Pengumuman

324 10 0
                                    

Kean dan Joe masuk ke dalam ruang rapat.
Mereka berdua pergi ke sana setelah mendapat pemberitahuan yang begitu tiba-tiba.

Mata Kean kemudian menangkap Mark yang kini sudah duduk tidak jauh dari Ayahnya.
Kean mengambil tempat duduk di hadapan pria itu.

Matanya menatap tajam Mark yang melihatnya dengan tatapan datar.
Kean mengetahui jelas apa maksud kedatangan pria itu ke sana.

"Baiklah.
Kalian semua sudah berkumpul di sini.
Saya mengucapkan banyak terima kasih.
Oh ya, pertama sekali saya ingin memperkenalkan putra kedua saya yang bernama Mark.
Dia merupakan lulusan salah satu kampus ternama di luar negeri dan sebelumnya Mark lebih memilih mengabdikan hidupnya di sana sehingga ia tidak pernah mengurus perusahaan seperti halnya dengan Kean."

Mark kemudian berdiri dan memberikan sapaan pada para pemegang saham yang telah berkumpul di sana.

"Senang bertemu dengan anda semua." Mark kemudian kembali duduk di kursinya.

"Maksud dan tujuan saya meminta anda semua datang ke sini adalah ingin memberitahu bahwa Mark akan ikut bekerja bersama kita di perusahaan ini.."

Kean sontak langsung melihat ke arah Ayahnya.

Pernyataan Ayahnya itu membuatnya tidak habis pikir karena bisa dipastikan Mark akan memiliki posisi penting di perusahaan.

Kalau tidak, Ayahnya tidak perlu mengumpulkan seluruh pemegang saham seperti ini.

Matanya kemudian melihat ke arah Mark yang sedang tersenyum padanya.

Kean mengepal tangannya dengan erat.

Tatapan itu begitu menjengkelkan!

Joe melihat masing-masing di antara mereka berdua.
Terlihat dengan jelas persaingan di diri Kean dan Mark.

"Mark akan menjabat sebagai manajer namun dia memiliki kewenangan dalam menangani klien-klien besar, sama hal nya dengan Kean.." ucap Ruben sambil sesekali melihat Kean yang sedang menatapnya sedari tadi.

Kean menatap Ruben dengan lekat.
Mengapa Ayahnya tega melakukan itu dan membiarkan Mark masuk ke perusahaan?
Bukannya sebelumnya ia telah berjanji untuk tidak membiarkan Mark merebut posisinya dengan syarat menyetujui perjodohan itu?

Lalu apa namanya sekarang?
Ayahnya telah membohonginya dan juga mengingkari janjinya waktu itu.

Mark kembali berdiri dan menghadap ke seluruh pemegang saham.

"Mohon bimbingannya selama saya bekerja di perusahaan ini.
Mari bekerja sama dengan baik.."

Para pemegang saham di sana kemudian memberikan tepukan tangan pada Mark.
Terkecuali Kean yang masih belum terima dengan semua yang ia dengar barusan.

Joe juga ikut merasakan yang dirasakan oleh Kean.
Selama ini ia menjadi saksi atas semua kerja keras yang telah dilakukan Kean untuk memajukan perusahaan keluarganya.
Namun sekarang, Mark datang tiba-tiba dengan maksud lain.
Ia sama-sama mengasihani keduanya karena Kean dan Mark sama-sama berjuang untuk orang-orang yang mereka cintai.
Kean untuk mendiang Ibunya, sedangkan Mark untuk gadis yang dicintainya.

--

Kean berjalan menuju ke ruangan Ayahnya dengan penuh amarah di dalam dirinya.
Ia ingin ke sana untuk meminta jawaban dari Ayahnya yang tiba-tiba mengubah keputusannya.

"Kean, kau tidak boleh ke sana dengan emosi seperti ini.."

Joe berniat menghentikan Kean yang ingin masuk ke ruangan Ayahnya.
Ia tidak mau ada perkelahian di antara mereka nantinya.
Apalagi Mark juga sedang berada di sana.

Kean melepaskan tangan Joe dari lengannya.
"Jangan hentikan aku Joe.
Aku harus menyelesaikan semuanya saat ini juga.."

"Tapi Kean, kau masih punya banyak waktu nantinya untuk menemui Ayahmu.."

"Aku tidak mau menunggu.."
ucap Kean dan tanpa berpikir panjang lagi ia masuk ke dalam sana.

Joe hanya bisa pasrah melihat Kean masuk ke dalam ruangan itu.

"Ayah, aku ingin berbicara hal yang sangat penting."
ucap Kean dengan tatapan lurus ke depan tanpa menghiraukan kehadiran Mark di sana.

"Mark, kau boleh masuk ke ruanganmu.
Joe sudah mengatur semuanya.."

"Baik Ayah.
Aku akan ke sana.."

Mark kemudian menatap Kean sekilas dan pergi dari sana.
Sebenarya ia tahu tujuan Kean datang ke sana.
Yang tidak lain adalah karena tidak terima dengan kedatangannya ke perusahaan pastinya.

"Katakan apa yang ingin kau katakan.."
ucap Ruben pada Kean.

"Mengapa Ayah mengingkar janji yang telah Ayah buat dan tadi seenaknya memberitahukan semua orang soal Mark yang akan bekerja di sini?"

Ruben tersenyum.
Dugaannya benar bahwa Kean tidak akan menerima keputusannya itu.

"Ayah sama sekali tidak mengingkar janji.
Buktinya posisimu masih aman dan Mark tidak menggantikanmu sebagai Direktur perusahaan."

"Ayah tidak perlu berpura-pura tidak tahu.
Selama ini Ayah tahu bahwa aku tidak mau Mark menginjak perusahaan ini apalagi bekerja di sini.."
ucap Kean dengan senyum menyeringai.

"Ayah masih punya hak dan wewenang jika kau lupa Kean.."

"Tapi tidak dengan membiarkannya bekerja di sini!"
nada suara Kean mulai meninggi.

"Aku sudah mengatakan sebelumnya pada Ayah bahwa aku tidak akan membiarkannya menyentuh perusahaan.."

"Baiklah, jika kau tidak terima dengan keputusan Ayah, Ayah sama sekali tidak peduli.
Kau bisa mengundurkan diri jika kau tidak mau bekerja dengan Mark.."

Kean mengepal tangannya dengan erat.
Ia begitu kecewa dengan pernyataan Ayahnya barusan.

"Ayah memang tidak pernah peduli padaku."
Kean kemudian tersenyum di balik dukanya.

"Oh iya, aku lupa.
Ayah sudah memiliki keluarga baru.
Maafkan aku.
Tapi perlu Ayah ketahui, aku tidak akan membiarkannya merebut apa yang menjadi milikku."
ucap Kean dengan raut wajah kecewa bercampur emosi.

Kean menarik napas kasar dan kemudian pergi dari ruangan itu.
Ia sudah muak dengan apa yang dilakukan Ayahnya selama ini.
Perjodohan itu, ia sudah memenuhi permintaan Ayahnya.
Lalu apa maksud tindakan Ayahnya tadi?

Kean masuk ke ruangannya bersama dengan Joe yang mengikutinya dari belakang.

Joe menatap Kean yang tengah menumpukan badannya pada meja.
Tergambar dengan jelas kegelisahan di dalam diri itu.
Ia kemudian mendekati sahabatnya itu.

"Kean, aku tahu ini pasti sangat sulit untukmu.
Aku juga tidak menyangka bahwa Paman akan mengizinkan Mark bekerja di sini.."

"Aku tidak akan bisa menerima kehadirannya di sini.
Apalagi membiarkannya bekerja dan menangani perusahaan.."

"Ya, aku tahu itu Kean.
Aku akan mendukungmu.
Aku juga tidak suka melihat Mark masuk ke perusahaan begitu saja.
Terlepas apapun alasannya."

"Kau benar-benar tidak mau menyerah?"
tanya Joe berharap Kean mau mengubah keputusannya.

"Aku tidak akan pernah menyerah."
ucap Kean dengan penuh keyakinan.

Joe kemudian menarik napas panjang.
Seandainya saja Kean mau menyerah, maka semua akan baik-baik saja dan Mark bisa mengurungkan niatnya untuk bekerja di perusahaan.
Hanya saja Kean masih memiliki ego besar di dalam dirinya.

Pria Arogan dan Gadis Baik HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang