Anna meremas tangannya dengan erat.
Sedari tadi ia gelisah karena berada di dalam mobil bersama Kean.
Ia bahkan hanya menatap lurus ke depan karena tidak berani melihat ke arah Kean.Lagi-lagi, pria itu mengantarnya pulang ke rumah.
Saat ingin pulang tadi, Kean dan dirinya pamit pada Ibu Mirna dan pada saat itu Ibu Mirna mengira bahwa mereka akan pulang bersama.
Padahal sebelumnya Anna sudah berencana pulang menggunakan taksi.
Sayangnya, ia tidak memiliki pilihan lain lagi selain pulang bersama pria itu.
Ia juga tidak mungkin menolak karena hubungannya dengan Kean sedang tidak baik.Beberapa menit kemudian, mereka sudah sampai di depan rumah Anna.
Ini waktunya untuk keluar dari mobil, pikir Anna.
Ia kemudian mengalihkan pandangannya pada Kean.
Bagaimanapun ia harus berterima kasih pada Kean yang telah mengantarnya.Pria itu menatap lurus ke depan dengan tangan yang masih memegang setir mobil.
Kean sepertinya menunggu ia segera keluar dari sana."Terima kasih telah mengantarku pulang Kean."
Anna kemudian membawa tasnya dan berniat pergi dari mobil Kean namun suara pria itu membuat Anna kembali ke posisinya semula.
"Kau benar.
Aku jauh lebih beruntung dari mereka.
Namun walaupun begitu, keadaanku juga tidak sebaik yang kau pikirkan."
ucap Kean tanpa mengalihkan wajahnya."Hem, aku tahu.
Maaf jika tadi sore aku terlalu ikut campur.
Aku tidak akan melakukannya lagi."Kean hanya diam dan kemudian matanya melihat ke arah lain.
Anna menatap Kean sekilas dan memutuskan untuk keluar dari mobil.
Ia berdiri di depan gerbang rumahnya sampai akhirnya mobil Kean benar-benar pergi.Anna menghela napas.
Hari ini sangat melelahkan baginya..
.
.
Kean masuk ke dalam rumahnya.
Saat ia melewati ruang tamu, ia melihat Ayah dan Ibu Tirinya sedang menonton TV.Ayahnya berhenti mengobrol dan kemudian melihat ke arahnya.
Matanya bertatapan dengan Ruben sebentar dan kemudian tanpa berkata apa-apa, ia langsung pergi ke kamarnya.
"Sayang, tumben Kean pulang tepat waktu.
Jarang sekali aku melihatnya ada di rumah jam segini." Ucap Reema yang duduk di samping Ruben.
"Hem, kau benar.
Aku dengar dari Joe, tadi pagi Kean memintanya untuk banyak membeli makanan dan minuman anak-anak.
Apa jangan-jangan Kean pergi bertemu dengan Anna hari ini?""Sepertinya begitu.
Aku yakin Kean pasti pergi bersama Anna ke panti asuhan yang selama ini sering dikunjungi oleh Anna.
Bukankah Harun dan Ribka pernah bercerita bahwa ada panti asuhan yang begitu diperhatikan oleh Anna?""Iya, kau benar Reema."
Ruben perlahan mulai mengembangkan senyumnya.
Sepertinya akan ada pertanda baik.
Kean mulai terlihat berbeda dari biasanya sejak bertemu dengan Anna."Kenapa kau tersenyum sayang?"
tanya Reema yang melihat Ruben tersenyum."Kau pasti paham apa yang sedang kupikirkan saat ini sayang.
Kean, dia sepertinya tampak berbeda dari biasanya.
Kau tahu, sebelumnya ia tidak pernah peduli tentang apapun.
Ia hanya memikirkan perusahaan dan semua urusan kantor.
Tapi sekarang, ia pergi ke tempat itu tanpa ada paksaan dariku."Reema kemudian ikut tersenyum.
"Aku juga bisa melihatnya Ruben.
Aku yakin cepat atau lambat Kean akan berubah.
Anna memang gadis yang tepat untuk Kean."Ruben memegang tangan Istrinya dengan senyuman yang belum luntur dari wajahnya.
"Aku ingin mereka berdua menikah." ucapnya dengan penuh keyakinan.
"Aku juga menginginkan hal itu terjadi sayang." ucap Reema dengan anggukan.
--
Kean melepaskan berkas-berkas di tangannya.
Sungguh perkataan Anna kemarin masih terngiang-ngiang di kepalanya hingga ia tidak bisa berkonsentrasi dengan pekerjaannya.Ia menghela napas dengan kasar.
Mengapa ia tidak bisa menghilangkan semua kejadian kemarin dari pikirannya?
Sebelumnya tidak ada hal yang bisa mengganggunya seperti ini.Kean tidak menyadari kedatangan Joe di sana.
Kening Joe berkerut saat melihat Kean yang terlihat aneh hari ini.
Sejak datang ke kantor tadi pagi, Kean terlihat berbeda dari biasanya.
Kean tampak gusar dan gelisah.Apa telah terjadi sesuatu kemarin?
Bukankah kemarin Kean kembali menemui Anna ke panti asuhan?"Apa yang terjadi denganmu Kean?
Kau terlihat gelisah sedari tadi."Kean masih diam dan tidak menanggapi pertanyaan Joe.
Ia masih seperti tengah memikirkan sesuatu di kepalanya."Apa telah terjadi sesuatu antara dirimu dengan Anna?
Terakhir kali kau bersamanya bukan?""Jangan sebut namanya.
Aku tidak ingin 'mendengar nama itu di sini."
ucap Kean dengan nada datar.Joe tersenyum.
Tampaknya dugaannya benar.
Ia kemudian mendekati Kean."Kau bertengkar dengannya?
Sebelumnya aku mengira hubungan kalian tidak serius sama sekali.
Katakan padaku, apa yang membuat kalian bertengkar sehingga kau sangat gelisah seperti ini.
Kau terlihat seperti pria yang sedang patah hati, kau tahu."Joe terkekeh melihat raut wajah Kean saat ini.
Kean mengurut kepalanya.
Perkataan Joe semakin membuat kepalanya sakit."Diamlah Joe.
Jangan bertanya ataupun berbicara soal gadis itu di sini.""Kalau begitu, katakan padaku apa yang terjadi denganmu."
Kean menarik napas panjang dan kemudian menggeser kursinya.
Tangannya kembali meraih berkas-berkas yang ia letakkan tadi."Kau tidak menemui Anna lagi hari ini?"
"Tidak." kata itu spontan keluar dari mulut Kean.
"Kalau begitu, kau akan segera mengakhiri perjodohan itu secepatnya?"
tanya Joe lagi.Ia pikir perjodohan itu akan berakhir dalam waktu dekat melihat Kean yang sepertinya tidak berniat lagi menjalankan misinya.
"Segera atur pertemuanku hari ini.
Dan ingat, jangan ada satupun kesalahan."
ucap Kean dengan nada memperingati.Ia begitu kesal dengan Joe yang sedari tadi membahas soal Anna.
"Baiklah."
Joe kemudian pergi dari ruangan Kean setelah tidak mendapatkan jawaban dari sahabatnya itu.
Sementara saat ini Anna sedang menyirami semua tanamannya.
Perkataan Kean kemarin tiba-tiba muncul di pikirannya.
Raut wajah marah dan kesal itu masih bisa ia ingat dengan jelas."Sepertinya aku terlalu ikut campur kemarin."
Sejujurnya ia merasa bersalah atas apa yang diucapkannya kemarin pada pria itu.
Handphone Anna kemudian berbunyi, tanda ada pesan yang masuk.Anna membuka kota masuk dan melihat pesan di sana.
(Apa langit Indonesia saat ini sedang cerah?
Hem, aku begitu merindukan suasa di sana.)
(Ya, cuaca di sini sangat cerah.)
balas Anna pada sang pengirim pesan itu.
Sang pengirim saat ini tengah tersenyum saat menerima balasan pesan dari Anna.
(Kalau begitu aku akan menemuimu segera Anna.)
ucapnya dalam hati.
Ia memasukkan pakaian dan barang-barangnya ke dalam koper karna sebentar lagi ia akan pergi ke tempat dimana langit cerah itu berada.
Rasanya ia ingin mempercepat waktu agar bisa segera bertemu dengan gadis yang dicintainya selama beberapa tahun itu.
Dan kini ia bertekad akan melakukan hal yang tidak ia lakukan dulu saat kuliah.Semoga kali ini waktu berpihak padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pria Arogan dan Gadis Baik Hati
RomanceAnna, seorang gadis baik hati dipertemukan kembali dengan pria yang menjadi dalang dari luka yang ia terima di masa lalu. Bahkan dirinya terjebak di dalam perjodohan yang diatur oleh kedua orang tua mereka. Anna tentu saja menolak namun ancaman Pri...