Pertanyaan

462 20 10
                                    

Kean menelusuri tempat makan yang biasa ia kunjungi bersama orang tuanya dulu.
Setelah mengantar Anna ke dalam, ia pergi keluar untuk mengenang kembali momen bersama orang tuanya dulu.

Walaupun tempat itu sudah mengalami banyak perubahan namun Kean masih bisa merasakan setiap kejadian disana.

Matanya kemudian tertuju pada pintu masuk.
Seketika memori bersama kedua orang tuanya dulu muncul di pikirannya.
Terlihat senyuman di wajah Kean kecil bersama Ayah dan Ibunya.
Anak kecil itu terlihat begitu semangat karena sangat tidak sabar untuk makan makanan kesukaannya.
Mata Kean kemudian teralihkan pada wajah Ayah dan Ibunya saat itu.
Ia tidak akan pernah bisa menyaksikan momen itu bersama kedua orang tuanya.

Dengan wajah tertunduk, Kean perlahan menutup kedua matanya.
Ia masih bisa merasakan kebahagiaannya dulu walaupun sudah puluhan tahun lamanya.
Senyuman itu..
Kean begitu merindukan senyuman itu.
"Aku begitu merindukanmu Ibu.." ucapnya dengan helaan napas panjang.
Ia tidak akan pernah bisa melihat senyuman Ibunya.

"Kean..."

Suara khas itu membuat Kean membuka kedua matanya.
Ia begitu mengenali suara itu.
Kean perlahan membalikkan tubuhnya.
Dan benar saja, Anna sedang berdiri tidak jauh darinya.

Kean langsung mengubah raut wajahnya dan kemudian menatap gadis itu.
"Apa yang kau lakukan disini?
Aku sudah mengatakan padamu untuk tetap di dalam."

"Aku bosan di dalam Kean.
Makanannya juga belum datang.
Aku mencarimu kemana-mana dan ternyata kau ada disini.
Sebenarnya apa yang sedang kau lakukan tadi?"

"Bukankah kau lapar?
Kalau begitu ayo masuk ke dalam.." ucap Kean mencoba mengalihkan.
Ia kemudian melangkahkan kakinya dan meninggalkan Anna di sana.

Anna menatap punggung Kean yang mulai menjauh darinya.
Sepertinya pria itu sedang menyembunyikan sesuatu darinya.

Semua pesanan sudah terhidang di meja makan.
Anna mulai menyantap makanannya.
Kondisinya mulai membaik karena perutnya sudah terisi.
Kepalanya juga tidak terasa sakit lagi.

"Kau tidak makan?
Kau memesan makanan begitu banyak tapi sama sekali tidak menyentuhnya."
Kean sedari tadi hanya menatapnya saat makan.

"Hanya dengan menatapmu makanmu saja aku sudah kenyang.
Tapi itu bagus, kau harus menghabiskan semua makanan ini.
Badanmu terlihat begitu kurus.
Dan sepertinya tubuh Ben lebih besar darimu."

Anna menyerngitkan dahinya.
"Kau mengejekku?"

"Tidak, aku hanya ingin mengingatkanmu saja."

"Tidak baik mengatai orang saat orang itu sedang makan.
Kau boleh saja mengejekku di lain waktu.
Kalau begini, aku menjadi tidak selera makan."
Anna kemudian meletakkan sendok dan garpu yang berada di tangannya.
Ia begitu kesal dengan ucapan Kean hingga ia tidak mampu menyentuh makannya lagi.

Kean menatap Anna yang menampilkan taut wajah masam.
Benar saja, gadis itu tidak mau menyentuh makanannya lagi.
Ia benar-benar kesal rupanya.

"Maafkan aku.
Aku hanya berniat menjahilimu tadi.
Kau cantik, bagiku tidak ada masalah pada tubuhmu."
Kalimat itu keluar begitu saja dari mulut Kean.
Entah mengapa akhir-akhir ini ia mengeluarkannya begitu saja.

"Apa maksudmu?
Jangan mengira ucapanmu barusan akan mengubah apapun.
Kau sudah terlanjur membuatku kesal."

"Aku mengatakan yang sebenarnya.
Aku hanya berniat menjahilimu tadi.
Baiklah, aku minta maaf karena telah membuatmu kesal Nona Anna.
Sekarang, lanjutkan makan makananmu."

Pria Arogan dan Gadis Baik HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang