Joe juga mengirimkan buktinya padamu.
Apa sekarang kau mau memaafkanku?)

Anna kemudian membalas pesan itu.
(Baiklah, aku memaafkanmu.
Aku harap kau dan Mark memiliki hubungan yang baik kedepannya.)

Kean tersenyum namun kemudian ia menahan jarinya saat membaca kalimat terakhir dari pesan Anna.

"Itu tidak akan pernah terjadi.
Dia berniat mengambil apa yang kumiliki.
Bagaimana bisa aku berhubungan baik dengannya?"

Bahkan tadi pagi saat datang ke ruangan Mark, ia begitu terpaksa melakukannya.
Ia meminta maaf pada Mark dan setelah itu langsung dari keluar dari sana tanpa mendengar jawaban pria itu.

Kean langsung meletakkan handphonenya dan kemudian kembali bekerja.

--

Anna berjalan dengan troli belanja yan berisi belanjaan.
Setelah pulang dari toko, Anna menyempatkan diri untuk membeli keperluan anak-anak panti.

Anna mengedarkan pandangannya, mencari barang yang dibutuhkannya.

"Anna..."

Anna membalikkan badannya dan terkejut melihat kehadiran Bibi Reema di sana.

"Bibi..."

Reema tersenyum dan kemudian mendekati Anna.

"Senang bertemu denganmu disini Anna.
Apa yang sedang kau beli sayang?"
tanya Reema sambil melihat ke arah troli belanja Anna.

Anna tersenyum.

"Aku membeli perlengkapan kebutuhan anak-anak panti Bi.
Kalau Bibi sendiri?"

"Seperti biasa, setiap minggu Bibi akan membeli kebutuhan rumah.
Biasanya akan ditemani oleh Bu Inah.
Tapi berhubung Bu Inah sedang pulang kampung, jadi Bibi belanja sendirian sayang.."

"Oh begitu Bi."

"Apa setelah ini kau punya tujuan lain sayang?"

Anna menggelengkan kepalanya.
Karena setelah berbelanja, ia memang berniat langsung pulang.

"Setelah ini aku akan pulang ke rumah Bi.."

"Benarkah?
Bagaimana jika kau ikut bersama Bibi ke rumah kami?'
Sebenarnya Bibi ingin mengundangmu makan malam bersama kami di rumah.
Mengingat ini pertama kalinya kau datang ke rumah kami, Bibi akan memasak makanan yang spesial untukmu.."

Anna tersenyum.

Tanpa berpikir panjang, ia langsung mengiyakan undangan Bibi Reema tersebut karena ia tidak tega untuk menolaknya.
Juga terlihat dari raut wajah Bibi Reema yang begitu bersemangat.

Reema tersenyum puas.
Ia begitu senang karena Anna akan malam bersama dengan mereka di rumah.

--

Reema dan Anna masuk ke rumah.
Anna menatap sekeliling rumah Keluarga Kean yang terlihat sepi.
Apalagi dengan ukuran rumah yang terbilang begitu besar dan luas.
Tidak seperti rumahnya, yang ramai dengan pembantu dan juga supir yang tinggal di dalam rumah.

"Bibi, apa Bibi sendirian di rumah?"
ucap Anna masih mengedarkan pandangannya.

Reema tersenyum dan kemudian menganggukkan kepalanya.

"Iya sayang.
Beginilah suasana rumah kami setiap harinya.
Hanya ada Bibi dan Bu Inah di rumah.
Dan saat Bu Inah pulang kampung, maka Bibi hanya sendirian karena Suami dan kedua Putra Bibi sibuk bekerja dan akan kembali malam harinya.

"Bibi juga tidak memiliki Putri.
Rasanya akan lebih jika Bibi memiliki seorang Putri.
Paling tidak Bibi tidak akan merasa bosan di rumah.
Oleh karena itu, Bibi begitu senang dengan kehadiranmu sekarang Anna.."

"Kalau begitu, lain kali kita pergi bersama ke suatu tempat Bi.
Aku juga akan mengajak Ibu pergi bersama kita."

"Itu ide yang sangat bagus sayang.
Bibi juga sangat jarang jalan-jalan.
Bibi pergi ke luar kota hanya untuk pekerjaan dan urusan kantor lainnya."

"Baiklah Bi.
Kita harus mengatur waktu yang tepat mulai dari sekarang.."

"Kau benar sayang.
Bibi yakin itu sangat menyenangkan."

"Oh ya, kalau begitu Bibi akan bersiap-siap memasak makan malam.
Tunggu di sini dan Bibi akan membawakan cemilan untukmu agar kau tidak bosan menunggu.."

Reema berniat pergi namun Anna menyentuh tangannya.

"Sebentar Bi.
Aku akan ikut membantu Bibi memasak."

"Tidak perlu sayang.
Tunggulah di sini.
Kau pasti tidak terbiasa berada di dapur."

"Tidak Bi.
Aku sudah terbiasa berada di dapur.
Bahkan setiap harinya aku ikut membantu Ibu menyiapkan makanan Bi.."

Reema cukup terkejut mendengar ucapan Anna barusan.

Walaupun ia tahu Anna merupakan gadis yang mandiri, ia tidak pernah mengira bahwa Anna juga terbiasa dengan pekerjaan dapur.

"Benarkah sayang?
Maaf, Bibi sempat mengira kau tidak terbiasa melakukan pekerjaan dapur.
Kalau begitu, Bibi semakin menyukaimu Anna.."
ucap Reema sambil menghusap tangan Anna dengan lembut.

Anna tersenyum melihat Reema yang terlihat bahagia.

"Aku senang melakukan pekerjaan dapur Bi.."

"Kalau begitu, Bibi tidak sabar untuk mencicipi masakanmu.
Kemarilah.."

Reema membawa Anna pergi ke dapur yang ukurannya begitu luas.
Anna dan Reema kemudian menyiapkan bumbu-bumbu dapur.

Sembari menyiapkan apa yang dibutuhkan, Anna dan Reema saling mengobrol satu sama lain.

"Bibi tidak yakin bahwa Kean akan ikut makan malam bersama kita.
Dia sangat jarang makan di rumah.
Bahkan Kean sering pulang saat semua anggota keluarga sudah berada di kamar.
Dia tidak menyukai suasana rumah ini.."

Anna bisa melihat kesedihan tergambar dengan jelas di wajah Bibi Reema.
Beliau pasti begitu menyayangi Kean seperti Putra Kandungnya sendiri.

"Bibi tidak perlu khawatir.
Suatu saat nanti, Kean pasti bisa berubah Bi.
Dia akan berdamai dengan dirinya dan pada akhirnya menerima semuanya."

Reema tersenyum.
"Anna, selain kami, tentunya kau adalah orang terdekat Kean.
Bibi bisa melihat bahwa kau juga begitu memahami bagaimana perasaan Kean.
Pasti kau juga sudah memiliki rasa padanya bukan?
Maksud Bibi, kau dan Kean tidak hanya terikat oleh perjodohan itu.
Namun juga kau sudah menerimanya sebagai pasanganmu.."

Anna terdiam sejenak.
Ia bertanya pada dirinya sendiri, apa ia memiliki rasa itu pada Kean.
Tidak, lebih tepatnya apa rasa untuk Kean masih tersisa di hatinya?

Sejak bertemu dengan Kean waktu itu, ia berharap rasa itu tidak akan pernah muncul lagi bahkan ia tidak boleh terpengaruh dengan kehadiran yang begitu tiba-tiba.

Selama ini ia memberikan respon yang baik pada Kean karena ia sudah memaafkan Kean dan melupakan semua masa lalunya.
Ia ingin menjalin hubungan yang baik dengan pria itu tanpa dendam dan kemarahan.
Namun saat ini Anna begitu ragu dengan hal itu.
Walau ia sendiri tahu bahwa perasaan itu begitu salah.

Pengalaman masa lalu membuatnya berpikir bahwa hal itu adalah hal yang mustahil baginya dan Kean.

"Kau tidak perlu menjawabnya sekarang sayang.
Seiring berjalannya waktu, rasa itu akan semakin hadir dan kau juga akan menyadari seberapa besar cintamu pada Kean.."

Anna hanya bisa tersenyum tipis.
Sungguh ia tidak tahu harus berkata apa saat ini.
Apakah sikapnya selama ini terhadap Kean hanya sebatas pertemanan ataukah perasaan itu masih belum menghilang dari dirinya?

Pria Arogan dan Gadis Baik HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang