Ciuman Pertama.

2.2K 237 9
                                    

"Kau sudah dengar kabar tentang putramu?" wanita usia setengah abad lebih sedang menyilangkan tangan di hadapan suami yang baru pulang kerja.

"Ada apa lagi, Mikoto?" Fugaku, kayawan elit perusahaan swasta di kota balik bertanya.

"Heh~" Mikoto menghela napas panjang, "beraninya dia selingkuh dari menantu super kawaii-ku!"

"Kalau aku mengira Itachi, sepertinya salah ya" decak Fugaku, "Sasuke berbuat ulah lagi?"

Wanita bersurai hitam berkilau mengangguk. Siapa lagi kalau bukan si anak kedua. Sebab, anak pertamanya justru sedang romantis-tomantisnya menunggu si jabang bayi terlahir.

"Satu minggu lalu. Dan kau tau, Sakura sampai sakit dibuatnya!"

"Wakatta wakatta" Fugaku seolah paham ke mana arah obrolan mereka, "kau ingin kita menyusun rencana untuk mereka berdua lagi?"

"Uhm!"

***

Pagi yang lambat bagi sepasang suami istri polos Uchiha. Bukan tidak sibuk, malah si kepala keluarga sebenarnya sedang terbebani pikiran. Rileks dan sejenak melupakan beban adalah cara membersihkan isi kepala.

"Nii-san bilang, Nee-san mungkin akan melahirkan kisaran Jumat besok. Hari itu aku akan cuti" buka Sasuke, pria pemimpin keluarga kecil di mansion tersebut.

"Apa aku boleh ikut?" tanggap Sakura, si pendukung nomor satu semua kegiatan Uchiha Sasuke.

Raut pria itu tertekuk, "tentu saja. Kalau tidak, mengapa aku memberitaumu?"

Sakura mengerucutkan bibir. Padahal baru kemarin-kemarin rasa rumah tangganya menjadi manis. Sekarang rasanya berubah kecut.

"Doushita?!" sang istri menegakkan tubuh, sedikit menaikkan volume suara.

"Hn?" seakan tak bersalah, Sasuke malah menatap Sakura heran.

Kenapa tiba-tiba nada bicaranya begitu, sih?! Jelaskan dong, amuk Sakura dalam hati. Prianya mudah sekali bertampang ketus.

"Lupakan" tak ingin berlama-lama mendebat, Sakura mengalah. Suaminya kerap bertempramen tinggi.

"Hah~ suman suman. Pikiranku sedang berat" akhirnya Sasuke berkata jujur. Usai menguap lelah, ia mengungkap segalanya.

"Ceritakan saja kalau kau bersedia. Mungkin akan terasa ringan"

Sasuke tersenyum tipis, "tiga bulan lagi ada dua hal penting"

Sakura salah kira. Raut terbebani tersebut rupanya hanya sampul. Di dalamnya tersimpan semangat berkobar akan sesuatu.

"Apa itu?" antusiasme Sakura meningkat. Jarang sekali Sasuke mau membagi urusan di luar rumah.

"Yudisium. Aku harus mendapat gelarku di bulan itu" api membara terlihat di mata Sasuke, "soshite.. setelahnya ada seleksi final di ibu kota untuk menentukan peneliti yang akan dikirim ke Jerman"

Kini giliran mata Sakura berbinar. Pandangan iris emerald tak bisa lepas dari lelaki di hadapannya. Dalam diam tersimpan kekaguman yang memuncak.

Kakkoi~ Ternyata Sasuke-kun hebat sekali, puji Sakura tiada henti.

"Ganbatte yo. Aku pasti selalu mendukung Sasuke-kun!" Sakura mengepalkan tangan memberi semangat.

Seulas senyum terpatri di bibir pria itu, "hn. Arigatou"

Ingin rasanya ia menyampaikan bahwa ada event pribadi penting lainnya. Dua bulan lagi, dia berencana melaksanakan sidang doktoral. Tapi Sasuke menyimpannya agar menjadi kejutan. Tak mau membebani Sakura dengan kerasnya perjuangan mencapai target.

𝕆𝕏𝕐𝕋𝕆ℂ𝕀ℕ ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang