Kanibalisme.

1.5K 204 12
                                    

Pertemuan demi pertemuan nampaknya membuat si istri canggung terbiasa dengan salah satu kawan Sasuke. Uzumaki Naruto bak asisten pribadi lelaki Uchiha. Selama belum bisa menyetir, Sasuke masih butuh bantuan sohib karibnya.

"Apa kau mau kopi, Uzumaki-san?" Sakura selalu sigap tiap ada Naruto rehat. Meski sering bertandang, Sakura memuliakan Naruto layaknya tamu jauh.

"Iia, aku tidak mau merepotkanmu"

"Buatkan saja. Itu cuma basa-basi mulutnya" cecar Sasuke. Naruto yang ia kenal biasanya blak-blakan.

Mengetahui demikian, Naruto menginjak kaki Sasuke seraya memberi kode. Ia tak mau terus merepotkan Sakura. Di sisi lain, Sasuke merasa berhutang jasa, sehingga perlu mengistimewakan Naruto.

"Kalau begitu, sebagai timbal balik apa yang kuberikan? Apa kau butuh gaji?"

"Teme, sudah kubilang tidak usah. Toh sebentar lagi tanganmu sembuh. Kalau aku mendapat gaji, setidaknya wajib satu bulan bekerja" tanggap Naruto santai diselingi tawa.

Dari dapur Sakura menyunggingkan senyuman. Melihat Sasuke dan Naruto yang akrab mengingatkannya pada teman dekatnya, Ino. Dirinya hilang kontak sejak Ino melanjutkan kuliah di kota berbeda.

"Suatu saat nanti saja.. andai aku punya pacar, aku butuh mobilmu untuk mengajaknya kencan"

Canda ria menggema. Sakura pun datang melengkapi perbincangan. Kopi panas dan kukis krispi dengan isian pasta coklat hazelnut menambah keseruan.

"Tokorode, apakah Sai-san dan Inuzuka-san tak sempat main sini lagi?"

Sasuke langsung melengos, "jangan tanya padaku"

Dasar aneh. Lalu aku tanya siapa? , batin Sakura. Lagipula dua orang tersebut juga sohib baik suami.

"Oh itu. Sai sedang fokus menyelesaikan pembahasan disertasi. Kalau Kiba.. yah kau tau sendiri. Sedang membucin"

"Sou desu ne" Sakura tersenyum simpul, puas terhadap jawaban Naruto, "jadi terasa lebih sepi. Habisnya mereka yang membuat riuh"

Tck. Bilang saja kau ingin dipuji mereka, lirik Sasuke sinis.

Dia telah menandai masing-masing teman. Kiba, penggemar makanan Sakura nomor satu. Lalu Sai si pengamat segala gestur Sakura, hal yang paling membuatnya jengah. Dan Naruto, hanyalah si hobi sambat masalah status kejombloan.

Bunyi alarm jam tangan menghentikan bincang seru mereka. Pengingat itu sengaja Naruto setel demi mengatur waktu. Ketika alarm berbunyi, artinya tibalah saat fokus pada urusan perkuliahan.

"Jaa na! Aku harus menyusun proposalku" pamit Naruto berlalu pulang ke apartemen.

***

Akhir pekan, Sakura berada di rumah seorang diri. Sudah dua kali si suami menjengkelkan tidak di rumah saat hari Sabtu-Minggu. Entah mengapa ia jadi merasa kesepian.

'Aku ada pertemuan dengan Gaara-sensei'

Sakura menghela napas panjang. Akademisi yang persis pebisnis. Itulah Uchiha Sasuke.

"Hari libur begini saja tetap tidak di rumah" Sakura menyapu lantai pelataran sambil memasang raut wajah murung.

Hal tersebut disadari oleh Uruchi, nenek yang tinggal di samping rumah. Kebetulan ia baru pulang dari pasar membeli stok kebutuhan seminggu ke depan. Wanita tua itu mencoba mengajak Sakura ke rumah, menawarkan kegembiraan membuat kue. Kabar dari Sasuke, istrinya doyan sekali mengkreasikan aneka makanan.

Tanpa babibu, Sakura mengiyakan. Tidak lupa pula dia menelpon Hyuga Hinata, si wanita muda kaya raya yang ingin mahir memasak. Minggu lalu Hinata juga berkunjung demi belajar menyiapkan hidangan kesukaan sang kakak sepupu.

𝕆𝕏𝕐𝕋𝕆ℂ𝕀ℕ ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang